Metode Kato-Katz: Teknik Rekomendasi WHO untuk Survei dan Diagnosis Infeksi Cacing Soil-Transmitted Helminths

Table of Contents

 

Metode Kato-Katz: Teknik Rekomendasi WHO untuk Survei dan Diagnosis Infeksi Cacing Soil-Transmitted Helminths

INFOLABMED.COM - Dalam upaya global memberantas infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-Transmitted Helminths/STH), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan sebuah teknik diagnostik yang spesifik dan terstandarisasi: Metode Kato-Katz

Berbeda dengan metode kualitatif lainnya, teknik ini tidak hanya menjawab "apakah ada infeksi?" tetapi juga "seberapa parah infeksinya?" dengan mengukur intensitas infeksi berdasarkan jumlah telur yang ditemukan.

Baca Juga: Gejala Infeksi Cacing Gelang pada Orang Dewasa

Metode ini menjadi gold standard untuk survei epidemiologi, pemetaan daerah endemis, dan memantau keefektifan program pengobatan massal (mass drug administration/MDA) karena kemampuannya memberikan data kuantitatif yang andal.

Prinsip Dasar dan Keunikan Metode Kato-Katz

Prinsip utama Metode Kato-Katz adalah preparasi sediaan tinja yang telah dikuantifikasi dengan sangat teliti. 

Sejumlah sampel feses yang spesifik (biasanya 41.7 mg) diletakkan di dalam sebuah template, kemudian ditutup dengan kaca cellophane yang telah direndam dalam larutan pewarna dan gliserin.

Larutan gliserin berperan penting untuk:

  • Menjernihkan Sediaan: Secara bertahap, gliserin akan menjernihkan material feces di sekitar telur, membuat telur cacing menjadi semakin jelas dan mudah diidentifikasi under mikroskop.
  • Mengawetkan Morfologi: Mencegah sediaan mengering terlalu cepat, sehingga memungkinkan pengamatan yang lebih lama.

Prosedur Metode Kato-Katz (Secara Ringkas)

  1. Penyiapan Sampel: Sejumlah sampel feses segar diletakkan di atas alas yang telah disediakan.
  2. Pembuatan Sediaan: Sebuah template berlubang (dengan volume pasti 41.7 mg) diletakkan di atas slide kaca. Sampel feses diisi ke dalam lubang template dan diratakan.
  3. Penutupan dengan Cellophane: Template dilepaskan, dan sediaan feses yang telah terukur ditutup dengan kaca cellophane yang telah direndam sebelumnya dalam campuran larutan malachite green (atau biru metilen) dan gliserin.
  4. Inkubasi: Sediaan dibiarkan selama beberapa waktu (biasanya 30-60 menit) agar proses penjernihan oleh gliserin berlangsung. Waktu inkubasi ini penting untuk menghindari kesalahan pembacaan.
  5. Pemeriksaan Mikroskopis: Seluruh area sediaan diperiksa di bawah mikroskop. Setiap telur cacing yang ditemukan dihitung dan dicatat jenisnya.

Keunggulan dan Manfaat Utama

  • Kuantitatif: Metode ini menghitung jumlah telur per gram (TPG) tinja, yang merupakan indikator langsung untuk mengkategorikan intensitas infeksi (ringan, sedang, berat). Data ini crucial untuk menilai beban penyakit di suatu populasi.
  • Terstandarisasi: Prosedurnya yang seragam memungkinkan perbandingan data dari berbagai daerah dan waktu yang berbeda, sehingga sangat valid untuk penelitian dan survei.
  • Rekomendasi WHO: WHO secara resmi menganjurkan penggunaan metode ini untuk evaluasi program pengendalian STH dan untuk memutuskan frekuensi pemberian obat cacing di suatu daerah.

Keterbatasan Metode

  • Sensitivitas: Untuk infeksi dengan intensitas sangat ringan, sensitivitasnya mungkin lebih rendah dibandingkan metode yang memproses volume sampel lebih besar (seperti metode konsentrasi).
  • Waktu Penjernihan: Morfologi telur tertentu (misalnya telur Schistosoma mansoni) bisa berubah atau rusak jika waktu inkubasi terlalu lama.
  • Keterampilan Operator: Membutuhkan teknisi yang terlatih untuk mengidentifikasi dan menghitung telur dengan akurat.

Peran dalam Kesehatan Masyarakat

Data kuantitatif dari Metode Kato-Katz adalah dasar ilmiah bagi pemerintah dan organisasi kesehatan untuk:

  • Memetakan daerah endemis prioritas.
  • Menentukan kelompok sasaran yang paling berisiko.
  • Mengevaluasi dampak dari program pengobatan massal yang telah dilaksanakan.
  • Mengalokasikan sumber daya kesehatan secara efisien.

Metode Kato-Katz jauh lebih dari sekadar teknik laboratorium; ia adalah alat strategis dalam kesehatan masyarakat global. 

Baca Juga: Diagnosis Tepat, Penanganan Optimal: Peran Pemeriksaan Laboratorium untuk Deteksi Cacingan

Sebagai metode rekomendasi WHO, ia memberikan data yang tidak bisa diberikan oleh metode kualitatif biasa, yaitu besarnya beban infeksi. 

Dalam perang melawan cacingan, informasi yang diberikan oleh metode Kato-Katz adalah senjata utama untuk merancang strategi yang tepat sasaran dan efektif.


Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui TelegramFacebookTwitter/XBerikan DONASI terbaikmu untuk perkembangan website infolabmed.com melalui Donasi via DANA.



Fitri Aisyah
Fitri Aisyah Selamat datang di my blog! Blog ini membahas dunia laboratorium medik dengan cara yang mudah dipahami. Dari teknik pemeriksaan, interpretasi hasil laboratorium, hingga tips seputar kesehatan, semuanya dikemas simpel, jelas, dan berbasis bukti ilmiah. Yuk, eksplorasi ilmu laboratorium bersama! 🔬🚀

Post a Comment