Hematologi Lengkap | Seri Edukasi Laboratorium Medis


Infolabmed.com. Pemeriksaan Hematologi di setiap institusi baik itu klinik ataupun rumah sakit, "istilah" Hematologi Rutin ini bisa berbeda - beda. Istilah Hematologi Rutin dan atau Hematologi Lengkap bisa saja berbeda- beda. Kami akan memberikan contoh untuk penggunaan "istilah" ini pada sebuah klinik atau rumah sakit di daerah tertentu, mungkin juga klinik atau rumah sakit yang ada di lingkunngan Anda berada.

Jika, dokter Anda meminta pemeriksaan "Hematologi Rutin" pada "Klinik A" terdiri dari empat parameter, seperti Hemoglobin, Leukosit, Hematokrit, dan Trombosit, Maka ada beberapa Klinik yang memberikan hasil lebih lengkap dari "Klinik A", misal "Klinik B" akan memberikan kebijakan hasil lab yang lebih lengkap, misal saja, di "Klinik B" untuk pemeriksaan Hematologi Rutin terdiri dari Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, dan Nilai - Nilai MC. 

Pernah Kami menemukan, kebijakan lain di sebuah Rumah Sakit Swasta, Hematologi Rutinnya mencakup pemeriksaan LED. Mungkin ini yang dikatakan sebagai "Kebijakan" dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Karena, setiap institusi memiliki kelebihan nya masing - masing dan kebijakan yang berbeda - beda tergantung kemampuan institusi nya itu sendiri.

Pada artikel sebelumnya, Kami memberikan gambaran parameter untuk pemeriksaan Hematologi Rutin yang meliputi Hemoglobin, Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, Trombosit, dan Nilai - Nilai MC. Pada artikel Kali ini, akan melanjutkan gambaran permintaan laboratorium pada Hematologi Lengkap, yang meliputi Hematologi Rutin, Diffcount, dan LED. Hematologi lengkap pada beberapa institusi lain juga dikenal dengan DPL (Darah Perifer Lengkap).

HEMATOLOGI LENGKAP

Pemeriksaan Hematologi Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam. 


HEMATOLOGI RUTIN

Pemeriksaan Hematologi Rutin sudah Kami ulas pada artikel sebelumnya. Silahkan bagi Anda untuk membuka kembali parameter apa saja dan apa penjelasannya, disini : Hematologi Rutin.

HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFCOUNT)

Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010).

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  

Neutrofil
 Sel ini yang paling banyak terdapat dalam sirkulasi sel darah putih dan lebih cepat merespons adanya infeksi dan cedera jaringan daripada jenis sel darah putih lainnya. Selama infeksi akut, netrofil berada paling depan di garis pertahanan tubuh. Netrofil yang beredar di darah tepi terbanyak adalah segmen, yaitu netrofil yang matur. Batang atau stab adalah netrofil imatur yang dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut.

Dalam keadaan normal, jumlah netrofil berkisar antara 50-65 % atau 2.5-6.5 x10^3/mmk.

Peningkatan jumlah netrofil (disebut netrofilia) dijumpai pada infeksi akut (lokal dan sistemik), radang atau inflamasi (reumatoid arthritis, gout, pneumonia), kerusakan jaringan (infark miokard akut, luka bakar, cedera tabrakan, pembedahan), penyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn (HDN), kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat (epinefrin, digitalis, heparin, sulfonamide, litium, kortison, ACTH)
Penurunan jumlah netrofil (disebut netropenia) dijumpai pada penyakit virus, leukemia (limfositik dan 
monositik), agranolositosis, anemia defisiensi besi (ADB), anemia aplastik, pengaruh obat (antibiotic, agen imunosupresif).

Limfosit
Limfosit berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B. Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5 x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian terapi steroid yang berlebihan.

Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik, infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella, pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.

Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.


Monosit
Monosit adalah baris pertahanan kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Sel ini lebih kuat daripada netrofil dan dapat mengonsumsi partikel debris yang lebih besar. Monosit berespons lambat selama fase infeksi akut dan proses inflamasi, dan terus berfungsi selama fase kronis dari fagosit.

Dalam keadaan normal, jumlah monosit berkisar antara 4-6 % atau 0.2-0.6 x10^3/mmk.
Peningkatan jumlah monosit (disebut monositosis) dapat dijumpai pada : penyakit virus (mononucleosis infeksiosa, parotitis, herpes zoster), penyakit parasitic (demam bintik Rocky Mountain, toksoplasmosis, bruselosis), leukemia monositik, kanker, anemia (sel sabit, hemolitik), SLE, arthritis rheumatoid, colitis ulseratif.
Penurunan jumlah monosit dapat dijumpai pada leukemia limfositik, anemia aplastik.


Eosinofil
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan.

Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal (gagal ginjal, sindrom nefrotik).

Penurunan jumlah eosinofil dapat dijumpai pada stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.


Basofi
Dalam keadaan normal, basofil dijumpai dalam kisaran 0.4-1 % atau 0.04-0.1 x 10^3/mmk. Peningkatan jumlah basofil (disebut basofilia) dapat dijumpai pada proses inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi, anemia hemolitik didapat.

Penurunan jumlah dapat dijumpai pada stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme.


 LAJU ENDAP DARAH (LED)

Laju Endap Darah / Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu monter atau sampel darah yang diperiksa dalam  suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam  mm/ jam.  LED sering juga diistilahkan dalam bahasa asingnya :
  • BBS (Blood Bezenking Snelheid)
  • BSR (Blood Sedimentation Rate)
  • BSE (Blood Sedimentation Erythrocyte)
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.


Sumber :
  1. Yully's Blog. 2016. Hitung Jenis Leukosit (Differential Count) dan Evaluasi Hapusan Darah Tepi (HDT). Akses 2 Juli 2016. Link ; https://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-leukosit-differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/
  2. Laboratorium Kesehatan. 2016. Hitung Jenis Leukosit. Askes 2 Juli 2016. Link ; http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/11/hitung-jenis-lekosit.html
  3. AAK Nasional Surakarta. 2016. Laju Endap Darah. Akses 2 juli 2016. Link ; https://aaknasional.wordpress.com/2012/06/21/laju-endap-darah/
  4. Laboratorium Kesehatan. 2016. Laju Endap Darah (LED) Askes 2 Juli 2016. Link ; http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/12/laju-endap-darah-led.html

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments