Infeksi Malaria Tergantung pada Jumlah Parasit, bukan dari Jumlah Gigitan Nyamuk


Infolabmed.com. Untuk pertama kalinya, para peneliti telah menunjukkan bahwa jumlah parasit setiap nyamuk membawa dampak yang memungkinkan terjadinya infeksi malaria. Temuan ini memiliki implikasi untuk pengembangan vaksin dan studi tetang bagaimana penyebaran penyakit di lapangan. 

Penemuan, dari para ilmuan Imperial College London, mungkin juga menjelaskan mengapa satu - satunya vaksin malaria terdaftar, RTS, S, hanya memiliki khasiat parsial dalam percobaan terakhir. Malaria menyebar ketika nyamuk menggigit manusia dan melepaskan parasit mikroskopik, yang hidup dalam kelenjar ludah nyamuk, kedalam aliran darah manusia. 



Parasit kemudian melakukan perjalanan ke hati, dimana mereka menjadi dewasa dan berkembang biak selama 8 - 30 hari sebelum menyebar diseluruh aliran darah dan menyebabkan gejala - gejala malaria.  

Tidak setiap gigitan nyamuk yang terinfeksi akan menghasilkan malaria. Untuk menentukan intensitas dari penularan malaria, para  peneliti dan organisasi internasional seperti Worl Health Organization (WHO) saat ini bergantung pada langkah yang disebut Entomological Inoculation Rate (EIR) : jumlah rata - rata gigitan nyamuk berpotensi  menginfeksi per-orang pertahun. 

Bagaimanapun, ini tidak menganggap kedalam perhitungan bagaimana setiap infeksi dari gigitan tersebut mungkin setiap gigitan juga dianggap sama infeksius.  Penelitian sebelumnya menggunakan parasit jarum-disuntikan telah disarankan ini tidak mungkin terjadi, tetapi tidak ada studi komprehensif menggunakan gigitan nyamuk, yang lebih akurat merefleksikan skenario dunia nyata.

Saat ini, dalam sebuah studi yang didanai oleh PATH Malaria Vaccine Initiative and The Medical Research Council, mempublikasikan dalam jurnal PLos Pathogens, para peneliti telah menentukan bahwa jumlah parasit setiap individu nyamuk membawa pengaruh apakah seseorang akan mengembangkan malaria. Beberapa nyamuk dapat "hiperinfeksi" membuat mereka sangat mungkin untuk berlalu menjadi penyakit.

Dalam studi pada tikus, para peneliti menentukan bahwa banyaknya parasit terdapat pada kelenjar ludah nyamuk, maka semakin besar kemungkinan itu akan menular, dan juga lebih cepat setiap infeksi akan berkembang. 

Dengan melakukan penelitian lebih lanjut dengan tikus dan relawan, tim juga mampu menjelaskan mengapa RTS vaksin malaria, S hanya efektif sekitar 50 persen dari waktu, dan mengapa perlindungan apapun dengan cepat menurun setelah tiga tahun.

Vaksin itu kurang efektif ketika tikus atau manusia yang digigit oleh nyamuk membawa lebih banyak parasit. Para peneliti berpikir ini adalah karena vaksin hanya dapat membunuh proporsi tertentu dari parasit, dan kewalahan ketika populasi parasit terlalu besar.
Baca juga :
 Para Ilmuan NIH Mengidentfikasi Dampak Awal Dari Virus EBOLA Pada Sistem Kekebalan Tubuh
Wearable Sensor Membantu Mendiagnosa Bakteri Penyakit Lyme
Infeksi Aliran Darah (Bloodstream infections) : Jenis Yang Paling Umum dari HAIs Pada Anak-Anak

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments