SPPG Ganti Menu MBG Jadi Snack: Wamenkes Tegaskan Makanan Harus Dimasak

Program makan bergizi gratis (MBG) di Indonesia tengah menjadi sorotan, terutama terkait perubahan menu yang disajikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Belakangan, ada indikasi bahwa beberapa SPPG mengganti menu utama yang seharusnya bergizi dengan pilihan makanan ringan seperti biskuit dan roti kering. Hal ini mendorong Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), dr. Benjamin Paulus Octavianus, untuk memberikan tanggapan tegas.
Wamenkes menegaskan bahwa kebijakan penggantian menu tersebut tidak sejalan dengan tujuan awal program MBG. Program ini seharusnya menyediakan makanan yang segar dan dimasak langsung untuk memastikan kualitas gizi yang optimal bagi penerima manfaat. Perubahan ini memicu kekhawatiran terkait pemenuhan standar gizi dan keamanan pangan.
Wamenkes: Makanan Dimasak Lebih Aman dan Bergizi
Dr. Benjamin Paulus Octavianus, dalam kesempatan Temu Media di Kementerian Kesehatan RI pada Jumat, 17 Oktober 2025, menyampaikan pandangannya mengenai isu ini. Ia menekankan pentingnya penyediaan makanan yang dimasak dalam program MBG. Menurutnya, makanan yang dimasak memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih aman dibandingkan dengan makanan kering seperti biskuit atau makanan ringan lainnya.
“Saya setuju bahwa dari Kementerian Kesehatan, masyarakat harus diberikan makanan yang dimasak. Karena makanan yang dimasak itu kualitasnya lebih aman dibanding kita pakai biskuit atau makanan kering lain,” ujar Wamenkes. Pernyataan ini menunjukkan komitmen Kementerian Kesehatan untuk memastikan kualitas gizi dan keamanan pangan dalam program MBG.
Kasus Keracunan dan Fluktuasi
Kementerian Kesehatan juga melaporkan adanya kasus keracunan pangan terkait program MBG. Berdasarkan laporan terakhir pada Jumat pagi, 17 Oktober 2025, tercatat 439 kasus keracunan di delapan kabupaten. Angka ini menjadi perhatian serius dan menunjukkan adanya tantangan dalam implementasi program.
Dr. Benjamin menjelaskan bahwa tren kasus keracunan tersebut bersifat fluktuatif. Data menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah kasus dari waktu ke waktu. Kementerian Kesehatan terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG untuk menekan angka keracunan.
“Kemenkes ini luar biasa, laporan tadi pagi 439 kasus di delapan kabupaten. Kami punya laporan setiap hari, kemarin 200, sebelumnya 103, jadi naik-turun dari sekitar hampir 35 juta orang yang makan,” jelasnya.
Baca Juga: Waspada! 280 Ribu Warga AS Terinfeksi Penyakit Chagas 'Kissing Bug'
Target Pemerintah: Zero Case Keracunan
Pemerintah menetapkan target yang sangat jelas terkait program MBG, yaitu zero case atau nol kasus keracunan. Hal ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk melindungi kesehatan masyarakat. Tidak adanya kasus keracunan menjadi indikator keberhasilan program.
“Targetnya kita ya harus zero, nggak boleh ada orang keracunan,” tegas Wamenkes. Upaya mencapai target ini membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan SPPG.
Alasan SPPG Beralih ke Snack Kering
Terdapat beberapa alasan mengapa SPPG memilih menyediakan makanan kering seperti biskuit atau snack kemasan. Menurut Wamenkes, kendala operasional di lapangan menjadi faktor utama. Beberapa SPPG mungkin belum memiliki dapur yang memadai atau menghadapi keterbatasan waktu dalam pengadaan bahan makanan segar.
“Memang ada yang sudah mampu langsung masak makanan, ada juga yang karena harus segera membeli makan, akhirnya memilih makanan jadi seperti biskuit,” katanya. Kondisi ini menuntut pemerintah untuk memberikan dukungan dan solusi agar SPPG dapat menyediakan makanan yang lebih sehat dan bergizi.
Upaya Peningkatan Kualitas dan Pengawasan
Pemerintah berupaya memastikan setiap penerima program mendapatkan makanan bergizi yang memenuhi standar keamanan dan nilai gizi. Kementerian Kesehatan sedang memperkuat sistem pengawasan terhadap mutu makanan yang disalurkan oleh SPPG. Ini termasuk menyiapkan standar kelayakan dapur, sanitasi, dan pelatihan pengelolaan bahan makanan.
Peningkatan kualitas menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan dan kredibilitas program MBG. Wamenkes menegaskan bahwa makanan yang berproses dan dimasak jauh lebih baik untuk kesehatan penerima manfaat. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas program dan memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat.
“Kita tingkatkan kualitasnya. Makanan yang berproses dan dimasak itu jauh lebih baik untuk kesehatan penerima manfaat,” ucapnya.
Ikuti dan Dukung Infolabmed.com
Mari terhubung melalui media sosial dan dukung perkembangan website Infolabmed.com
Dukungan untuk Infolabmed.com
Beri Donasi untuk Perkembangan Website
Dukung Infolabmed.com dengan memberikan donasi terbaikmu melalui DANA. Setiap kontribusi sangat berarti untuk pengembangan dan pemeliharaan website.
Donasi via DANAProduk Infolabmed
Nama Produk: PORLAK BGM-102 - Alat Cek Gula Darah Digital Akurat, Hasil 5 Detik, Bonus Lancet & Baterai
Harga: Rp 270.000
© 2025 Infolabmed.com | Terima kasih atas dukungannya
Post a Comment