Teori Fiksasi: Prinsip, Tujuan, dan Prosedur Penting untuk Pengawetan Jaringan
Table of Contents
INFOLABMED.COM - Fiksasi adalah tahap kritis dalam preparasi sampel jaringan untuk pemeriksaan histopatologi.
Proses ini bertujuan mengawetkan struktur sel dan komponen kimiawi agar mendekati kondisi in vivo.
Baca juga : Teknik Fiksasi Sediaan Histologik: Menjaga Integritas Jaringan untuk Diagnostik Akurat
Artikel ini membahas teori fiksasi secara mendalam, termasuk mekanisme, tujuan, dan tips praktis untuk hasil optimal.
Apa Itu Fiksasi?
Fiksasi adalah proses pengawetan jaringan dengan larutan kimia (fiksatif) untuk mencegah degradasi sel pasca-pengambilan sampel. Fiksatif seperti formalin 10% bekerja dengan:
- Membentuk ikatan silang (cross-linking) antar protein.
- Menghentikan autolisis (penghancuran sel oleh enzim intraseluler).
- Mencegah pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan.
Contoh Fiksatif Umum:
- Formalin : Mengawetkan struktur inti dan sitoplasma
- Asam Asetat : Mengkoagulasi kromatin
- Etanol : Dehidrasi dan presipitasi protein
Tujuan Fiksasi
- Mempertahankan Morfologi Jaringan
- Mencegah penyusutan atau pembengkakan sel
- Menghentikan Aktivitas Enzim
- Menghambat autolisis dan pembusukan.
- Meningkatkan Kualitas Pewarnaan
- Formalin memperjelas warna hematoksilin-eosin (H&E).
- Mengoptimalkan Pemeriksaan Mikroskopis
- Mempertahankan indeks bias organel sel.
Prinsip Dasar Fiksasi
- Koagulasi Protein
- Contoh: Asam asetat mengendapkan kromatin tanpa merusak protein.
- Presipitasi
- Pengendapan protein mengurangi kelarutan dan meningkatkan stabilitas jaringan.
Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Fiksasi
Suhu
- Suhu kamar (20°C) ideal untuk formalin. Pemanasan hingga 45°C bisa mempercepat proses.
Waktu Penetrasi
- Formalin 10% menembus jaringan 1 mm/jam. Jaringan tebal 10 mm butuh 25 jam.
pH Larutan
- pH 6.8–7.2 (netral) mencegah artefak seperti formalin pigment (Gambar 4.4).
Rasio Volume Fiksatif:Jaringan
- Minimal 1:20 (ideal 1:50) untuk konsentrasi optimal.
Prosedur Praktis Fiksasi yang Baik
Segera Fiksasi Jaringan
- Jangan biarkan sampel mengering atau terdistorsi.
Potong Jaringan Tipis (≤4 mm)
- Memastikan penetrasi fiksatif merata (Gambar 4.5).
Gunakan Fiksatif Segar
- Hindari larutan yang sudah terkontaminasi.
Agitasi Lembut
- Mengoptimalkan distribusi fiksatif.
Contoh Kesalahan Umum:
- Fiksasi tidak merata → Vakuolisasi sel
- pH terlalu asam → Pigmen formalin hitam.
Baca juga : Teknik Fiksasi Sediaan Histologik dan Sitologi: Panduan Lengkap untuk Laboratorium Medis
Pilihan Fiksatif untuk Aplikasi Khusus
Jenis Pemeriksaan | Fiksatif yang Direkomendasikan |
---|---|
Histologi Rutin | Formalin 10% netral |
Pewarnaan Trichrome | Larutan Bouin (mengandung asam pikrat) |
Imunohistokimia | Formalin dengan waktu fiksasi terkontrol |
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment