Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Spesimen Tinja/Feses

Tinja atau feses adalah produk buangan saluran pencernaa hewan yang dikeluarkan melalui anus. Proses pembuangan kotoran pada manusia dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret. 


Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Spesimen Tinja Feses


Feses normal terdiri dari sisa-sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk hasil pencernaan makanan, dan kuman-kuman nonpatogen. Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktifitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa mengandung belerang), dan juga gas hydrogen sulfide. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Pemeriksaan feses atau tinja adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinis menegakkan diagnosis suatu penyakit. 

Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium modern, dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinis. 

Feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam. Pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya sel epitel, makrofag, leukosit, eritosit, kristal-kristal, sisa makan, telur cacing atau larva infektif. Pemeriksaan ini juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang diperiksa fesesnya.

Pemeriksaan  feses  di  maksudkan  untuk  mengetahui  ada  tidaknya  telur  cacingataupun  larva  yang  infektif.  Pemeriksaan  feses  ini juga  di  maksudkan  untuk ataupun  larva  yang  infektif.  Pemeriksaan  feses  ini juga  di  maksudkan  untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya (Gandahusada.dkk, 2000).

Pada materi kali ini, kami akan menyajikan informasi yang sering dilakukan di laboratorium klinik terkait pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis pada spesimen tinja/ feses. 


Pemeriksaan Makroskopis Tinja

pemeriksaan makroskopis feses tinja pagi hari
Gambar 1. Pemeriksaan Feses.
(Sumber : https://www.alomedika.com/)


Pemeriksaan Tinja makroskopis dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan mikroskopis, dengan memperhatikan konsistensi (keras, lunak, cair). warna (kuning, putih, hijau/hitam) dan tanda-tanda abnormal (bau tinja amis; seperti ikan, atau bau busuk), lendir, darah, nanah, potongan jaringan, sisa makanan (lemak. serat; sisa obat: zat besi, magnesium/barium) dan cacing. 

Cacing Enterobius (kremi) dan cacing Ascaris (gelang), sering keluar bersama tinja dan dapat dikenali  dengan mudah jika cacingnya masih bergerak. Demikian pula dengan proglotid cacing pita. Namun pada pemeriksaan yang terlambat. proglotid dapat mengering dan melingkar menyerupai cacing gelang. Untuk mengembalikan ke bentuk semu|a dapat dibasahi dengan air. 

Periksa satu rantai segmen untuk mengamati susunan dari lateral pore-nya.

  • Taenia saginata: tidak teratur
  • Taenia solium: teratur
  • Haemodium nana: pada sisi yang sama
  • cranium: dua pore pada sisi yang berlawanan pada masing-masing segmen.

Pemeriksaan Mikroskopis Tinja Secara Langsung

pemeriksaan mikroskopis feses secaralangsung
Gambar 2. Pemeriksaan Mikroskopis. 
(Sumber : https://www.honestdocs.id/)


Pemeriksaan mikroskopis tinja dapat dilakukan dengan beberapa macam pemeriksaan melalui tiga cara yaitu :

Cara langsung (Direct Wet Preparation)


Pemeriksaan sediaan basah dengan pewarnaan langsung (Direct wet mount). Pemeriksaan tinja mikroskopik langsung harus dilakukan sebelum dilakukan pemeriksaan dengan metoda konsentrasi. karena bentukan parasit yang motil tidak akan ditemukan pada sediaan konsentrasi.

1.1 Pewarnaan langsung (Direct wet mount)

Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi yang berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. 

1) Alat dan bahan
  • Kaca objek
  • Gelas penutup 20 mm x 20 mm
  • Lidi
  • Pensil untuk label
  • Larutan Nacl 0.9% (garam faali)
  • Larutan lugol iodine
  • Mikroskop
2) Prosedur pemeriksaan

1. Teteskan 1 tetes larutan garam faali dibagian tengah dari separo bagian kiri kaca objek; dan 1 tetes Iarutan lugol iodin dibagian tengah separuh yang kanan.
2. Ambil sedikit spesimen tinja menggunakan lidi.
  • Bila tinja berbentuk padat, ambil dari bagian dalam dan bagian permukaan.
  • Bila tinja berbentuk cair, ambil dari bagian permukaan cairan atau permukaan berlendir
3. Campur spesimen tinja dengan larutan garam faali pada kaca objek sebelah kiri
4. Ambil spesimen dan campur dengan larutan iodin pada kaca objek sebelah kanan.
5. Tutup masaing-masing spesimen dan kaca penutup (sedapat mungkin hindari timbulnya gelembung udara) (Gambar 3.).
6. Periksa sediaan di bawah mikroskop
  • Untuk sediaan dengan larutan garam faali gunakan lensa objek 10x dan 40x, dimulai dari sebelah pojok kiri atas.
  • Untuk sediaan dengan larutan iodine, gunakan lensa objek 40x.
  • Pada pemeriksaan telur yang tidak berwarna, untuk meningkatkan kontras dapat dilakukan dengan pengurangan jumlah sinar dengan mengatur celah kondensor atau menendahkan letak kondensor.
7. Untuk meyakinkan tidak ada lapang pandang yang terlewati, letakkan kaca objek pada tepi lapangan pandang dan gerakkan kaca objek melintasi microscope meja objek, periksa kaca objek sampai tepi pandangan yang lain.

Gambar  Pewarnaan langsung (Direct wet mount) (Padoli, 2016)
Gambar 3. Pewarnaan langsung (Direct wet mount) (Padoli, 2016)

1.2 Cara sediaan tebal kato

Sebagai pengganti kaca tutup pada teknik pewarnaan langsung, digunakan sepotong selofan. Dengan teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan juga untuk pemeriksaan tinja secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosis

1) Alat dan bahan
  • Kaca objek
  • Kertas selofan ukuran 26 x 28 mm
  • Larutan untuk membuat selophane terdiri atas (100 ml gliserin, 100 ml air. 1m| larutan malakit dalam air 3%)
  • Rendam selofan dalam larutan tersebut di atas sebeIum dipakai selama > 24jam
  • Spesimen tinja
2) Prosedur

  1. Letakkan spesimen tinja 20 -50 mg (sebesar kacang tanah) di atas kaca objek . Tutup tinja dengan kertas selofan.
  2. Tekan sediaan diantara kertas selofan dan kaca objek dengan tutup botol karet supaya tinja menjadi rata sampai menyebar di bawah selofan. Keringkan Iarutan yang berlebihan dengan kertas saring
  3. Diamkan selama  ½- 1 jam pada suhu kamar  dan periksa sediaan di bawah mikroskop dengan cahaya terang (Gambar 4)
Gambar 22. Teknik sediaan tebal (metoda Kato) (Padoli, 2016)
Gambar 4. Teknik sediaan tebal (metoda Kato) (Padoli, 2016)

1.3 Penteriksaan metode konsentrasi: cara apung (flotation method)

Prinsip : tinja dicampur dengan larutan jenuh sodium klorida (larutan jenuh garam dapur) dengan berat jenis 1200 gram/cc sehingga telur yang lebih ringan dari pada BJ larutan akan terapung di permukaan sehingga mudah dikumpulkan dan kemudian diambil sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematode, Schistosoma, Dibothriocephalus. telur yang berpori-pori dari famili Tainidae, telur-telur Acanthocephala ataupun telur Ascaris yang infertil dan terutama dipakai untuk pemeriksaan feces yang mengandung sedikit telur. Kerugiannya mengakibatkan larva dari Schistosoma sp, Strongyodes sp, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan kista protozoa menjadi sangat menciut. Sebaliknya. telur Opisthorchis sp dan Clonorchis sinensis berat jenisnya lebih besar dari 1200 gram/cc sehingga mengendap.

1) Alat dan bahan
  1. Botol volume 10 ml
  2. Lidi
  3. Kaca pentutup
  4. Etanol
  5. Eter
  6. Cawan petri
  7. Larutan jenuh garam dapur (larutan Willis).
          Cara pembuatan larutan Willis
          Campurkan 125 gram sodium klorida dengan 500 ml akuades. 
          Panaskan campuran sampai titik didih dan biarkan dingin. 
          Bila semua garam telah larut, tambahkan 50 gram tagi. 
          Saring dan simpan dalam botol yang tertutup.

2) Prosedur
  1. Siapkan kaca penutup bersih bebas dari lemak. Buat campuran 10 ml etanol 95% dan 10 ml eter
  2. Tuangkan campuran tadi ke dalam cawan petri. dan masukkan ke dalamnya 30 kaca penutup satu persatu, kocok dan biarkan selama 10 menit. Keluarkan kaca penutup satu persatu dan keringkan dengan kain kasa dan simpan pada cawan petri yang kering.
  3. Ambil spesimen tinja sebanyak ± 2 ml dan masukkan ke dalam botol. Tuangkan larutan jenuh garam dapur ke dalam botol sampai ¼  volume botol.
  4. Dengan lidi atau pengaduk. Hancurkan tinja dan campur dengan rata. Bila terdapat serat-serat selulosa disaring terlebih dahulu dengan penyaring teh.

Langkah selanjutnya ada 2 cara:

  1. Didiamkan selama 5-10 menit, kemudian dengan ose diambil larutan permukaan dan ditaruh di atas kaca objek. Kemudian ditutup dengan gelas penutup/cover glass. Periksa di bawah mikroskop. (Gambat 5 dibawah )
  2. Tuangkan lagi larutan jenuh garam dapur sampai batas permukaan botol/tabung, letakkan atau tutupkan kaca objek sehingga menutupi botol. Pastikan bahwa kaca penutup kontak dengan cairan dan tidak ada gelembung udara, biarkan selama 10 menit. Angkat kaca penutup, setetes cairan akan menempel. Tempatkan kaca penutup di atas kaca objektif dan segera periksa di bawah mikroskop (menghindari sediaan cepat kering).
Gambar 23. Metode apung tanpa disentrifugasi (Padoli, 2016)
Gambar 5. Metode apung tanpa disentrifugasi (Padoli, 2016)


1.4 Pemeriksaan anal swap

Telur Enterobius vermikularis biasanya dikumpulkan pada cekungan kulit disekitar anus, dan jarang ditemukan pada tinja. Pemeriksaan dilakukan pada pagi hari sebelum anak kontak dengan air. anak yang diperiksa berumur 1-10 tahun.

1) Alat dan bahan
  • Mikroskop
  • Kaca objek
  • Lidi kapas
  • Tabung reaksi
  • Pipet Pasteur
2) Prosedur
  1. Usapkan lidi kapas pada daerah sekitar anus. Celupkan lidi kapas ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan sodium klorida.
  2. Cuci kapas lidi dalam larutan di tabung, isap larutan dengan pipet pasteur dan pindahkan ke kaca penutup dan tutup kaca penutup
  3. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan memakai lensa objektif 10 x dan dengan mengurangi celah kondensor.
Contoh gambar telur parasit cacing dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar  7.

Gambar 24. Rekapitulasi telur Nematoda dan Cestoda usus (Melvin, Brooke, dan Sadun, 1959 cit Cuomo,  Noel dan White, 2009)
Gambar 6. Rekapitulasi telur Nematoda dan Cestoda usus (Melvin, Brooke, dan Sadun, 1959 cit Cuomo,  Noel dan White, 2009)



Telur Cacing yang ditemukan dalam spesimen feses (Taylor et al., 2016)
Gambar 7. Telur Cacing yang ditemukan dalam spesimen feses (Taylor et al., 2016)




Cara konsentrasi (concentration procedures)

Jika jumlah parasit dalam spesimen tinja adalah rendah, pemeriksaan preparat basah direct tidak dapat mendeteksi parasit, maka tinja harus dikonsentrasi. Telur, kista dan larva utuh setelah prosedur konsentrasi sedangkan trofozoit bisa hancur selama proses. Pemeriksaan parasit yang sering kali disebut tehnik memperkaya (Enrichment technique), memungkinkan untuk memeriksa dan mendeteksi lebih banyak parasit dalam sedikit tinja. Terdapat tiga cara yang dilakukan yaitu: pengapungan tinja (Fecal flotation), cara sedimentasi/ cara endap dan cara biakan.

Cara Pengenceran

Cara ini dipakai untuk menghitung jumlah telur cacing yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja. Ada kegunaan peghitungan jumlah telur cacing, yaitu menetukan beratnya infeksi dan mengevaluai hasil pengobatan.

---------------------------------------------------------------------------------------------
Kerjasama media partner, kirim proposal ke e mail : laboratorium.medik@gmail.com
Dukung infolabmed untuk selalu memberikan informasi terupdate dengan menyisihkan jajan Anda melalui DANA = 085862486502


Sumber :
  1. Alponsin. Pemeriksaan Parasit Cacing Pada Feses. Link ; https://alponsin.wordpress.com/2019/06/13/pemeriksaan-parasit-cacing-pada-feses/. Diakses tanggal 14 Agustus 2022. 
  2. Nada Siti Nabilah. Laporan Praktikum Feses. Link ; https://zdocs.tips/doc/laporan-pemeriksaan-fesesnada-siti-nabilahdocx-lp7jjzz8m8p7. Diakses tanggal 14 Agustus 2022. 

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments