Antibodi Cardiolipin (ACA): Tes Penting untuk Deteksi Risiko Pembekuan Darah dan Autoimun

Table of Contents

INFOLABMED.COM - Antibodi Cardiolipin (ACA) adalah salah satu parameter penting dalam pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan autoimun dan risiko pembekuan darah abnormal.

Antibodi ini termasuk dalam kelompok antifosfolipid yang berperan dalam berbagai kondisi klinis, terutama Sindrom Antifosfolipid (APS) dan penyakit autoimun seperti lupus.

Baca juga: Platelet Function Test Anti P2Y12: Pemeriksaan Penting untuk Terapi Antiplatelet Lebih Tepat

Apa Itu Antibodi Cardiolipin (ACA)?

Antibodi Cardiolipin adalah antibodi yang menyerang fosfolipid pada membran sel tubuh sendiri. Pemeriksaan ACA biasanya mendeteksi tiga jenis imunoglobulin, yaitu:

  • IgG
  • IgM
  • IgA (kadang-kadang)

Tingginya kadar ACA dapat meningkatkan risiko trombosis (pembekuan darah) di pembuluh darah vena atau arteri.

Kapan Tes ACA Diperlukan?

Dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan Antibodi Cardiolipin pada kondisi berikut:

  • Keguguran berulang tanpa sebab jelas
  • Riwayat stroke atau trombosis pada usia muda
  • Kecurigaan Sindrom Antifosfolipid
  • Penyakit autoimun seperti Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
  • Trombositopenia (jumlah trombosit rendah)
  • Gangguan sirkulasi darah mendadak

Hubungan ACA dengan Sindrom Antifosfolipid (APS)

Sindrom Antifosfolipid adalah kondisi autoimun yang menyebabkan darah lebih mudah membeku. ACA menjadi salah satu marker utama dalam penegakan diagnosis APS bersama Lupus Anticoagulant dan antibodi β2-Glycoprotein 1.

Pasien dengan kadar ACA tinggi berisiko mengalami:

  • Stroke
  • Emboli paru
  • Deep vein thrombosis (DVT)
  • Keguguran trimester pertama atau kedua
  • Preeklamsia

Cara Pemeriksaan ACA

Tes dilakukan melalui pengambilan darah vena. Pemeriksaan bisa dikerjakan menggunakan metode ELISA untuk mendeteksi antibodi IgG, IgM, atau IgA. Hasilnya biasanya dikategorikan sebagai:

  • Negatif
  • Borderline
  • Positif rendah
  • Positif tinggi

Interpretasi hasil harus dikombinasikan dengan klinis pasien dan pemeriksaan lanjutan bila diperlukan.

Faktor yang Mempengaruhi Hasil

Beberapa kondisi dapat mempengaruhi tingginya kadar ACA, seperti:

  • Infeksi (HIV, sifilis, hepatitis)
  • Penyakit autoimun
  • Obat-obatan tertentu
  • Kehamilan
  • Reaksi sementara setelah infeksi

Pengulangan tes setelah 12 minggu kadang diperlukan untuk memastikan hasil positif yang konsisten.

Baca juga: HPV DNA: Pemeriksaan Modern untuk Deteksi Dini Risiko Kanker Serviks

Pengobatan dan Penanganan

Jika ACA terdeteksi dalam kadar tinggi dan disertai gejala klinis, dokter mungkin merekomendasikan:

  • Antikoagulan (misalnya heparin, warfarin)
  • Aspirin dosis rendah
  • Pemantauan kehamilan secara intensif
  • Pencegahan trombosis lanjutan
Penanganan disesuaikan dengan kondisi individu dan faktor risiko yang menyertainya.

Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui chanel Telegram Link, Facebook Link, Twitter/X Link, dan Instagram Link. Berikan DONASI terbaikmu untuk perkembangan website infolabmed.com melalui Donasi via DANA Link.***

Nadya
Nadya Halo, saya Nadya Septriana seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) yang gemar menulis konten seputar laboratorium dan kesehatan. Lewat tulisan, saya ingin membantu pembaca lebih memahami topik medis dengan cara yang mudah dipahami. Hope u like it and find it helpful!

Post a Comment