Transfusi Lekosit: Terapi Khusus untuk Pasien dengan Pertahanan Tubuh yang Runtuh
INFOLABMED.COM - Dalam dunia kedokteran transfusi, kebanyakan orang familiar dengan transfusi sel darah merah atau trombosit.
Namun, ada jenis transfusi yang lebih khusus dan jarang dilakukan: transfusi lekosit. Prosedur ini tidak ditujukan untuk mengatasi anemia atau perdarahan, melainkan untuk menyelamatkan pasien dengan sistem imun yang sangat lemah dan infeksi yang mengancam nyawa. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang transfusi lekosit, mulai dari pengertian, indikasi, hingga tantangannya.
Baca juga : Transfusi FFP Adalah: Prosedur Vital untuk Gangguan Pembekuan Darah, Ini Penjelasan Lengkapnya!
Apa Itu Transfusi Lekosit?
Transfusi lekosit adalah suatu prosedur medis dimana konsentrat sel darah putih (terutama granulosit/netrofil) dari donor sehat ditransfusikan kepada pasien penerima.
Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pertahanan imun sementara kepada pasien yang jumlah dan fungsi sel darah putihnya sangat rendah, sehingga tidak mampu melawan infeksi secara alami.
Berbeda dengan komponen darah lain, transfusi lekosit memiliki masa simpan yang sangat pendek (harus segera ditransfusikan dalam 24 jam) dan memerlukan proses pengambilan yang khusus.
Indikasi Transfusi Lekosit: Siapa yang Membutuhkannya?
Karena risikonya yang signifikan, transfusi lekosit bukanlah terapi lini pertama. Indikasinya sangat ketat, biasanya terbatas pada situasi sebagai "terapi penyelamatan" (salvage therapy) untuk:
- Pasien Neutropenia Berat: Pasien dengan jumlah neutrofil yang sangat rendah (<500 sel/µL) akibat kemoterapi atau kegagalan sumsum tulang.
- Infeksi Bakteri atau Jamur yang Refrakter: Infeksi serius yang tidak membaik meskipun telah diberikan antibiotik atau antijamur spektrum luas yang sesuai.
- Kegagalan Sumsum Tulang: Misalnya pada pasien yang sedang menunggu atau baru menjalani transplantasi sumsum tulang.
- Infeksi Bakteri Gram Negatif atau Jamur Invasif: Seperti sepsis yang tidak terkendali.
Prosedur dan Persiapan Transfusi Lekosit
Proses transfusi lekosit melibatkan dua pihak: donor dan pasien.
1. Pada Pihak Donor:
- Donor harus sehat dan memenuhi syarat ketat.
- Sebelum donasi, donor biasanya diberi kortikosteroid dan/atau Granulocyte Colony-Stimulating Factor (G-CSF) untuk meningkatkan produksi dan pelepasan granulosit ke dalam aliran darah.
- Darah donor kemudian diambil melalui proses leukapheresis. Darah dialirkan melalui mesin khusus yang memisahkan dan mengumpulkan granulosit, lalu komponen darah lainnya dikembalikan ke tubuh donor.
2. Pada Pihak Pasien:
- Dilakukan pencocokan silang (cross-match) antara serum pasien dan sel donor untuk meminimalkan risiko reaksi.
- Pasien seringkali mendapat premedikasi (seperti antipiretik dan antihistamin) untuk mencegah reaksi transfusi.
- Konsentrat granulosit kemudian ditransfusikan melalui jalur intravena dengan hati-hati, mirip seperti transfusi darah pada umumnya.
Risiko dan Komplikasi Transfusi Lekosit
Transfusi lekosit membawa risiko yang lebih tinggi dibandingkan transfusi komponen darah lain:
- Reaksi Transfusi Febris Non-Hemolitik: Reaksi demam yang umum terjadi.
- Reaksi Pulmonari (Gangguan Paru): Komplikasi serius seperti Transfusion-Related Acute Lung Injury (TRALI).
- Aloimunisasi: Pasien dapat membentuk antibodi terhadap antigen donor, yang dapat mempersulit transfusi atau transplantasi di masa depan.
- Penularan Penyakit: Meski risiko sudah sangat kecil dengan skrining modern, tetap ada potensi penularan penyakit infeksi seperti CMV (Cytomegalovirus).
- Graft-versus-Host Disease (GVHD): Komplikasi yang jarang tapi sangat fatal, dimana sel donor menyerang tubuh pasien. Untuk mencegahnya, produk transfusi lekosit sering disinari (irradiated).
Baca juga : Blood Transfusion pada Thalassemia: Panduan Lengkap Prosedur dan Manajemen Komplikasi
Tantangan dan Efektivitas
Efektivitas transfusi lekosit masih menjadi bahan perdebatan. Tingkat keberhasilannya bervariasi karena viabilitas granulosit yang ditransfusikan sering rendah dan masa hidupnya di dalam tubuh penerima sangat singkat. Penggunaan antibiotik yang semakin kuat dan agen imunomodulator lain juga telah mengurangi frekuensi prosedur ini. Namun, dalam situasi tertentu yang terpilih, transfusi lekosit tetap menjadi harapan terakhir untuk mengendalikan infeksi yang mengancam nyawa.
Dapatkan informasi medis dan laboratorium terkini dengan mengikuti Media Sosial Infolabmed.com. Ikuti update kami di Telegram, Facebook, dan Twitter/X. Bantu kami terus berkontribusi dalam edukasi kesehatan dengan memberikan DONASI terbaikmu via DANA. Dukungan Anda sangat berharga.
.png)
Post a Comment