Hidup Dengan Penyakit Autoimun : Terbelit Rematik

Hidup Dengan Penyakit Autoimun : Terbelit Rematik. "Arthritis Rhematoid (AR) tergolong penyakit autoimun yang progresif dan sistemik karena bisa mempengaruhi organ tubuh lain," Ketua Indonesian Rheumatology Association (IRA), Prof. DR. dr. Handono Kalim, SpPD-KR. Prof. Handono menyebutkan AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang belum diketahui penyebabnya. Namun, diduga kuat berkaitan dengan faktor genetik, yaitu sekitar 50%. Agen infeksi berupa beberapa mikroorganisme juga berpotensi menyebabkan Arthritis Rhematoid (AR) seperti mycoplasma, EBV, dan Rubella virus. "Adapun faktor lain adalah faktor hormonal terutama hormon seks, hipeprolactenemia dan faktor imunologi, sel B, sel T, makrofag, dendritic sel, berbagai macam sitokin" paparnya. 

Hidup Dengan Penyakit Autoimun Terbelit Rematik



Pada pasien Arthritis Rhematoid (AR), dokter spesialis penyakit dalam ini menjelaskan pasien akan mengalami peradangan, merah, dan rasa nyeri dari sendi tangan dan kaki, di sertai dengan gejala-gejala sistemik seperti kelelahan, anemia, depresi. Peradangan ini menyebabkan nyeri sendi, kekakuan dan pembengkakan, yang menyebabkan hilangnya fungsi sendi karena kerusakan tulang dan tulang rawan, yang berujung pada kecacatan progresif. 


Prof. Handono menuturkan, seringkali, mereka tidak mengetahui ataupun terlambat mengetahui penyakitnya. Umumnya, pasien menganggap sebagai radang sendi biasa, atau dikira rematik biasa-jenis rematik ada beragam, Arthritis Rhematoid (AR) salah satu rematik yang 'unggul' dan berbahaya. Keterlambatan juga disebabkan karena pasien tak mendapatkan diagnosis yang tepat. 


Dampak Arthritis Rhematoid (AR)

Penyakit Arthritis Rhematoid (AR) baiknya tidak dibiarkan, penyakit ini terutama akan mengakibatkan kerusakan sendi, pasien merasa nyeri terus menerus dan pergerakan teranggu. "40% pasien dengan Arthritis Rhematoid (AR) akan mengalami disabilitas setelah 10 tahun, tetapi beberapa pasien dapat mengalami remisis spontan," terang Prof. Handoko. 


Hal tersebut diatas tentu berdampak pada penderita.  Lambat lain penderita akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, hingga tidak lagi mampu melakukan pekerjaannya. 


"Jika dibiarkan tentu saja bisa mempengaruhi kondisi psikologis. Perasaan stres dan depresi dapat muncul, pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup. Keluarga penderita juga terkena imbas, hidup penderita bergantung pada keluarga, termasuk biaya pengobatan," imbuh Prof. Handono. 


Dengan demikian dalam mengobati penyakit ini, tidak hanya dari segi fisik,melainkan juga harus memperhatikan segi psikologis, sosial dan tentu saja faktor keuangan. 


Penanganan Arthritis Rhematoid (AR)

Prof. Handono memaparkan, diagnosis dari penyakit Arthritis Rhematoid (AR) dilakukan dengan menggunakan kualifikasi ACR/EULAR 20. Setiap kualifikasi akan dinilai skornya dan kemudian dijumlahkan. "Pada pasien dengan skor 6 atau lebih maka diklasifikasikan sebagai Arthritis Rhematoid (AR)," ujarnya. Berikut penilaian Skor untuk diagnosis Arthritis Rhematoid (AR). 

A. Keterlibatan sendi

     1 sendi besar                                    0
     2-10 sendi besar                               1
     1-3 sendi kecil                                  3
     4-10 sendi kecil                                3
     > 10 sendi (min 1 sendi kecil)          5

B. Serologi (minimal 1 hasil lab di perlukan untuk klasifikasi)

     RF dan ACPA negatif                      0
     RF dan ACPA positif rendah           2
     RF dan ACPA positif tinggi             3

C. Reactan fase akut (minimal 1 lab untuk klasifikasi)

    LED dan CRP normal                       0
    LED dan CRP abnormal                    1

D. Lama sakit 

    Kurang dari 6 minggu                     0
    6 minggu atau lebih                         1


Pada pasien dengna skor6 atau lebih maka diklasifikasikan sebagai Arthritis Rhematoid (AR). 


Setelah diagnosis penyakit Arthritis Rhematoid (AR)  ditegakkan , dokter akan melakukan evaluasi awal pada pasien, yaitu menentukan aktifitas penyakit (LED, CRP, Sinovitis), status fungsional, masalah mekanik sendi, gejala ekstra artikular serta adanya kerusakan radiologis pada sendi yang terlibat. 


"Berikutnya akan dilakukan pengobatan yang didasarkan keputusan dokter dan pasien dengan tujuan utaman meningkatkan kualitas hidup dan mencegah kerusakan struktural penekanan peradangan dan pengukuran aktifitas penyakit," jelasnya. 


Menurut Prof. Handono, Anemia dan penyakit jantung adalah dua diantara komplikasi sistemik yang umum mempengaruhi penderita Arthritis Rhematoid (AR). "Tiga puluh persen pasien Arthritis Rhematoid (AR)  menderita anemia yang dapat mengalami kelelahan dan fatigue. Selain kekakuan sepanjang hari dan rasa sakit, kelelahan sehari-hari adalah masalah yang paling umum untuk pasien," imbuh Prof. Handono. Resiko penyakit kardiovaskular juga meningkat, katanya lagi. 


DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments