Bronkoskopi: Prosedur Penting untuk Diagnosis dan Terapi Saluran Pernapasan
INFOLABMED.COM - Bronkoskopi adalah prosedur medis yang memungkinkan dokter untuk melihat langsung kondisi laring, trakea, dan bronkus menggunakan alat yang disebut bronkoskop.
Bronkoskopi bisa berupa bronkoskop kaku yang memerlukan anestesi umum atau bronkoskop fleksibel dengan serat optik yang cukup menggunakan anestesi lokal.
Baca juga : Gambaran Klinis Tuberkulosis Paru dan Ekstraparu
Bronkoskop memiliki diameter kurang dari 1,27 cm dan panjang sekitar 60 cm.
Tujuan dan Manfaat Bronkoskopi
Prosedur ini digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi pernapasan, termasuk:
- Menyelidiki kelainan yang terdeteksi pada rontgen dada.
- Mengambil sampel dahak untuk pemeriksaan bakteriologis dan sitologis.
- Melakukan biopsi jaringan untuk deteksi kanker atau infeksi.
- Mengendalikan perdarahan trakeobronkial.
- Mengeluarkan benda asing yang tersangkut di saluran napas.
- Melakukan terapi radiasi endobronkial.
- Mengatasi obstruksi saluran napas akibat tumor dengan teknik laser atau pemasangan stent.
Persiapan Sebelum Bronkoskopi
Sebelum menjalani prosedur ini, pasien harus:
- Berpuasa selama 8-12 jam.
- Menandatangani persetujuan tertulis setelah mendapatkan penjelasan dari dokter.
- Mengonsumsi obat pra-prosedur seperti antikolinergik untuk mengurangi sekresi bronkial dan sedatif untuk menenangkan pasien.
- Melepas gigi palsu jika ada.
- Memastikan peralatan resusitasi dan penghisap siap digunakan.
Proses Pelaksanaan Bronkoskopi
- Pasien ditempatkan dalam posisi duduk atau berbaring telentang.
- Anestesi lokal disemprotkan ke tenggorokan.
- Bronkoskop dimasukkan melalui hidung atau mulut hingga mencapai pita suara.
- Jika perlu, anestesi tambahan diberikan untuk mengurangi refleks batuk.
- Dokter memeriksa struktur trakea dan bronkus menggunakan bronkoskop.
- Jika diperlukan, dokter mengambil sampel jaringan atau cairan paru untuk analisis laboratorium.
- Lavage paru bisa dilakukan dengan memasukkan cairan saline untuk mendapatkan sampel sel paru.
- Jika ada benda asing atau sumbatan lendir, dokter akan mengeluarkannya.
- Selama prosedur, dokter dan staf medis menjaga sterilitas dengan menggunakan sarung tangan.
Perawatan Setelah Bronkoskopi
- Pasien harus dipantau hingga kondisi stabil.
- Tidak boleh makan atau minum hingga refleks menelan kembali normal (sekitar 2 jam).
- Pasien dapat diberi wadah untuk meludah dan diinstruksikan agar tidak menelan air liur hingga refleks menelan pulih.
- Dokter akan mengawasi tanda-tanda komplikasi seperti sesak napas, sianosis, atau perdarahan pada dahak.
- Pasien mungkin mengalami suara serak, kehilangan suara sementara, atau sakit tenggorokan.
- Sampel yang diambil segera dikirim ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Walaupun tergolong prosedur yang aman, bronkoskopi tetap memiliki risiko seperti:
- Aspirasi (terhirupnya cairan ke paru-paru).
- Infeksi atau bakteremia.
- Perforasi bronkus atau trakea.
- Bronkospasme.
- Aritmia jantung.
- Pneumonia atau pneumotoraks akibat kerusakan jaringan paru.
Kontraindikasi Bronkoskopi
Bronkoskopi tidak disarankan bagi pasien dengan:
- Gagal napas berat.
- Ketidakmampuan untuk mentoleransi penghentian oksigen aliran tinggi.
Bronkoskopi adalah prosedur penting dalam diagnosis dan terapi berbagai penyakit saluran pernapasan.
Baca juga : Bakteri Pneumonia: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Pernafasan Anda
Pemahaman yang baik mengenai prosedur ini dapat membantu pasien lebih siap menghadapi proses serta memahami manfaat dan risikonya.
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment