Batas Waktu Pemeriksaan Darah EDTA

Batas Waktu Pemeriksaan Darah EDTA. Pada keadaan demam atau pada pasien thalasemia biasanya petugas laboratorium akan melakukan tindakan flebotomi yang kemudian menyimpan darah tersebut kedalam sebuah tabung vakum bertutup ungu yang beirisi zat EDTA.  Tabung vakum yang berisi EDTA tersebut dilakukan pada pemeriksaan hematologi, baik itu hematologi rutin, hitung jenis leukosit (diffcount), sediaan apus darah tepi dan LED

Batas Waktu Pemeriksaan Darah EDTA

Rekan ATLM tahukah, bahwa penggunaan darah EDTA memiliki batas waktu tertentu. Pemeriksaan tertentu misalnya, jangan melebihi batas waktu nya. Kemungkinan akan merubah beberapa morfologi pada sel-sel darah. Penyimpanan sampel darah dan penggunaan antikoagulan yang berbeda menentukan reliabilitas dan validitas hasil pengujian hematologis. Penundaan pemeriksaan menyebabkan perubahan hasil uji karena sifat darah yang cepat rusak apabila dibiarkan di kondisi yang tidak ideal (Queen et al., 2014).

Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, hanya disimpan pada 4 derajat celcius selama 24 jam memberikan nilai hematokrit yang lebih tinggi. Untuk membuat sediaan apus darah tepi dapat dipakai darah EDTA yang disimpan paling lama 2 jam. Pada umumnya, darah EDTA dapat disimpan 24 jam di dalam lemari es tanpa mendatangkan penyimpangan yang bermaknsa, kecuali untuk jumlah trombosit dan nilai hematokrit. 

Pada studi yang kami kutip dari Research Gate, menyatakan bahwa EDTA dapat menyebabkan perubahan morfologis dan kerapuhan pada sel darah terutama pada sel darah merah (eritrosit) jika dilakukan penyimpanan yang lebih lama lagi. Hal ini dapat mempengaruhi viabilitas eritrosit dan sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan eritrosit. Sehingga, merekapun menyarankan dalam analisis sampel darah untuk parameter hematologis harus dilakukan sesegera mungkin, sebaiknya dalam waktu 4 jam setelah dilakukan flebotomi untuk memastikan hasil yang dapat diandalkan secara klinis.

Eritrosit akan rendah Leukosit meningkat Walencik and Witeska (2007) menyatakan bahwa EDTA dapat menyebabkan eritrosit mengalami hemolisis sehingga jumlahnya berkurang. Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan EDTA untuk pemeriksaan profil eritrosit. EDTA dapat digunakan untuk pemeriksaan profil leukosit, namun Heparin adalah yang terbaik. Namun demikian, menurut Stokol et al. (2014), Heparin juga dapat menyebabkan agregasi sel-sel darah sehingga menganggu pemeriksaan hematologis.

Untuk mengantisipasi terjadinya hemolisis atau agregasi ini, maka konsentrasi antikoagulan harus diperhatikan, sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh sel-sel darah (Ekanem et al., 2012). Adanya perubahan pada profil eritrosit dan leukosit selama penyimpanan berkaitan dengan perubahan fisiko-kimiawi yang dikenal sebagai storage lesion.  
Dapatkan buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Ahli Teknologi Laboratorium Medik". Disusun oleh Gilang Nugraha, S.Si., M.Si, dkk. Pembelian Buku / Order via WA https://wa.me/6285862486502. Info selengkapnya tentang buku bisa dilihat disini : JUAL BUKU "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Ahli Teknologi Laboratorium Medik" torium Medik"
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website infolabmed.com. Jika Anda mengutip dan atau mengambil keseluruhan artikel dalam websit ini, mohon untuk selalu mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang telah Anda buat. Kerjasama/media partner : laboratorium.medik@gmail.com.

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.