Vaksin COVID-19: Mengapa Beberapa Orang Tetap Terinfeksi? Studi Jepang Menjawab
![]()
Pandemi COVID-19 telah mengubah dunia, dan vaksinasi menjadi salah satu senjata utama dalam melawan virus ini. Namun, meskipun telah divaksinasi, beberapa orang masih mengalami infeksi. Sebuah studi terbaru dari Jepang memberikan wawasan penting tentang mengapa hal ini terjadi.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine pada 17 September 2025, oleh para ilmuwan dari Universitas Nagoya, Jepang, menyoroti kompleksitas respons kekebalan tubuh terhadap vaksin COVID-19. Studi ini mengidentifikasi pola-pola unik dalam penurunan antibodi yang dapat menjelaskan mengapa beberapa individu lebih rentan terhadap infeksi meskipun telah divaksinasi.
Empat Pola Respons Kekebalan Tubuh
Para peneliti memantau respons antibodi pada 2.526 peserta selama 18 bulan, mulai dari dosis vaksin pertama hingga booster. Mereka menemukan empat pola respons kekebalan tubuh yang berbeda. Pola-pola ini memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana vaksin bekerja dan mengapa efektivitasnya dapat bervariasi.
Empat jenis respons kekebalan tubuh tersebut adalah: durable responders (mereka yang mempertahankan tingkat antibodi tinggi), rapid-decliners (mereka yang awalnya memiliki respons kuat tetapi antibodi mereka menurun dengan cepat), vulnerable responders (mereka yang menghasilkan tingkat antibodi rendah yang juga menurun dengan cepat), dan intermediate responders (mereka yang berada di antara kelompok-kelompok lainnya).
Rapid-Decliners: Kelemahan yang Mengejutkan
Kelompok rapid-decliners menjadi temuan paling menarik. Meskipun mereka menunjukkan respons kekebalan awal yang kuat, antibodi mereka menurun dengan cepat. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dibandingkan dengan kelompok durable responders yang mempertahankan perlindungan lebih lama.
Profesor Shingo Iwami, penulis senior studi dari Graduate School of Science, Universitas Nagoya, menyatakan bahwa hasil untuk kelompok rapid-decliners sangat mengejutkan. "Meskipun respons kekebalan awal mereka mengesankan, mereka terinfeksi COVID-19 lebih cepat daripada kelompok lain," jelasnya.
Peran Antibodi IgA(S)
Studi ini juga menyoroti peran penting antibodi IgA(S) dalam melindungi tubuh dari infeksi COVID-19. Antibodi ini, yang ditemukan di hidung dan tenggorokan, adalah garis pertahanan pertama terhadap virus pernapasan.
Para peneliti menemukan bahwa individu yang mengalami infeksi terobosan memiliki kadar IgA(S) yang lebih rendah dalam darah mereka beberapa minggu setelah vaksinasi. Temuan ini menunjukkan bahwa kadar IgA(S) dapat menjadi indikator yang baik untuk menilai tingkat perlindungan kekebalan di saluran pernapasan.
Baca Juga: Indonesia Pelajari Vaksin Kanker Rusia: Menkes Kirim Tim untuk Uji Klinis
Korelasi Antara Kadar Darah dan Hidung
Penelitian ini juga menemukan korelasi yang kuat antara kadar IgA(S) dalam darah dan hidung. Hal ini menunjukkan bahwa tes darah dapat secara andal mengindikasikan kekuatan perlindungan kekebalan di saluran pernapasan.
Dengan kata lain, mengukur kadar IgA(S) dalam darah setelah vaksinasi dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko lebih tinggi terkena infeksi terobosan, terutama di antara kelompok yang rentan.
Implikasi untuk Strategi Vaksinasi
Temuan studi ini memberikan dasar untuk penelitian di masa depan dan dapat mengubah cara kita mendekati vaksinasi COVID-19. Dengan mengidentifikasi pola respons kekebalan tubuh, kita dapat mengembangkan strategi vaksinasi yang lebih efektif dan dipersonalisasi.
Profesor Iwami menekankan pentingnya mengidentifikasi mekanisme biologis yang mendasari penurunan cepat kadar antibodi. Faktor-faktor seperti usia, variasi genetik, karakteristik vaksin, dan pengaruh lingkungan (kebiasaan tidur, tingkat stres, dan obat-obatan yang dikonsumsi) mungkin berperan dalam hal ini.
Masa Depan Vaksinasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa tes antibodi, khususnya pengukuran IgA(S), dapat menjadi alat yang berguna untuk mengidentifikasi individu yang membutuhkan booster lebih cepat. Namun, efektivitasnya tergantung pada biaya, akurasi, dan manfaatnya dibandingkan dengan strategi saat ini.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami potensi penuh dari pendekatan ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang respons kekebalan tubuh, kita dapat meningkatkan efektivitas vaksin dan melindungi masyarakat dari COVID-19.
Kesimpulan
Studi dari Universitas Nagoya ini memberikan wawasan berharga tentang kompleksitas respons kekebalan tubuh terhadap vaksin COVID-19. Dengan mengidentifikasi pola-pola unik dalam penurunan antibodi, para peneliti telah membuka jalan bagi strategi vaksinasi yang lebih efektif dan dipersonalisasi.
Temuan ini menyoroti pentingnya memantau respons kekebalan tubuh secara individual dan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas vaksin. Penelitian ini adalah langkah penting dalam upaya berkelanjutan untuk mengendalikan pandemi COVID-19 dan melindungi kesehatan masyarakat.
Pertanyaan Umum (FAQ)
Apa itu infeksi terobosan?
Infeksi terobosan terjadi ketika seseorang terinfeksi COVID-19 setelah menerima vaksinasi. Hal ini dapat terjadi karena virus berhasil melewati kekebalan yang diberikan oleh vaksin.
Apa peran antibodi IgA(S)?
Antibodi IgA(S) melindungi hidung dan tenggorokan, berfungsi sebagai garis pertahanan pertama terhadap virus pernapasan, termasuk COVID-19.
Bagaimana studi ini dapat memengaruhi strategi vaksinasi?
Dengan mengidentifikasi pola respons kekebalan tubuh, studi ini dapat membantu mengembangkan strategi vaksinasi yang lebih dipersonalisasi, seperti menyesuaikan jadwal booster untuk individu tertentu.
Siapa saja penulis studi ini?
Studi ini ditulis oleh Hyeongki Park, Naotoshi Nakamura, Sho Miyamoto, Yoshitaka Sato, Kwang Su Kim, Kosaku Kitagawa, Yurie Kobashi, Yuta Tani, Yuzo Shimazu, Tianchen Zhao, Yoshitaka Nishikawa, Fumiya Omata, Moe Kawashima, Toshiki Abe, Yoshika Saito, Saori Nonaka, Morihito Takita, Chika Yamamoto, Hiroshi Morioka, Katsuhiro Kato, Ken Sagou, Tetsuya Yagi, Takeshi Kawamura, Akira Sugiyama, Aya Nakayama, Yudai Kaneko, Risa Yokokawa Shibata, Kazuyuki Aihara, Tatsuhiko Kodama, Akifumi Kamiyama, Tomokazu Tamura, Takasuke Fukuhara, Kenji Shibuya, Tadaki Suzuki, Shingo Iwami dan Masaharu Tsubokura.
Ikuti dan Dukung Infolabmed.com
Mari terhubung melalui media sosial dan dukung perkembangan website Infolabmed.com
Dukungan untuk Infolabmed.com
Beri Donasi untuk Perkembangan Website
Dukung Infolabmed.com dengan memberikan donasi terbaikmu melalui DANA. Setiap kontribusi sangat berarti untuk pengembangan dan pemeliharaan website.
Donasi via DANAProduk Infolabmed
Nama Produk: PORLAK BGM-102 - Alat Cek Gula Darah Digital Akurat, Hasil 5 Detik, Bonus Lancet & Baterai
Harga: Rp 270.000
© 2025 Infolabmed.com | Terima kasih atas dukungannya
Post a Comment