Prosedur Crossmatch: Standar Emas Keselamatan Transfusi Darah
INFOLABMED.COM – Sebelum pasien menerima transfusi darah, dilakukan uji crossmatch untuk memastikan kecocokan sel darah merah donor dengan plasma penerima.
Protokol ini esensial untuk meminimalkan risiko reaksi hemolitik akut maupun tertunda
Baca Juga: Memahami Blood Typing: Pentingnya ABO Typing, Rh-Typing, dan Type and Crossmatch dalam Transfusi Darah
🎯 Tujuan Crossmatch
- Mendeteksi antibodi penerima terhadap antigen donor (major crossmatch).
- Menemukan antibodi donor dalam plasma (minor crossmatch), meskipun minor, tetap diperiksa
🧬 Jenis Metode
🧪 Prosedur Umum (Gel‑Test sebagai contoh)
- Pra-analitik: konfirmasi ABO‑Rh, pisahkan sel/plasma, buat suspensi 0,8–1 %
Analitik:
- Mayor: campur donor sel + serum penerima
- Minor: campur penerima sel + serum donor
- Autokontrol: penerima sel + serum sendiri Inkubasi 37 °C selama 15 menit, sentrifugasi 10 menit
Post-analitik:
- Baca aglutinasi: negatif → cocok, positif → tidak kompatibel
- Jika positif terutama di mayor, transfusi harus dibatalkan; minor positif perlu evaluasi lanjutan .
🕒 Durasi Pelaksanaan
Metode cepat (immediate‑spin): ~30–60 menit
AHG lengkap: 1–2 jam. Gel‑test: ~15 menit untuk inkubasi + 10 menit sentrifugasi
⚠️ Manfaat Klinis & Risiko
- Efektivitas: mencegah reaksi transfusi hemolitik lewat pengecekan potensi antibodi
- Risiko jika diabaikan: transfusi darah tidak cocok bisa menimbulkan demam, menggigil, urtikaria, gagal ginjal mendadak, bahkan kematian
- Darurat: jika mortalitas tinggi, boleh transfusi tanpa crossmatch lengkap, tetapi ABO‑Rh negatif tetap sebagai prioritas
📋 Ringkasan Protokol
Prosedur crossmatch adalah langkah krusial dalam transfusi darah untuk menjamin keamanan dan efektivitas.
Baca Juga: Waspadai Defisiensi Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G-6-PD): Penyebab Anemia Hemolitik yang Sering Tak Disadari
Melalui kombinasi metode ISCM, AHG, gel‑test, atau e‑XM, tim bank darah dapat mendeteksi antibodi yang dapat menyebabkan reaksi serius.
Dalam situasi darurat, transfusi tetap dapat dilakukan dengan catatan evaluasi risiko. Implementasi protokol yang disiplin memastikan perlindungan optimal bagi pasien.
Post a Comment