Pemeriksaan Mikroskopik Pada Spesimen Tinja

Pemeriksaan Mikroskopik Pada Spesimen Tinja. Pemeriksaan mikroskopik tinja dilakukan  dengan menggunakan sebagian larutan tinja dan dapat membantu perbedaan penyebab diare atau penapisan terhadap steatorrhea. Secara mikroskopik, sel darah putih, dan bahan makanan yang tidak tercerna, seperti lemak, serat daging, dan serat sayuran dapat di identifikasi. 

Pemeriksaan Mikroskopik Pada Spesimen Tinja



Walaupun pemeriksaan ini hanya secara kuantitatif, pemeriksaan ini mudah untuk dilakukan dan dapat memberikan informasi yang berguna untuk diagnosis. 



LEUKOSIT TINJA


Leukosit tinja, A. Pewarnaan Gram, B. pewarnaan Wright, C. Preparat basah dengan adanya sel darah putih, sel darah merah dan bakteri. (Foto : tuyenlab.net)
Gambar : Leukosit tinja, A. Pewarnaan Gram, B. pewarnaan Wright, C. Preparat basah dengan adanya sel darah putih, sel darah merah dan bakteri. (Foto : tuyenlab.net)


Terdapat leukosit tinja (sel darah putih) atau pus (eksudat yang mengandung sel darah putih) membantu diagnosis banding diare. Penapisan mikroskopik dilakukan sebagai pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan apakah diare disebabkan oleh bakteri patogen invasif seperti Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, dan E. coli enteroinvasif. 

Bakteri yang menyebabkan diare melalui produksi toksin, seperti Staphylociccus aureus dan Vibrio Spp., virus, dan parasit biasanya tidak menunjukkan adanya leukosit tinja. Oleh karena itu, ada atau tidaknya netrofil tinja dapat memberi informasi diagnostik sebelum mendapatkan hasil kultur.

Secara umum, ketika dinding mukosa usus mengalami infeksi atau inflamasi, leukosit tinja dipresentasikan sebagai eksudat peradangan. Normalnya, lekosit tidak terdapat di dalam tinja; oleh karena itu adanya leukosit walaupun dalam jumlah sedikit (1-3/LPB) mengindikasikan kondisi invasif atau inflamasi. Untuk meningkatkan identifikasi leukosit di tinja, sediaan basah dapat diwarnai dengan pewarnaan Wright atau biru metilen. 

Pewarnaan dengan biru metilen lebih cepat tetapi lebih sulit untuk di interpretasikan. Pewarnaan kering dengan Wright's atau Pewarnaan Gram dapat memberikan pewarnaan permanen pada slide untuk evaluasi. 

 Pewarnaan Gram juga dapat mengobservasi adanya bakteri gram-positif dan gram-negatif, yang dapat membantu dalam penentuan terapi awal. Semua slide harus dilakukan dengan menggunakan spesimen segar.

Pada pemeriksaan dengan LPB, sedikitnya tiga netrofil per LPB dapat mengindikasikan adanya keadaan invasif. Dengan minyak imersi, ditemukannya neutrofil memberikan sensitivitas 70% terhadap adanya bakteri invasif. 

Lactoferrin latex agglutination test juga dapat digunakan untuk deteksi leukosit tinja dan tetap sensitif untuk spesimen yang sudah mendapat pendinginan atau sudah beku. Terdapatnya lactoferrin, komponen dari granul sekunder granulosit, mengindikasikan adanya bakteri patogen invasif. 


LEMAK TINJA, KUALITATIF


Gambar : Steatorrhea dengan pewarnaan Sudan III untuk lemak feses untuk mengetahui asam lemak. (Foto : https://www.tuyenlab.net/)


Terdapatnya peningkatan lemak dalam tinja dapat diidentifikasikan secara makroskopik dan dikonfirmasi secara mikroskopik dan kimia. Steatorrhea (ekskresi lemak tinja > 7 g/hari) merupakan kelainan maldigestif atau malabsorpsi yang sering terjadi. Walaupun penilaian kualitatif terhadap lemak tinja dapat dilakukan secara mikroskopik, penilaian kuantitatif lemak tinja digunakan sebagai diagnosis definitif steatorrhea. 

Prosedur ini dapat digunakan untuk memantau pasien yang menjalani terapi gangguan malabsorpsi. Secara umum, Prosedur pemeriksaan lemak tinja kualitatif maupun kuantitatif memiliki korelasi baik. Akan tetapi fosfolipid dan ester kolesterol yang tidak terwarnai dihitung dengan prosedur pemeriksaan lemak tinja kuantitatif. 

Lemak yang diperiksa adalah Trigliserida, garam asam lemak, dan kolesterol. Keberadaan semua lemak tinja tersebut dapat diobservasi secara mikroskopik dengan pewarnaan Sudan III, sudan IV, atau Oil Red O; Sudan III paling sering digunakan. Berikut ini cara atau Prosedur pewarnaan trigliserida ;

Prosedur pewarnaan Trigliserida pada spesimen Tinja

  1. Homogenisasikan satu bagian tinja dan dua bagian air.
  2. Aduk tinja yang sudah teremulsifikasi dengan satu tetes etilalkohol 10% pada slide.
  3. Tambahkan dua tetes Sudah III dalam alkohol 95%.
  4. Aduk dan tutup dengan kaca objek. 
  5. Periksa dengan LPB
  6. Hitung jumlah globul lemak warna jingga per LPB.

Prosedur kualitatif simple two-slide dapat digunakan untuk mendeteksi peningkatan dalam tinja. Pada slide pertama (pewarnaan trigliserida), penilaian ini bergantung pada pewarnaan jingga-merah pada trigliserida ketika larutan tinja diwarnai dengan pewarna Sudan III, Sudan IV, Oile red O. 

Pada prosedur ini, trigliserida terdeteksi ketika beberapa tetes ethanol (95%) ditambahkan pada larutan tinja pada slide. Selanjutnya, pewarna ditambahkan, lalu ditutup dengan kaca objek, dan diobservasi dibawah mikroskop akan adanya globul lemak. Pada orang sehat, terdapat <60 globul lemak/LPB dalam tinja. 

Garam asam lemak dan asam lemak tidak dapat terwarnai oleh zat warna Sudan III. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan lanjutan pada slide kedua. Pada slide kedua (pewarnaan lemak terpisah/ split fat stain), aliquote larutan tinja yang lain diasamkan dengan asam asetat lalu dipanaskan. 

Slide ini memberikan perkiraan kandungan lemak total tinja (trigliserida ditambah asam lemak dan garam asam lemak). Pengasaman menghidrolisis garam asam lemak menjadi asam lemak, dan pemanasan menyebabkan asam lemak tersebut menyerap zat pewarna. 

Oleh karena garam asam lemak dan asam lemak terdapat secara normal pada tinja, peningkatan jumlah globul lemak berwarna jingga-merah diobservasi pada slide kedua dan dibandingkan dengan slide pertama. 

Jumlah diameter globul lemak merupakan dua hal yang penting untuk diobservasi. Normlanya, < 100 globul lemak/LPB dengan diameter globul lemak yang besar (contoh 40-80 mm) sering ditemukan pada steatorrhea.

Malabsorpso juga dapat dibedakan dengan maldigestif dengan mengevaluasi hasil yang didapatkan dari kedua slide. Jumlah trigliserida yang normal pada slide pertama dibandingkan dengan peningkatan jumlah trigliserida pada slide kedua menunjukkan adanya malabosrpsi. 

Dengan kata lain, terdapat peningkatan lemak yang terdiri dari asam lemak dan garam asam lemak yang tidak diabsorpsi oleh usus halus. Sedangkan peningkatan jumlah trigliserida pada slide pertama dibandingkan slide kedua mengindikasikan maldigestif. 

SERAT DAGING

Gambar : Creatorrhea. Serat daging yang tidak tercerna. Perhatikan lurik otot yang terdefinisi dengan jelas. (Foto : https://www.tuyenlab.net/)


Bahan makanan yang tidak dicerna, seperti serat daging dan sayuran, dapat diidentifikasi secara mikroskopik. Serat daging berbentuk persegi panjang dan memiliki cross-striation yang khas. Identifikasi dan penilaian kaulitatif jumlah serat daging dalam tinja dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kualitatif lemak tinja. 

Adanya serat daging ditentukan saat penapisan global lemak pada slide lemak tinja pertama. Pendekatan lain adalah dengan memberikan beberapa tetes larutan tinja pada slide dan mewarnai dengan laruta eosin dalam alkohol 10%. Peningkatan jumlah serat daging dalam tinja (creatorrhea) berhubungan dengan gangguan pencernaan dan rapid transit kandungan usus. 

Serat daging yang tidak tercerna miliki striasi vertikal dan horizontal. Serat daging yang tercerna sebagaian memiliki striasi hanya satu arah (vertikal atau horizontal), dan serat daging yang tercerna tidak memiliki striasi. 

Hanya serat daging yang tidak tercerna yang dihitung, dan terdapatnya dalam jumlah lebih dari 10 dilaporkan sebagai maldigestif atau adanya hipermotilitas. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, pasien sebaiknya diinstruksikan untuk mengkonsumsi daging merah pada diet mereka sebelum pengumpulan spesimen. Spesimen sebaiknya diperiksa dalam 24 jam setelah pengumpulan. 


Sumber : Gerry Adrian Wiryanto. 2013. Urinalisis Pemeriksaan Cairan Tubuh Sederhana. WIMI : Jakarta. 


PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website infolabmed.com. Jika Anda mengutip dan atau mengambil keseluruhan artikel dalam websit ini, mohon untuk selalu mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang telah Anda buat. Kerjasama/media partner : laboratorium.medik@gmail.com.

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

1 Comments

  1. Normlanya, < 100 globul lemak/LPB dengan diameter globul lemak yang besar (contoh 40-80 mm) sering ditemukan pada steatorrhea. Ini kutipan dari info di atas, saya mau memastikan jadi ini kalau steatorrhea ya? karena di awal disebutkan "normalnya" jadi agak rancu. Terima kasih juga atas informasinya, sangat membantu

    ReplyDelete