Faktor - Faktor Penyulit Pada Flebotomi


Prosedur flebotomi merupakan tindakan yang biasa rutin dilakukan, tetapi ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang khusus, maka tindakan flebotomi harus tetap dilakukan secara profesional. Oleh karena itu seorang flebotomis diharapkan dapat menangani situasi tersebut sesuai dengan pedoman yang ada di fasilitas kesehatannya (Pendergraph & Pendergraph, 1998).

Faktor penyulit dalam flebotomi adalah pasien luka bakar, pasien yang sedang di gips, edema, hematoma, pasien post mastektomi, pasien dialysis, pasien yang sedang menerima transfusi dan pasien yang terpasang infus.


Beberapa situasi khusus yang berpotensial menyebabkan pungsi vena yang sulit atau dapat menjadi sumber yang potensial preanalitik eror :

A. Pasien dengan luka bakar atau jaringan parut
Pada daerah terjadi luka bakar atau jaringan parut vena sulit diraba. Pada luka bakar juga mudah terkena infeksi karena epidermis sebagai barrier pelindung telah rusak. Gunakan sisi lain yang tidak terbakar atau melalui pembuluh darah kapiler (Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007)

B. Pasien yang terpasang plaster of paris atau gips
Terjadi pada pasien-pasien fraktur. Untuk pengambilan darah cari tempat dimana terdapat vena yang tidak tertutup plaster of paris atau gips tersebut atau gunakan wing needle agar dapat mengambil darah dari vena-vena dengan posisi atau sudut yang sulit dalam pengambilan.

C.  Edema :
Edema adalah akumulasi cairan yang abnormal dalam ruang intraseluler jaringan. Pungsi vena sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang oedem karena cairan abnormal tersebut menyebabkan vena sulit untuk diraba dan spesimen dapat terkontaminasi cairan tersebut sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak akurat (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).

D.  Hematoma
Hematoma adalah kumpulan darah di jaringan akibat kebocoran pembuluh darah. Dapat terjadi pada saat flebotomi atau setelah flebotomi. Pungsi vena yang dilakukan di tempat yang terjadi hematoma akan terasa menyakitkan bagi pasien dan spesimen yang diambil dapat terkontaminasi dengan darah yang yang telah keluar dari pembuluh darah tersebut dan menyebabkan hasil yang tidak akurat. Oleh karena itu hindari pengambilan darah dari area yang terdapat hematoma. Jika tidak terdapat tempat lain maka ambillah darah dari sisi distal hematoma (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).

E.     Pasien post mastektomi
Wanita yang  telah menjalani mastektomi dapat terjadi limfostasis (tidak adanya aliran limfe) karena pengangkatan kelenjar limfe yang berdekatan dengan mammae. Dengan tidak adanya aliran limfe menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu jangan melakukan pungsi vena pada sisi yang sama dilakukan mastektomi (Pendergraph & Pendergraph, 1998; Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).
Jika pasien mengalami mastektomi pada kedua payudara, metoda yang dianjurkan sebagai alternatif adalah punggung telapak tangan atau finger stick. Dokter yang merawat haruslah terlibat dalam menentukan sisi mana yang paling tepat (Turgeon, 2007).

F. Pasien dialisa
Pasien dialisa menjadi masalah tersendiri ketika akan diambil darahnya akibat dari seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan dan terbatasnya akses vena. Jangan mengambil darah dari vena pada lengan yang terpasang kanul atau fistul. Lebih baik mengambil darah dari lengan atau vena yang jauh dari kanul atau fistul tersebut (Garza & Mc Bride, 1999)

G. Pasien yang sedang menerima transfusi
Pengambilan darah selama transfusi hanya akan memberikan sedikit informasi kecuali pada kasus-kasus trauma dimana kondisi pasien dapat berubah dengan cepat dan perlu di monitor dengan ketat. Pengambilan darah pada pasien yang sedang menerima transfusi sebaiknya dilakukan pada vena yang jauh dari vena yang sedang dipakai untuk menerima transfusi tersebut. Menurut penelitian Wiesen et al,, 1994. tidak ada perbedaan yang bermakna nilai Hb yang diperiksa 15 menit, 1 jam dan 2 jam setelah transfusi.

H. Pasien yang terpasang infus 
Pasien yang terpasang infus merupakan masalah yang sering bagi flebotomis. Lengan atau tungkai yang terpasang infus sebaiknya tidak digunakan untuk pungsi vena karena menyebabkan kontaminasi spesimen yang diambil. Gunakan lengan atau tempat lain untuk pungsi vena. Jika tidak ada alternatif lain, hentikan dulu aliran infusnya selama 2 menit kemudian baru diambil darahnya dari bawah sisi infus tersebut (Mc Call & Tankersley, 2007). Buang darah yang diambil pertama kali (3-10 cc) karena mungkin masih mengandung cairan infusnya. Darah yang diambil kedua kalinya yang dipakai untuk pemeriksaan. Setelah selesai pungsi vena alirkan kembali infus tersebut. Jenis cairan infusnya dicatat (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007)
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website Kami. Untuk yang mengambil artikel dari website Kami, dimohon untuk mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang Anda muat. Terimakasih atas kunjungannya.
Baca juga :
Sumber :
  1. Info Laboratorium Medik. 2017. Apa itu Flebotomi?. Diakses tanggal 2 Maret 2017. Link ;http://www.infolabmed.com/2016/03/apa-itu-flebotomi.html
  2. dr. olfie speech pathology. 2017. Penyulit Flebotomi. Diakses tanggal 2 Maret 2017. Link ; http://pathologyclinical.blogspot.co.id/2015/11/penyulit-flebotomi.html



DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments