Uji Kultur (Darah, Sputum, Feses, Tenggorok, Luka, Urin) - Seri Pemeriksaan Laboratorium Klinik

(Lihat juga Kerentanan Antibiotik).

Kultur diambil untuk mengisolasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis. Sebagian besar spesimen kultur didapat dengan menggunakan apusan steril disertai dengan media (padat atau air kaldu/broth), wadah steril mangkuk bertutup, dan spuit steril dengan botol steril berisi media cair. Setelah didapat, spesimen kultur harus segera dibawa ke laboratorium (tidak lebih dari 30 menit) karena beberapa organisme akan mati jika tidak ditempatkan dalam media yang tepat dan terinkubasi.

Sebagian besar spesimen untuk uji kultur dapat berupa darah, sputum, feses, sekresi tenggorok, eksudat luka, atau urin. Uji ini memerlukan waktu 24 sampai 36 jam untuk menumbuhkan organisme, dan 48 jam untuk mendapatkan laporan mengenai pertumbuhan dan kulturnya.


Tujuan
  • Untuk mengisolasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh atau cairan tubuh.

Nilai Rujukkan
DEWASA: Negatif atau tidak mengandung patogen.
ANAK: Sama dengan dewasa.

Prosedur
  • Cuci tangan sangat penting dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen.
  • Bawa segera spesimen untuk uji kultur ke laboratorium setelah pengambilan.
  • Ambil spesimen sebelum terapi antibiotik diberikan. Jika klien sedang mengkonsumsi antibiotik, jenis obat harus dicantumkan dalam formulir laboratorium.
  • Wadah atau tabung uji untuk pengumpulan spesimen harus steril. Teknik aseptik harus diterapkan selama pengumpulan. Kontaminasi spesimen dapat menimbulkan temuan uji positif palsu dan/atau transmisi organisme.
  • Konfirmasi dengan laboratorium mengenai jenis teknik yang digunakan.
DARAH:  Bersihkan kulit klien sesuai dengan prosedur institusi. Biasanya kulit digosok terlebih dahulu dengan povidin-yodium (betadine). Yodium dapat mengiritasi kulit sehingga penggunaan zat tersebut diganti dengan benzalkonium klorida atau alkohol. Bersihkan bagian atas botol kultur dengan yodium dan biarkan sampai mengering. Botol harus sudah berisi media kultur. Kumpulkan 5 sampai 10 ml darah vena dan masukkanke dalam botol tersebut. Tabung vakumkhusus yang mengandung  media kultur untuk darah dapat digunakan selain botol kultur.

SPUTUM: Wadah atau Mangkuk Steril: Untuk uji kultur, ambil sputum pada dini hari sebelum sarapan. Instruksikan klien untuk batuk mendalam beberapa kali agar sputum dapat keluar. Minta klien tidak meludah ke dalam wadah steril yang digunakan. Ludah dan sektert  yang menetes sebelumnya dapat mengkontaminasi spesimen sputum. Pasang tutup pada wadah steril. Wadah jangan  diisi terlalu penuh dan dibawa segera ke laboratorium. Sampel sputum tidak boleh didiamkan sampai berjam - jam di sisi tempat tidur klien, kecuali pemeriksa memang membutuhkan spesimen sputum 24 jam (dalam hal ini, wadah steril eksta juga harus ditinggalkan). Acid-Fast Bacilli (Kultur TB): Ikuti instruksi yang tertera pada label wadah. Kumpulkan 5 sampai 10 ml sputum, dan bawa segera sampel ke laboratorium atau simpan dalam lemari pendingin. Tiga spesimen sputum mungkin diperlukan, satu spesimen tiap hari selama 3 hari berturut - turut. Periksa pelabelan yang benar.

FESES: Kumpulkan sampel feses yang berdiameter kira - kira 2,5 cm. Gunakan spatel lidah steril dan tempatkan spesimen feses tersebut kedalam wadah steril bertutup. Penyakit atau organisme yang menjadi dugaan sumber harus dicatat dalam formulir laboratorium. Spesimen feses tidak boleh mengandung urin. Klien tidak boleh diberi barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

TENGGOROK: Gunakan kapas apusan steril atau apusan berujung poliester. Perlengkapan kultur yang steril dapat digunakan. Lakukan apusan pada amandel yang meradang atau berulkus dan/atau area dibawah faring pada tenggorok. Letakkan aplikator dalam tabung kultur yang berisi media kulturnya. Bawa segera spesimen kultur tenggorok ke laboratorium. Jangan berikan obat antobiotik sebelum pengambilan kultur.

LUKA: Gunakan perlengkapan kultur yang berisi apusan kapas steril atau apusan berujung poliester dan tabung yang berisi media kultur. Lakukan apusan eksudat cairan luka dan letakkan apusan dalam tabung yang mengandung media kultur. Kenakan sarung tangan steril jika terdapat volume drainase purulen yang berlebih.

URIN: Pengambilan spesimen urin (Aliran tengah) yang bersih: Pengambilan spesimen urin yang bersih merupakan metode yang paling lazim dilakukan untuk mengumpulkan spesimen urin dengan tujuan uji kultur. Terdapat perlengkapan ninkateterisasi, yang digunakan berdasarkan instruksi yang bertahap. Kateterisasi untuk kultur urin jarang dianjurkan. Biasanya klien yang mengumpulkan urinnya sendiri untuk kultur sehingga klien harus diberikan penjelasan yang lengkap, sesuai dengan instruksinya. Penis atau vulva harus dibersihkan dahulu dengan baik. Jika tiba waktu pemeriksaan, terdapat dua macam spesimen urin (2 sampai 10 ml) yang diperlukan untuk verifikasi organisme, dan bersifat sebagai cadangan spesimen seandainya terjadi kontaminasi pada spesimen urin. Kumpulkan spesimen urin aliran tengah pada dini hari, atau sesuai yang dianjurkan, di dalam wadah steril. Tutup wadah harus terpasang dengan rapat dan spesimen urin harus segera dibawa ke laboratorium bakteriologi atau dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Cantumkan pada label wadah tentang nama klien, tanggal, dan waktu pengambilan urin yang tepat (mis., 27/7/04 pk. 8 pagi). Catat jenis obat antibiotik  atau sulfonamid yang dikonsumsi klien pada formulir laboratorium.

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
  • Kontaminasi pada spesimen dapat menyebabkan temuan laboratorium yang tidak akurat.
  • Obat antibiotik dan sulfonamid dapat menyebabkan temuan negatif palsu.
  • Urin yang terdapat dalam pengumpulan feses dapat menyebabkan negatif palsu.
Masalah Klinis

Spesimen
Kondisi Kllinis atau Organisme yang Paling Lazim Diisolasi
Darah
Bakteremia, septikemia, syok pascabedah, demam yang penyebabnya tidak diketahui.
Sputum
Tuberkulosis paru, penumonia bakterial, bronkitis kronis, bronkiektasis
Feses
Spesies Salmonella, Spesies Shigella, Escherechia coli enteropatogenik, spesies Staphylococcus, Yersinia.
Tenggorok
Streptokokus beta hemolitikus (demam reumatik), infeksi fungi pada mulut/tenggorok (Spesies Candida), infeksi amandel, Staphylococcus aureus.
Luka
Spesies Staphylococcus: S. Aureus, Pseudomonas aeruginosa, Spesies Proteus, Spesies Bacteroides, Spesies Klebsiella, Spesies Serratia.
Urin
Escherichia coli, Spesies Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa, Spesies Serratoa, Spesies Shigella, Fungi: Spesies Candida.

IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
  • Jelaskan prosedur pengambilan spesimen pada klien untuk uji kultur. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan. Jika klien ikut berpartisipasi dalam pengumpulan spesimen (mis., urin), prosedur harus dijelaskan beberapa kali.
  • Tangguhkan pemberian obat antibiotik atau sulfonamid sampai spesimen telah dikumpulkan. Obat ini dapat menyebabkan temuan uji negatif palsu. Jika obat ini terlanjur diberikan, catat nama obat tersebut dalam formulir leboratorium dan  dalam bagan klien.
  • Bawa segera semua spesimen ke laboratorium atau simpan dalam lemari pendingin.
  • Tangani spesimen dengan sangat hati - hati. Teknik aseptik harus selalu diterapkan. Cegah kontaminasi spesimen atau penularan organisme ke klien lain atau ke diri Anda sendiri. Pantau teknik aseptik yang ketat.
  • Anjurkan pengambilan kultur jika diduga terdapat organisme patogen. Pantau suhu tubuh klien.
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website Kami. Untuk yang mengambil artikel dari website Kami, dimohon untuk mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang Anda muat. Terimakasih atas kunjungannya.

Sumber : 
  1. LeFever Ke, Joyce. 2002. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik ; Edisi 6. Hal : 156 - 159. Cetakan 2017. EGC ; Jakarta

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments