Patofisiologi CK Total: Mekanisme Peningkatan dan Peran NAC dalam Tes Laboratorium

Table of Contents



INFOLABMED.COM – Peningkatan kadar Creatine Kinase (CK) total dalam darah sering kali menjadi indikator penting dalam mendiagnosis kerusakan otot dan jantung. 

Pemahaman mendalam tentang patofisiologi peningkatan CK serta peran N-acetylcysteine (NAC) dalam pemeriksaan CK-NAC sangat krusial bagi tenaga medis untuk memastikan diagnosis yang akurat.

Baca Juga: Pemeriksaan CK-NAC; Prinsip, Sampel, Nilai Normal, dan Limitasi  

Patofisiologi Peningkatan Creatine Kinase (CK) 

Creatine Kinase (CK), juga dikenal sebagai Creatine Phosphokinase (CPK), adalah enzim intraseluler. 

Artinya, CK sebagian besar ditemukan di dalam sel-sel berbagai jaringan tubuh. 

Perannya sangat vital dalam metabolisme energi, terutama di jaringan yang memiliki kebutuhan energi tinggi. 

Peran CK dalam Metabolisme Energi: CK mengkatalisis reaksi reversibel antara kreatin dan fosfokreatin, serta antara ADP (adenosine diphosphate) dan ATP (adenosine triphosphate):
 
Fosfokreatin+ADP⇌Kreatin+ATP 

Fosfokreatin berfungsi sebagai cadangan energi cepat bagi sel. 

Ketika sel membutuhkan energi segera (misalnya saat kontraksi otot), fosfokreatin melepaskan gugus fosfatnya ke ADP untuk menghasilkan ATP, sumber energi utama sel. 

CK memastikan regenerasi ATP yang cepat ini. 

Mengapa CK Meningkat dalam Darah (Patofisiologi Kerusakan Otot/Jaringan): 

Peningkatan kadar CK dalam darah menunjukkan adanya kerusakan atau integritas membran sel yang terganggu pada jaringan yang kaya akan enzim ini. 

Jaringan utama yang mengandung CK adalah: 

  • Otot Rangka (Skeletal Muscle): 

Mengandung isoenzim CK-MM (sekitar 95-98% dari CK total). 

Kerusakan pada otot rangka (misalnya karena trauma, rhabdomyolysis, distrofi otot, myositis, aktivitas fisik berlebihan, injeksi intramuskular, atau penggunaan obat-obatan tertentu seperti statin) akan menyebabkan membran sel otot (sarkolema) menjadi lebih permeabel atau bahkan pecah. 

Akibatnya, CK yang seharusnya berada di dalam sel otot, bocor keluar ke dalam aliran darah. 

  • Otot Jantung (Cardiac Muscle): 

Mengandung isoenzim CK-MB (sekitar 25-40% dari CK total) dan sebagian kecil CK-MM. 

Kerusakan pada otot jantung, paling sering akibat infark miokard akut (serangan jantung), menyebabkan sel-sel otot jantung (miokardium) mati dan melepaskan isi selnya, termasuk CK-MB, ke dalam sirkulasi. 

  • Otak (Brain): 

Mengandung isoenzim CK-BB. Meskipun CK-BB ada di otak, kadar CK-BB dalam darah biasanya sangat rendah karena hambatan darah-otak (blood-brain barrier) yang mencegah enzim ini keluar ke sirkulasi darah secara signifikan, kecuali dalam kasus kerusakan otak yang sangat parah. 

Secara umum, patofisiologi peningkatan CK adalah sebagai berikut: 

  1. Cedera atau Penyakit pada Sel Kaya CK: Baik itu cedera fisik, iskemia (kekurangan aliran darah dan oksigen), peradangan, penyakit genetik, atau toksisitas obat. 
  2. Kerusakan Membran Sel: Cedera ini menyebabkan kerusakan pada membran sel (misalnya sarkolema pada otot). Membran sel menjadi lebih permeabel atau bahkan pecah. 
  3. Pelepasan Enzim ke Sirkulasi: Akibat kerusakan membran, enzim intraseluler seperti CK, yang seharusnya berada di dalam sel, bocor keluar dan masuk ke dalam sirkulasi darah. 
  4. Peningkatan Kadar CK dalam Serum: Ketika kadar CK dalam darah melebihi ambang batas normal, ini mengindikasikan adanya kerusakan jaringan yang relevan.

Peran N-Acetylcysteine (NAC) dalam Tes CK-NAC 

Penting untuk dipahami bahwa NAC tidak berperan dalam patofisiologi peningkatan CK itu sendiri. 

NAC adalah agen yang ditambahkan dalam proses laboratorium (in vitro) saat melakukan tes untuk mengukur kadar CK. 

Mekanisme dan Tujuan Penambahan NAC: 

  • Aktivasi Enzim (Optimasi Reaksi): 
N-acetylcysteine (NAC) bertindak sebagai aktivator thiolic atau reaktivator enzim. 

Enzim CK mengandung gugus sulfhidril (-SH) yang rentan terhadap oksidasi. 

Oksidasi gugus sulfhidril dapat menyebabkan inaktivasi parsial enzim CK, sehingga hasil pengukuran bisa lebih rendah dari kadar sebenarnya. 
  • Melindungi Gugus Sulfhidril: 
NAC menyediakan gugus sulfhidril bebas yang dapat melindungi dan mengaktifkan kembali gugus sulfhidril pada enzim CK. 

Dengan menjaga gugus sulfhidril CK dalam bentuk tereduksi, NAC memastikan bahwa aktivitas enzimatik CK dapat diukur secara maksimal dan akurat. 
  • Meningkatkan Akurasi Pengukuran: 
Penambahan NAC dalam reagen tes CK-NAC memastikan bahwa pengukuran kadar CK dalam sampel darah mencerminkan aktivitas enzim yang sesungguhnya. 
Ini penting untuk diagnosis yang akurat dan pemantauan kondisi pasien, karena hasil yang tidak akurat dapat menyebabkan kesalahan interpretasi klinis. 

Dengan demikian, penambahan NAC dalam metode pengukuran CK tidak hanya meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas hasil, tetapi juga menjadi kunci dalam memastikan interpretasi klinis yang tepat untuk diagnosis dan pemantauan penyakit yang berkaitan dengan kerusakan otot dan jantung.


Fitri Aisyah
Fitri Aisyah Selamat datang di my blog! Blog ini membahas dunia laboratorium medik dengan cara yang mudah dipahami. Dari teknik pemeriksaan, interpretasi hasil laboratorium, hingga tips seputar kesehatan, semuanya dikemas simpel, jelas, dan berbasis bukti ilmiah. Yuk, eksplorasi ilmu laboratorium bersama! 🔬🚀

Post a Comment