Kolonoskopi: Prosedur, Manfaat, dan Risiko yang Perlu Diketahui
INFOLABMED.COM - Kolonoskopi adalah prosedur medis yang memungkinkan visualisasi langsung pada usus besar menggunakan endoskop fleksibel berbasis serat optik.
Pemeriksaan Kolonoskopi berperan penting dalam mendeteksi dan mencegah kanker kolorektal serta kondisi medis lainnya seperti polip usus, kolitis ulseratif, dan divertikulosis.
Baca juga : Machine Learning, Teknik Pencitraan Dapat Meningkatkan Diagnosis Kanker Usus Besar
Apa Itu Kolonoskopi?
Kolonoskopi dilakukan dengan memasukkan endoskop melalui anus untuk mencapai usus besar. Alat ini memiliki beberapa fungsi, termasuk:
- Melihat langsung permukaan dinding usus besar.
- Menginsuflasi udara untuk memperluas usus guna meningkatkan visibilitas.
- Mengambil sampel jaringan untuk biopsi.
- Menghilangkan polip atau benda asing.
- Menghentikan perdarahan dengan sinar laser.
Indikasi Pemeriksaan Kolonoskopi
Prosedur ini direkomendasikan untuk pasien yang mengalami:
- Perdarahan saluran cerna bagian bawah.
- Perubahan pola buang air besar yang tidak normal.
- Riwayat keluarga dengan kanker usus besar atau polip.
- Risiko tinggi terkena kanker kolorektal.
- Deteksi dini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin.
Menurut American Gastroenterological Association Institute (AGAI), orang dengan risiko rata-rata direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan ini mulai usia 50 tahun dengan interval setiap 10 tahun.
Jika ada riwayat keluarga dengan kanker kolorektal, pemeriksaan dapat dimulai pada usia 40 tahun atau lebih awal.
Persiapan Sebelum Kolonoskopi
Agar hasil pemeriksaan optimal, pasien perlu melakukan persiapan, yaitu:
- Mengikuti diet cair selama 2 hari sebelum tes.
- Mengonsumsi pencahar kuat pada malam sebelum pemeriksaan.
- Menggunakan enema di pagi hari sebelum prosedur.
- Minum larutan pembersih usus seperti Colyte.
- Berpuasa selama 8-12 jam sebelum prosedur.
- Menghindari konsumsi obat tertentu sesuai anjuran dokter.
Proses Pelaksanaan Kolonoskopi
- Pasien berbaring dalam posisi miring ke kiri.
- Tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan detak jantung dipantau.
- Infus dipasang untuk memberikan cairan dan obat penenang.
- Endoskop dimasukkan melalui anus menuju usus besar.
- Udara atau karbon dioksida dipompa ke dalam usus untuk memperluas ruang.
- Jika ditemukan kelainan seperti polip, dokter dapat mengangkatnya.
- Selama prosedur, pasien mungkin merasakan tekanan atau keinginan untuk buang air besar.
Pasca Prosedur Kolonoskopi
Setelah pemeriksaan, pasien akan:
- Dipantau tanda vitalnya setiap 15 menit hingga stabil.
- Mengalami keluarnya gas dalam jumlah besar akibat insuflasi udara.
- Dapat kembali mengonsumsi makanan setelah benar-benar sadar.
- Harus menghindari aktivitas berat selama beberapa jam.
- Memerlukan pendamping untuk pulang karena efek obat penenang.
Jika hasil kolonoskopi normal, pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan dalam 10 tahun. Jika ditemukan polip, pemeriksaan lanjutan mungkin diperlukan dalam 1-5 tahun.
Risiko dan Komplikasi Kolonoskopi
Meskipun umumnya aman, kolonoskopi memiliki beberapa risiko, seperti:
- Perdarahan akibat pengangkatan polip.
- Perforasi atau robekan pada dinding usus.
- Efek samping dari obat penenang, seperti kantuk berlebihan.
- Rasa tidak nyaman atau nyeri perut sementara.
Kontraindikasi Kolonoskopi: Prosedur ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan:
- Divertikulitis akut atau peritonitis.
- Penyakit usus iskemik atau kolitis ulseratif yang parah.
- Kondisi medis yang tidak stabil.
- Dugaan perforasi usus.
Kolonoskopi merupakan prosedur penting dalam mendeteksi dini penyakit usus besar, terutama kanker kolorektal.
Baca juga : Prosedur dan Perawatan Pasien: Memahami Pentingnya Persiapan dan Perhatian Sebelum Tes
Persiapan yang tepat dan pemantauan pasca prosedur dapat mengurangi risiko komplikasi.
Jika Anda memiliki faktor risiko, konsultasikan dengan dokter untuk menentukan waktu yang tepat menjalani pemeriksaan ini.
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment