ANA vs Anti-dsDNA: Memahami Peran Autoantibodi saat Sistem Imun Menyerang Tubuh Sendiri

Table of Contents

ANA vs Anti-dsDNA: Memahami Peran Autoantibodi saat Sistem Imun Menyerang Tubuh Sendiri


INFOLABMED.COM - Dalam dunia imunologi klinis, pemahaman tentang autoantibodi seperti ANA (Antinuclear Antibody) dan Anti-dsDNA (Anti-double stranded DNA) sangat penting untuk mendiagnosis dan mengelola penyakit autoimun, khususnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE). 

Kedua tes ini sering kali membingungkan, namun sebenarnya memiliki peran dan interpretasi yang sangat berbeda dalam praktik klinis.

Apa Itu ANA dan Anti-dsDNA?

ANA (Antinuclear Antibody) adalah autoantibodi yang menyerang komponen inti sel sendiri. Tes ANA merupakan tes skrining untuk mendeteksi adanya antibodi ini dalam darah.

Anti-dsDNA adalah subset spesifik dari ANA yang secara khusus menyerang DNA double-stranded. Tes Anti-dsDNA merupakan tes konfirmasi yang lebih spesifik untuk SLE.

Perbedaan Dasar ANA vs Anti-dsDNA

ParameterANA (Antinuclear Antibody)Anti-dsDNA
FungsiTes skrining awalTes konfirmasi spesifik
TargetBerbagai komponen inti selDNA double-stranded spesifik
SpesifisitasRendah (30-40% untuk SLE)Tinggi (95-99% untuk SLE)
SensitivitasTinggi (>95% untuk SLE)Sedang (50-70% untuk SLE)
Nilai Prognostik       Terbatas                                              Tinggi (aktivitas penyakit, nefritis)

Kapan Tes Ini Diperlukan?

Indikasi Pemeriksaan ANA:

  • Artritis yang tidak dapat dijelaskan
  • Ruam kulit fotosensitif
  • Demam berkepanjangan tanpa sebab jelas
  • Fenomena Raynaud
  • Gejala ginjal yang tidak dapat dijelaskan
  • Gejala neurologis atipikal

Indikasi Pemeriksaan Anti-dsDNA:

  • Hasil ANA positif dengan klinis sugestif SLE
  • Monitoring aktivitas penyakit SLE
  • Evaluasi keterlibatan ginjal (lupus nephritis)
  • Prediksi flare penyakit

Interpretasi Hasil dan Pola ANA

Hasil ANA Positif:

Titer dan Makna Klinis:

  • 1:40 - 1:80: Borderline, mungkin normal
  • 1:160 - 1:320: Signifikan, perlu evaluasi lebih lanjut
  • >1:640: Sangat signifikan, tinggi kemungkinan penyakit autoimun

Pola ANA dan Asosiasi Klinis:

  1. Pola Homogen:

    • Seluruh nukleus berfluoresensi seragam
    • Terkait dengan Anti-dsDNA dan SLE
    • Spesifisitas tinggi untuk SLE
  2. Pola Speckled:

    • Bintik-bintik halus tersebar di nukleus
    • Paling umum ditemukan
    • Terkait berbagai penyakit autoimun
  3. Pola Nukleolar:

    • Fluoresensi pada nukleolus
    • Terkait dengan skleroderma
  4. Pola Sentromer:

    • Titik-titik tersusun rapat
    • Khas untuk CREST syndrome

Interpretasi Hasil Anti-dsDNA

Nilai Normal: Biasanya <25 IU/mL (tergantung laboratorium)

Interpretasi Klinis:

  • Negatif: Tidak mendukung diagnosis SLE aktif
  • Positif Rendah (25-50 IU/mL): Mungkin SLE inaktif atau penyakit lain
  • Positif Tinggi (>50 IU/mL): Sangat sugestif SLE aktif
  • Sangat Tinggi (>100 IU/mL): Sering berkorelasi dengan nefritis lupus

ANA dan Anti-dsDNA dalam Diagnosis SLE

Menurut kriteria SLICC 2012 atau ACR/EULAR 2019:

ANA: Menjadi kriteria masuk wajib untuk diagnosis SLE Anti-dsDNA: Salah satu kriteria imunologis dengan bobot signifikan

Kondisi Lain dengan Hasil Positif

ANA Positif dapat ditemukan pada:

  • Rheumatoid Arthritis (30-40%)
  • Sjögren's Syndrome (70-80%)
  • Systemic Sclerosis (90-95%)
  • Hepatitis Autoimun
  • Tiroiditis Autoimun
  • Individu sehat (5-15% populasi)

Anti-dsDNA Positif biasanya spesifik untuk:

  • Systemic Lupus Erythematosus
  • Jarang pada: Hepatitis autoimun, Sirosis bilier primer

Monitoring dan Nilai Prognostik

Anti-dsDNA sebagai Penanda Aktivitas:

  • Peningkatan titer: Sering mendahului flare klinis
  • Penurunan titer: Menunjukkan respons terapi
  • Korelasi dengan nefritis: Level tinggi berkaitan dengan aktivitas ginjal

ANA untuk Monitoring:

  • Tidak direkomendasikan untuk memantau aktivitas penyakit
  • Titer ANA dapat tetap tinggi meski penyakit terkontrol
  • Lebih berguna untuk diagnosis awal

Algoritma Diagnostik yang Tepat

  1. Langkah 1: Tes ANA sebagai skrining awal
  2. Langkah 2: Jika ANA positif dan klinis sugestif, lanjutkan dengan:
    • Anti-dsDNA
    • Anti-Sm
    • Anti-phospholipid antibodies
    • Komplemen (C3, C4)
  3. Langkah 3: Korelasi dengan temuan klinis dan laboratorium lain

Tantangan dalam Interpretasi

Hasil ANA Positif Palsu:

  • Usia lanjut (>65 tahun)
  • Infeksi kronis
  • Pengobatan tertentu
  • Penyakit malignansi

Hasil ANA Negatif Palsu:

  • Teknik laboratorium tidak optimal
  • Penyakit autoimun ANA-negatif
  • Pengobatan imunosupresif

Teknik Pemeriksaan

Metode Deteksi ANA:

  • Indirect Immunofluorescence (IIF): Gold standard
  • ELISA: Lebih otomatis, kurang informasi pola
  • Multiplex Assay: Deteksi multiple autoantibodi

Metode Deteksi Anti-dsDNA:

  • ELISA: Paling umum digunakan
  • Crithidia luciliae IFA: Spesifisitas sangat tinggi
  • Farr Assay: Mengukur aviditas antibodi

Konseling Pasien dengan Hasil Positif

Penting untuk Menekankan:

  • Hasil positif tidak selalu berarti penyakit aktif
  • Perlunya korelasi dengan gejala klinis
  • Kemungkinan diperlukan pemeriksaan lanjutan
  • Pentingnya follow-up rutin

Perkembangan Terkini

Biomarker Baru:

  • Anti-Nucleosome Antibodies
  • Anti-C1q Antibodies
  • Cell-bound Complement Activation Products

Teknologi Deteksi:

  • Automated ANA reading systems
  • Multiplex bead-based assays
  • Point-of-care testing development

Kesimpulan

Pemahaman yang tepat tentang peran dan interpretasi ANA serta Anti-dsDNA sangat penting dalam tatalaksana penyakit autoimun. ANA berfungsi sebagai gerbang masuk diagnostik yang sensitif, sementara Anti-dsDNA memberikan konfirmasi spesifik dan alat monitoring yang berharga untuk SLE. Pendekatan yang komprehensif dengan mengintegrasikan hasil laboratorium, temuan klinis, dan pemeriksaan penunjang lainnya tetap menjadi kunci diagnosis dan tatalaksana penyakit autoimun yang optimal.

Dapatkan informasi terbaru seputar dunia laboratorium medis dengan mengikuti media sosial Infolabmed.com. Ikuti update kami di TelegramFacebook, dan Twitter/X. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, dukung pengembangan website ini melalui Donasi via DANA. Kontribusi Anda sangat berarti untuk kemajuan pendidikan kesehatan.

Rachma Amalia Maharani
Rachma Amalia Maharani Halo saya lulusan Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki ketertarikan besar pada dunia kesehatan dan laboratorium klinik. Berpengalaman dalam praktik laboratorium selama masa studi dan magang, terbiasa bekerja secara teliti, disiplin, dan bertanggung jawab. Saya juga aktif mengembangkan diri melalui pembelajaran mandiri. I am looking for opportunities to contribute further to the health industry to be able to apply the knowledge and interests that I have. Let's connect on Linkedin in my Portfolio https://rachma-mlt.framer.website/

Post a Comment