Uji Kreatinin (Serum) - Seri Pemeriksaan Laboratorium Klinik


Kreatinin, produk sampingan katabolisme otot, berasal dari hasil penguraian kreatin fosfat otot. Jumlah kreatinin yang diproduksi sebanding dengan massa otot. Kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi dalam urin.

Kreatinin serum dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan kadar nitrogen urea darah BUN). Kenaikannya terjadi kemudian dan tidak dipengaruhi oleh asipan makanan ataupun minuman. Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovalemia (kekurangan volume cairan); namun, kadar kreatinin serum sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi kerusakan ginjal. Kadar BUN dan kreatinin sering diperbandingkan. Jika kadar BUN meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi dehidrasi (hipovalemia); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi gangguan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.

Tujuan
Untuk mendiagnosis disfungsi ginjal.

Nilai Rujukkan
DEWASA: 0,5 - 1,5 mg/dl; 45-132 µmol/l (satuan SI). Wanita mungkin kadarnya agal lebih rendah karena massa ototnya yang lebih kecil.
ANAK: Bayi Baru Lahir: 0,8 - 1,4 mg/dl. Bayi: 0,7 - 1,7 mg/dl. Anak (2-6 Tahun):0,3-0,6 mg/dl, 27 - 54 µmol/l (satuan SI). Anak yang Lebih Tua: 0,4 - 1,2  mg/dl, 36-106 µmol/l (satuan SI). Kadar agak meningkat seiring bertambahnya usia, akibat pertambahan massa otot.
LANSIA: Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi kreatinin. 

Prosedur
  • Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. 
  • Catat jenis obat yang dikonsumsi klien yang dapat meningkatkan kadar serum dalam formulir laboratorium.
  • Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman. Pada malam sebelum uji dilakukan, klien boleh mengkonsumsi daging merah.
Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
  • Obat tertentu (Lihat pengaruh Obat) dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.
  • Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.
Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR: Kehamilan, eklampsia.
PENINGKATAN KADAR: Gagal Ginjal Akut dan kronis, syok (berkepanjangan), SLE, kanker (usus, kandung kemis, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodkin, hipertensi esensial, MCI akut, nefropati diabetik, CHF (jika berdiri lama), diet tinggi kreatinin (mis., daging sapi [kadar tinggi]. unggas dan ikan [efek minimal]). Pengaruh Obat: Amfoterisin B, sefalosporin (sefazolin [Ancef], sefalotin [keflin]), gentamisisn, kanamisin, metilisin, asam askorbat, barbiturat, litium karbonat, mitramisin, metildopa (Aldomet), glukosa, protein, badan keton (meningkat), triamteren (Dyrenium).


IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
  • Kaitkan peningkatan kadar kreatinin serum dengan masalah klinis. Kadar kreatinin serum mungkin menunjukkan nilai yang rendah pada klien yang bermassa otot kecil, yang menjalani amputasi, dan pada klien yang menderita penyakit otot. Massa otot klien lansia mungkin mengalami penurunan.
  • Tangguhkan pengobatan (lihat pengaruh obat) selama 24 jam sebelum pemeriksaan atas seizin pemberi layanan kesehatan. Obat tertentu yang tidak dapat ditangguhkan harus dicatat dalam formulir laboratorium dan pada bagian pasien.
  • Periksa volume haluaran urin dalam 24 jam. Haluaran urin < 600 ml/24 jam dapat mengindikasikan insufisiensi ginjal. Kreatinin dieksresi oleh ginjal dan penurunan pada haluaran urin yang terus-menerus dapat mengakibatkan peningkatan kadar protein kreatinin serum.
  • Bandingkan kadar BUN dan kadar kreatinin. Jika keduanya meningkat, kemungkinan besar masalahnya adalah penyakit ginjal.
PENYULUSHAN KLIEN
  • Anjurkan klien tidak terlalu banyak mengkonsumsi daging sapi, unggas dan ikan jika akdar kreatinin serum meningkat sangat tinggi. Biasanya, makanan tidak memiliki pengaruh pada kadar kreatinin serum.
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website Kami. Untuk yang mengambil artikel dari website Kami, dimohon untuk mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang Anda muat. Terimakasih atas kunjungannya.

Sumber : 
  1. LeFever Ke, Joyce. 2002. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik ; Edisi 6. Hal : 150 - 152. Cetakan 2017. EGC ; Jakarta
 Baca juga :

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments