Vitamin C (Asam Askorbat) = C6H8O6

Table of Contents

 

Vitamin C (Asam Askorbat) = C6H8O6

INFOLABMED.COM - Vitamin C ditemukan oleh A. Sient, P. Gyorgy dan G. King (1932). Vitamin C sesuai struktur kimianya disebut juga asam askorbat (ascorbic acid) merupakan vitamin yang tidak mengandung gugus amina, tergolong vitamin yang paling sederhana, dapat dilarutkan dalam air dan mudah dihancurkan oleh suhu tinggi, mudah teroksidasi oleh oksigen udara atau sedikit tembaga. Sayur-mayur dan buah-buahan, terutama jeruk, tomat, bayam, kubis, kentang merupakan sumber vitamin C yang baik. 

Banyak ahli mengatakan, bahwa vitamin C merupakan salah satu nutrien yang paling aman dan efektif. Mungkin bukan untuk mengobati, tetapi dapat membantu untuk mencegah komplikasi penyakit yang serius. 

Baca juga : Pemeriksaan Vitamin E (Serum)

Kegunaan vitamin C termasuk untuk perlindungan terhadap kekurangan sistem kekebalan tubuh, berbagai penyakit kardiovaskular, gangguan masalah prenatal, masalah mata dan bahkan kesehatan kulit. 

Seorang peneliti dari University of Michigan, Mark Moyad, MD., MPH mengatakan, bahwa vitamin C mendapatkan pengakuan yang sangat tinggi dengan alasan yang sangat baik.

Tingginya kadar vitaminC dalam darah, mungkin menjadi acuan untuk kesehatan yang baik secara umum. Katanya? semakin banyak kami meneliti tentang vitamin C, semakin baik pengertian kita bagaimana vitamin C ini dapat melindungi kita dari berbagai penyakit untuk dapat hidup lebih lama. 

Hanya saja masalahnya, dosis ideal mungkin lebih tinggi dari dosis diet harian yang disarankan. Saat ini, dosis yang disarankan adalah 75-90 mg/hari untuk dewasa, tapi Moyad dan koleganya mempelajari penggunaan 500 mg/hari.

Moyad mengatakan, tidak ada efek samping yang merugikan yang timbul secara signifikan dalam konsumsi 500 mg suplemen, kecuali untuk yang mempunyai masalah dengan lambungnya. 

Dan dia mengatakan mempunyai data yang cukup untuk membuktikan konsumsi 500 mg/hari ini aman. Hanya, apakah menggunakan suplemen untuk mencapai kadar ini disarankan, masih perlu diteliti lagi, karena selama ini memang dikenal vitamin C di metabolisme di di ginjal, sehingga harus berhati-hati pada pasien dengan risiko pada ginjal. 

Untuk yang paling baik tentunya adalah meningkatkan konsumsi vitamin C yang berasal dari bahan alami, seperti buah dan sayuran. Moyad mengatakan hanya 10-20%  orang dewasa yang dapat memenuhi vitamin C dari sumber alami. 

Tapi, seorang juru bicara American Dietetic Association  menyarankan agar lebih mengusahakan vitamin C dari diet alami dengan 9 posri buah-buahan dan sayuran, karena selain vitamin C, kita dapat menerima berbagai manfaat dari kandungan lainnya, seperti berbagai vitamin lainnya, berbagai mineral, dan phytochemical yang baik untuk pencegahan penyakit dan kesehatan secara umum. 

Untuk mendapatkan kadar 75-90 mg vitamin C sehari, kita bisa mendapatkanya dari segelas jus jeruk atau berikut ini kami berikan beberapa daftar kandungan vitamin C pada sayuran dan buah-buahan. 

  • Brokoli, dimasak dalam satu takaran gelas : 74 mg Vit C
  • Kubis merah, takaran gelas : 40 mg
  • Paprika merah, takaran gelas ; 95 mg
  • Paprika hijau, takaran gelas : 60 mg
  • Kiwi, 1 biji ukuran sedang : 70 mg
  • Jus tomat, satu takaran gelas : 45 mg
  • Blewah, satu takaran gelas : 59 mg

Berdasarkan beberapa penelitian terbaru, vitamin C dikatakan dapat memberikan beberapa keuntungan bagi kesehatan kita pada keadaan :

  1. Stres.
  2. Flu. Vitamin C dapat membantu menurunkan risiko terjadinya komplikasi yang lebih serius. 
  3. Stroke. Dalam satu penelitian terbaru dari American journal of Clinical Nutrition mengatakan, bahwa konsentrasi vitamin C yang lebih tinggi dalam darah dihubungkan dengan 42% lebih rendah berisiko terkena stroke. Alasannya masih belum dapat dipahami sepenuhnya.
  4. Skin aging. Vitmain C dihubungkan dengan rendahnya kemungkinan kulit berkeriput, kulit kering dan penampilan kulit yang lebih baik. 
Vitamin C memang telah lama dipercaya kemampuannya bagi tubuh dengan aksinya sebagai antioksidan dan beberapa keuntungan bagi tubuh seperti dibawah diatas. Untuk itulah mengapa konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran menjadi modal penting dalam menjalankan diet sehat kita. 

Dibanding jenis vitamin lain, vitamin C hingga sekarang mungkin merupakan jenis vitamin yang paling populer di masyarakat awam. Meski sama pentingnya dengan yang lain, memang banyak orang yang menganggap kasiat vitamin C jauh melebihi kebutuhan vitamin lain, dan hal ini seringkali dikaitkan dengan peningkatan daya tahan tubuh. 

Malah, serangkaian penelitian yang dilakukan para ahli menemukan fungsi alin yang jauh lebih menjanjikan sebagai suatu antioksidan yang mampu mencegah penyakit-penyakit lain yang lebih serius termasuk kanker dan berbagai penyakit degeratif lainnya. 

Hal ini yang mungkin mendasari pengetahuan umum masyarakat tentang perlunya mengkonsumsi vitamin C, dan tak bisa dipungkiri juga promosi-promosi dari pihak produsen. Terkait dengan tingginya kesadaran self medication dengan kemudahan pengaksesan informasi di masa sekarang, salah satu kegunaan vitamin C, dalam dosis yang dianggap dosisi tinggi (1000 mg/hari) secara praktis yang sering muncul adalah untuk mencegah flu dalam kemampuannya meningkatkan daya tahan tubuh. 

Vitamin, apapun jenisnya, memang merupakan kebutuhan zat gizi yang harus dipenuhi, bukan hanya sekedar dari suplemen, tapi juga dari buah-buahan alami, namun perlu juga mempertimbangkan beberapa riset berlawanan untuk mengetahui pasti apa saja kekurangan dan kelebihan zat-zat gizi yang kita pilih untuk menjadi konsumsi sehari-hari, agar tak terjebak dalam mitos-mitos yang menyesatkan. 

Vitamin C Dosis Tinggi dan Pencegahan Flu

Jenis vitamin yang larut dalam air yang memiliki fungsi utama dalam pertumbuhan jaringan termasuk yang sekarang berkembang sangat populer, untuk kesehatan kulit, dan juga sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas yang berbentuk dari metabolisme tubuh dan faktor luar sehari-hari ini mulai berkembang semakin populer dari seorang ahli peraih nobel, Linus Pauling, diawal tahun 1970-an. 

Dalam penemuan risetnya, Pauling menganjurkan untuk mengkonsumsi vitamin C 1000 mg/hari dalam fungsinya dalam mencegah flu yang padanannya, meski tak sepenuhnya tepat, disebutkan sebagai Common cold

Para ahli kemudian menggolongkan dosis ini sebagai dosis tinggi, karena dibandingkan dengan segelas jeruk peras yang menghasilkan 60 mg vitamin C. Ia juga menyebutkan, selain persentase 45% kegunaannya dalam mencegah selesma dan flu tersebut, vitamin C dapat mencegah, serta memperpanjang hidup penderita-penderita kanker. 

Pertimbangan lain yang disebutkan Paulin tentang kebutuhan ini adalah karena tubuh sama sekali tidak menghasilkan vitamin C sendiri dan tidak juga menyimpannya. Karena itu, konsumsinya sangat dibutuhkan dalam diet sehari-hari. 

Toksisitasnya juga tergolong ringan karena sifat-sifat tadi dan yang sering dipublikasikan adalah gangguan pencernaan dan diare pada penggunaan lebih tinggi dari 1000 mg tersebut. 

Ada sebagian penelitian yang bergerak lebih jauh membahas bahaya lanjut kelebihan vitamin C yang memang hingga sekarang masih bertentangan bagi sebagaian ahli yang lain. 

Begitupun anjuran untuk mengkonsumsi 1000 mg/hari vitamin C ini, kemudian berkembang menjadi tudingan tentang sebuah quickery, yakni promosi dari suatu sistem produk yang dianggap berlebihan. 

Setelah publisitas tersebut, hingga sekarang, banyak ahli yang meneliti fungsi ini dan hasilnya memang beragam. Namun, tentu ada penjelasan tersendiri dari masing-masing riset tersebut.

Konsumen, memang pada kenyataanya sering kali terombang-ambing di tengah pertentangan pembuktian dari riset-riset ilmiah ini. Karena itu, perlu memahami betul seluk-beluk yang ada dibaliknya dengan pertimbangan matang. 

Mitos atau Kenyataan?

Terlepas dari riset-riset yang mendukung fungsi vitamin C dosis tinggi dalam kaitannya meningkatkan daya tahan tubuh ini, sejumlah riset lain yang dilakukan ahli lain menyebutkan bahwa tidak ada keuntungan dari vitamin C pada penderita kanker. 

Sementara riset lain yang menyorot fungsinya dalam pencegahan flu pernah menyebutkan, bahwa efek perbaikan pada penderita-penderita flu dalam penelitian Pauling tersebut semata-mata hanya disebabkan oleh efek antihistamin yang dimiliki vitamin C yang mereka sebut sebagai perbaikan semu. 

Apalagi kabar yang banyak beredar kemudian, di luar benar atau tidaknya, bahwa salah satu pendana terbesar riset Pauling adalah sebuah perusahaan farmasi produsen mayoritas vitamin C yang beredar dimasa itu. 

Sebuah publikasi lain dari kumpulan 30 studi yang melibatkan dari 11.000 peserta penelitian di Australia dan Finlandia menemukan bahwa, vitamin C dosis tinggi tersebut tak terbukti secara signifikan bisa mencegah flu, namun cukup bermanfaat bagi penderita yang berada dalam kelompok gizi kurang dan adanya stres fisik akibat aktifitas yang lebih dari orang biasa. 

Di luar banyaknya pro dan kontra, termasuk tudingan-tudingan terhadap publisitas Pauling sebagai pionir riset tentang kegunaan vitamin C ini, vitamin tetaplah sebuah kebutuhan zat gizi yang harus dipenuhi, dan sebuah riset tetap juga merupakan sebuah studi yang memiliki kekurangan dan kelebihan dari tiap-tiap hasilnya.  Toh, ada banyak penjelasan yang paling tidak bisa menjadi dasar untuk pengetahuan orang-orang yang menerima dan menyikapi publikasi tersebut. 

Teori-teori tentang kemungkinan hasil positif dan negatif riset-riset ini juga cukup banyak. Diantaranya, teori yang menyebutkan kesamaan struktur vitamin C dengan gula, sehingga seringkali berlawanan dalam reseptor sel untuk penyerapannya di dalam tubuh, dimana semakin tinggi gula  yang dikonsumsi semakin rendah pula penyerapan vitamin C ke dalam sel. 

Proses produksi vitamin C dalam bentuk suplemen pun tak semuanya sama persis dan masih banyak lagi teori yang bisa menjelaskan bias-bias dari tiap riset yang dilakukan. 

Apapun alasannya, vitamin C memang memiliki fungsi tersendiri dalam pertumbuhan atau perbaikan sel serta jaringan, dan juga fungsi antioksidannya yang sudah dianggap cukup signifikan. 

Hanya saja yang menjadi masalah adalah tinggi rendah dosis, serta penyesuaian kebutuhannya, dimana dosis 1000 mg/hari tak selalu harus dijadikan patokan resmi, dan sumber dari bahan-bahan alami tentu akan lebih baik daripada sebuah produk suplemen. 

Dampak Negatif Vitamin C

Kebutuhan dan Manfaat Vitamin C

kebutuhan vitamin C anak balita adalah 20 mg/hari dan orang dewasa 85 mg/hari, kebutuhan tertinggi adalah pada ibu hamil, yaitu 120 mg/hari. Kebutuhan ini sudah dapat terpenuhi dengan kita mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, bahkan hanya dengan mengkonsumsi jambu biji murah seukuran kepalan tangan (kandungan vitamin C 300 mg/100 gr). 

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan alami yang larut dalam air yang paling efektif. Vitamin C (asam askorbat) dapat bertindak sebagai antioksidan primer atau sekunder. Secara in vivo, asam askorbat mendonorkan atom hidrogen sebagai antioksidan primer. 

Selain itu, vitamin C berperan dalam sintesis kolagen interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin dan endotelium vaskuler. 

Fungsi penting lainnya dari vitamin C adalah memperkuat dinding saluran pembuluh darah, sehingga dapat mencegah sariawan, wasir, atau varises. Vitamin C juga berperan dalam penyebmbuhan luka, serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres. 

Bagaimana Jika Mengkonsumsi Vitamin C Dosis Tinggi?

Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, sehingga jika ada kelebihan tidak bisa disimpan di tubuh, tetapi akan dibuang melalui ginjal. Konsumsi vitamin C dosis tinggi akan mempunyai dampak tidak baik bagi tubuh. 

Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan menyebabkan nyeri pada lambung dan bahkan menyebabkan diare. Hal ini disebabkan karena vitamin C yang bersifat asam. Akibat buruk kedua adalah penumpukan batu ginjal yang merupakan kristal kalsium oksalat yang dihasilkan oleh reaksi antara asam oksalat, pecahan dari senyawa askorbat yang dieksresikan dalam urin, dengan kalsium. 

Kelebihan konsumsi vitamin C juga dapat mengakibatkan defisiensi B12, karena vitamin C dapat mengubah sebagaian vitamin B12 menjadi analognya, bahkan salah satu dari analog-analognya itu adalam antivitamin B12. 

Vitamin C sebagai antioksidan akan mendonorkan atom hidrogen radikal, sehingga dapat menetralkan radikal tersebut. Namun dari reaksi ini, dihasilkan pula radikal antioksidan. Apabila vitamin C dikonsumsi dengan dosis yang terlalu besar diluar kebutuhan, maka akan dihasilkan banyak radikal antioksidan, sehingga vitamin C akan berubah menjadi suatu pro-oksidan. 

Baca juga : Pemeriksaan Vitamin E (Serum)


Jadi, vitamin C itu merupakan substansi yang sangat penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Konsumsi vitamin C yang teratur, sebaiknya dilakukan dengan dosis yang tepat, sehingga fungsi vitamin tersebut menjadi optimal. 

Konsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar (dosis tinggi), sebaiknya hanya dilakukan dalam masa penyembuhan dan tidak dilakukan secara rutin, serta menggunakan sumber vitamin C alami. Sebab, penggunaannya yang tidak tepat dan berlebihan akan menimbulkan dapat buruk bagi kesehatan. Selain itu juga merupakan pemborosan uang.***

Sumber : 
  • Irianto, K. (2015). Memahami Vitamin dan Mineral ; Hal 56-64. Sarana Ilmu Pustaka : Bandung. 

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment