Peran Vital Hormon Antidiuretik (ADH) atau Arginine Vasopressin (AVP) dalam Keseimbangan Cairan Tubuh
INFOLABMED.COM - Hormon Antidiuretik (ADH), juga dikenal sebagai Arginine Vasopressin (AVP), adalah hormon penting yang berperan dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh dan tekanan darah.
Diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan di kelenjar pituitari posterior, ADH dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai respons terhadap perubahan osmolalitas serum.
Baca juga : Uji Hormon Antidiuretik (ADH) (Plasma) - Seri Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Fungsi Utama ADH:
Regulasi Keseimbangan Cairan: Ketika osmolalitas serum meningkat, menunjukkan konsentrasi darah yang lebih tinggi dan kekurangan air, ADH dilepaskan untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal dan duktus pengumpul, memungkinkan reabsorpsi air kembali ke dalam tubuh. Sebaliknya, jika osmolalitas serum rendah, sekresi ADH berkurang, meningkatkan ekskresi air melalui urine.
Pengaruh pada Tekanan Darah: Selain mengatur keseimbangan cairan, ADH juga berfungsi sebagai vasokonstriktor, menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Kondisi Medis Terkait ADH:
Diabetes Insipidus: Kondisi di mana terdapat sekresi ADH yang tidak adekuat atau ginjal tidak merespons ADH dengan tepat. Penyebabnya meliputi trauma kepala, tumor otak, prosedur bedah saraf, atau penyakit ginjal primer. Gejala utama termasuk produksi urine yang berlebihan dan rasa haus yang ekstrem.
Sindrom Sekresi Hormon Antidiuretik yang Tidak Tepat (SIADH): Kondisi di mana terjadi pelepasan ADH yang berkelanjutan meskipun osmolalitas plasma rendah. SIADH dapat disebabkan oleh tumor penghasil ADH ektopik pada paru-paru, timus, pankreas, usus, dan saluran urologi; beberapa kondisi paru-paru; atau stres ekstrem. Gejala termasuk retensi cairan, hiponatremia, dan osmolalitas serum yang rendah.
Nilai Normal dan Interpretasi:
Nilai Normal ADH: 1–5 pg/mL (1–5 ng/L SI units).
Peningkatan ADH dapat mengindikasikan: Porfiria akut, penyakit Addison, tumor otak, kanker bronkogenik, syok sirkulasi, sekresi ADH ektopik, perdarahan, hepatitis, hipotiroidisme, hipovolemia, pneumonia, stres, SIADH, tuberkulosis.
Penurunan ADH dapat mengindikasikan: Diabetes insipidus sentral (pituitari), trauma kepala, hipervolemia, tumor hipotalamus, penyakit metastatik, neurosarcoidosis, sifilis, infeksi virus.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Tes ADH:
Peningkatan ADH dapat disebabkan oleh: Stres fisik dan psikologis, ventilasi mekanis tekanan positif, penggunaan tabung kaca untuk pengumpulan sampel darah.
Obat yang dapat meningkatkan kadar ADH: Asetaminofen, anestesi, barbiturat, karbamazepin, klorotiazid, klorpropamid, siklofosfamid, estrogen, litium, morfin, nikotin, oksitosin, vinkristin.
Obat yang dapat menurunkan kadar ADH: Alkohol, fenitoin.
Prosedur Pengujian ADH:
Pra-tes: Pasien harus berpuasa selama 10 hingga 12 jam sebelum tes dan menghindari aktivitas fisik serta stres.
Prosedur: Sampel darah 7 mL diambil dalam tabung plastik EDTA yang sudah didinginkan sebelumnya, dengan pasien dalam posisi duduk.
Baca juga ; Struktur Histologi Ginjal: Landasan Fungsional yang Kompleks
Pasca-tes: Tekanan diterapkan pada lokasi venipuntur, spesimen diberi label dan segera dikirim ke laboratorium dalam wadah es, dan sampel darah harus disentrifugasi dalam 10 menit setelah pengambilan.
Memahami peran ADH/AVP dalam tubuh sangat penting untuk diagnosis dan manajemen kondisi medis yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan fungsi ginjal.***
Post a Comment