Penyebab Leptospirosis: Cara Penularan, Faktor Risiko, dan Upaya Pencegahan

Table of Contents

INFOLABMED.COM - Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

Penyakit ini sering ditemukan di daerah tropis dengan curah hujan tinggi, termasuk Indonesia. 

Baca juga: Salmonellosis: Infeksi Bakteri dari Makanan yang Sering Diremehkan Tapi Berbahaya

Leptospirosis dikenal sebagai penyakit akibat banjir atau genangan air, karena penularannya erat kaitannya dengan lingkungan yang lembap dan tercemar.

Apa Penyebab Leptospirosis?

Penyebab utama leptospirosis adalah infeksi bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini biasanya hidup dalam ginjal hewan, terutama tikus, lalu keluar melalui urine yang mencemari tanah atau air.

Manusia dapat terinfeksi ketika:

  • Terpapar air, lumpur, atau tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri.
  • Luka terbuka, kulit lecet, atau selaput lendir (mata, hidung, mulut) terkena air tercemar.
  • Mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri Leptospira.

Faktor Risiko Penularan Leptospirosis

Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang terkena leptospirosis, di antaranya:

  • Lingkungan Banjir atau Genangan Air → Terutama setelah musim hujan.
  • Pekerjaan dengan Paparan Air/Tanah → Petani, pekerja kebersihan, nelayan, atau petugas banjir.
  • Kebiasaan Hidup di Area Padat Tikus → Daerah perkotaan dengan sanitasi buruk lebih berisiko.
  • Aktivitas Air → Berenang atau bermain di sungai/kolam yang terkontaminasi.

Gejala Leptospirosis

Gejala biasanya muncul 5–14 hari setelah terinfeksi, meliputi:

  • Demam tinggi mendadak
  • Sakit kepala parah
  • Nyeri otot, terutama betis dan punggung
  • Mata merah (konjungtivitis)
  • Mual, muntah, dan diare

Pada kasus berat, leptospirosis bisa menyebabkan gagal ginjal, meningitis, gangguan pernapasan, hingga kematian.

Baca juga: Apa Itu Hantavirus: Gejala, Penularan, dan Pentingnya Pencegahan Dini

Upaya Pencegahan Leptospirosis

Untuk mencegah penularan leptospirosis, langkah berikut perlu dilakukan:

  • Hindari kontak langsung dengan air banjir atau genangan.
  • Gunakan APD (sepatu bot, sarung tangan) jika harus bekerja di area tercemar.
  • Tutup luka sebelum beraktivitas di luar rumah.
  • Jaga kebersihan lingkungan dan kendalikan populasi tikus.
  • Pastikan air minum bersih dan aman.

Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui chanel Telegram Link, Facebook Link, Twitter/X Link, dan Instagram Link. Berikan DONASI terbaikmu untuk perkembangan website infolabmed.com melalui Donasi via DANA Link.***

Nadya
Nadya Halo, saya Nadya Septriana seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) yang gemar menulis konten seputar laboratorium dan kesehatan. Lewat tulisan, saya ingin membantu pembaca lebih memahami topik medis dengan cara yang mudah dipahami. Hope u like it and find it helpful!

Post a Comment