ANA IF: Panduan Lengkap Memahami Pemeriksaan Antinuclear Antibody untuk Deteksi Penyakit Autoimun

Table of Contents

INFOLABMED.COM - Pemeriksaan ANA IF (Antinuclear Antibody - Indirect Immunofluorescence) merupakan salah satu tes laboratorium penting dalam bidang imunologi klinik yang berfungsi untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap inti sel (antinuclear antibody) di dalam serum pasien.

Pemeriksaan ini sering digunakan untuk membantu mendiagnosis berbagai penyakit autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik (LES), sindrom Sjögren, scleroderma, dan mixed connective tissue disease (MCTD).

Baca juga: Mengenal Lebih Dalam Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Penyakit Autoimun yang Menyerang Diri Sendiri

Metode ANA IF dilakukan dengan teknik imunofluoresensi tidak langsung, di mana serum pasien direaksikan dengan substrat jaringan atau sel yang mengandung antigen nuklear.

Jika antibodi antinuklear ada dalam serum, antibodi tersebut akan berikatan dengan antigen di inti sel, dan selanjutnya diberi pewarna fluoresen untuk diamati di bawah mikroskop fluoresensi.

Prinsip Pemeriksaan ANA IF

Prinsip dasar pemeriksaan ini adalah reaksi antigen-antibodi yang ditandai oleh sinyal fluoresensi. Jenis pola fluoresensi yang dihasilkan (seperti homogenous, speckled, nucleolar, atau centromere) memiliki arti diagnostik yang berbeda, tergantung pada jenis antibodi yang terdeteksi.

Sebagai contoh:

  • Pola Homogeneous sering dikaitkan dengan lupus eritematosus sistemik (LES).
  • Pola Speckled menunjukkan kemungkinan penyakit seperti SLE ringan, sindrom Sjögren, atau MCTD.
  • Pola Centromere biasanya ditemukan pada scleroderma terbatas.

Tujuan Pemeriksaan ANA IF

Pemeriksaan ANA IF bertujuan untuk:

  • Menjadi alat bantu diagnosis penyakit autoimun sistemik.
  • Menentukan pola antibodi yang dapat memberikan petunjuk jenis penyakit autoimun.
  • Menilai aktivitas penyakit serta memantau respons terapi pasien.

Interpretasi Hasil ANA IF

Hasil pemeriksaan dilaporkan berdasarkan dua aspek, yaitu titer antibodi dan pola fluoresensi.

  • Titer rendah (1:40 atau 1:80) dapat ditemukan pada individu sehat, terutama lansia.
  • Titer tinggi (≥1:160) biasanya lebih spesifik untuk penyakit autoimun.

Namun, hasil ANA IF tidak dapat digunakan secara tunggal untuk menegakkan diagnosis. Dokter biasanya akan mengombinasikannya dengan pemeriksaan klinis dan uji laboratorium lain seperti anti-dsDNAENA panel, atau anti-Sm untuk memastikan diagnosis yang lebih akurat.

Baca juga: Mengenal Pemeriksaan FNAB: Prosedur, Manfaat, dan Kapan Harus Dilakukan

Keunggulan Pemeriksaan ANA IF

Dibandingkan metode lain, ANA IF dianggap sebagai gold standard karena memiliki sensitivitas tinggi dan mampu menampilkan pola antibodi yang spesifik. Pemeriksaan ini juga berguna sebagai dasar untuk menentukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik.

Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui chanel Telegram Link, Facebook Link, Twitter/X Link, dan Instagram Link. Berikan DONASI terbaikmu untuk perkembangan website infolabmed.com melalui Donasi via DANA Link.***

Nadya
Nadya Halo, saya Nadya Septriana seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) yang gemar menulis konten seputar laboratorium dan kesehatan. Lewat tulisan, saya ingin membantu pembaca lebih memahami topik medis dengan cara yang mudah dipahami. Hope u like it and find it helpful!

Post a Comment