Assessment of Proteinuria: Metode dan Pentingnya Evaluasi Protein dalam Urin
Table of Contents
INFOLABMED.COM – Proteinuria, atau adanya protein berlebih dalam urin, merupakan tanda penting dari kerusakan ginjal.
Penilaian proteinuria (assessment of proteinuria) membantu dokter mendiagnosis kondisi seperti sindrom nefrotik, nefropati diabetik, dan penyakit ginjal kronis (CKD).
Baca juga : Ketonuria: Penyebab, Pemeriksaan, dan Hubungannya dengan Diabetes
Mengapa Assessment of Proteinuria Penting?
Proteinuria dapat terjadi akibat:
- Peningkatan permeabilitas glomerulus (misal pada glomerulonefritis).
- Gangguan reabsorpsi tubulus (misal pada penyakit tubulointerstisial).
Kondisi ini memerlukan evaluasi karena:
- Diagnosis Sindrom Nefrotik: Proteinuria >3g/24h atau PCrR >300 mg/mmol disertai edema dan hipoalbuminemia.
- Prognosis Penyakit Ginjal: Proteinuria adalah penanda risiko progresi gagal ginjal, terutama pada diabetes dan hipertensi.
- Deteksi Dini Nefropati Diabetik: Mikroalbuminuria (ACR 2.5-30 mg/mmol) sering menjadi tanda pertama kerusakan ginjal pada diabetes.
Metode Penilaian Proteinuria
1. Dipstick Urin
- Cepat dan murah, tetapi kurang akurat.
- False positif: Urin pekat (dehidrasi).
- False negatif: Urin encer.
2. Protein-to-Creatinine Ratio (PCrR)
- Mengukur rasio protein terhadap kreatinin dalam urin spot.
- Perkiraan ekskresi protein harian: PCrR (mg/mmol) × 10 = protein/24 jam.
- Contoh: PCrR 150 mg/mmol ≈ 1.5 g/24 jam.
3. Albumin-to-Creatinine Ratio (ACR)
- Lebih sensitif untuk deteksi dini proteinuria rendah (mikroalbuminuria).
- Nilai abnormal:
- Pria: ACR ≥2.5 mg/mmol.
- Wanita: ACR ≥3.5 mg/mmol.
- Standar untuk pasien diabetes dan CKD.
4. Pengumpulan Urin 24 Jam
- Standar emas, tetapi tidak praktis untuk pasien.
- Proteinuria signifikan jika >150 mg/24 jam.
Kondisi Khusus dalam Assessment of Proteinuria
1. Postural Proteinuria
- Proteinuria hanya muncul saat aktivitas (bukan saat tidur).
- Prognosis baik, tidak memerlukan terapi.
- Diagnosis: Bandingkan ACR urin pagi (EMU) dan siang hari.
2. Proteinuria Tubular
- Disebabkan kerusakan tubulus (misal: penyakit Dent, toksisitas obat).
- Deteksi dengan protein spesifik: β2-microglobulin, NAG, atau retinol-binding protein (RBP).
3. Proteinuria Selektif vs. Non-Selektif
- Selektif (rasio albumin/IgG <0.16): Umumnya pada nefropati perubahan minimal (respons baik steroid).
- Non-selektif: Indikasi biopsi ginjal (misal: glomerulonefritis).
4. Bence-Jones Protein (BJP)
- Ditemukan pada multiple myeloma.
- Sekarang lebih dinilai melalui serum free light chains.
Baca juga : Urine Albumin-Creatinine Ratio (uACR): Tes Penting untuk Deteksi Dini Kerusakan Ginjal
Kesimpulan
Assessment of proteinuria adalah langkah kunci dalam:
- Diagnosis dini penyakit ginjal.
- Memantau respons terapi (misal: ACE inhibitor/ARB pada diabetes).
- Menentukan prognosis CKD.
Metode utama: ACR (paling direkomendasikan), PCrR, dan urin 24 jam.
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment