Tantangan Pengembangan Obat Herbal di Indonesia: Menciptakan Pasar yang Jelas
/data/photo/2025/01/28/67986c438e115.jpg)
Indonesia, sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa, menyimpan potensi besar dalam pengembangan obat herbal. Ribuan spesies tanaman diyakini memiliki khasiat obat yang dapat dimanfaatkan. Namun, di balik potensi tersebut, pengembangan obat herbal di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan signifikan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pasar yang jelas untuk produk obat herbal. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Raymond Tjandrawinata, Director of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica. Menurutnya, tanpa pasar yang jelas, komersialisasi obat herbal menjadi sulit karena produsen kesulitan menentukan target pasar yang tepat.
Tantangan Utama: Ketiadaan Pasar yang Jelas
Prof. Raymond Tjandrawinata menggarisbawahi pentingnya pasar yang jelas sebagai landasan pengembangan obat herbal. Pasar yang jelas memungkinkan produsen untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan mengembangkan produk yang sesuai. Hal ini juga mempermudah proses pemasaran dan distribusi obat herbal.
Pernyataan ini disampaikan di sela acara kunjungan perwakilan WHO dan Badan POM RI ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) di Cikarang, Jawa Barat pada 16 Oktober 2025. Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia.
Regulasi yang Panjang dan Rumit
Selain masalah pasar, proses regulasi yang panjang dan rumit untuk mendapatkan izin edar dari Badan POM juga menjadi tantangan. Prof. Raymond menjelaskan bahwa perbedaan persyaratan penelitian antara produsen dan Badan POM seringkali menimbulkan kesulitan. Produsen harus melakukan studi tambahan, termasuk uji klinis, untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Proses ini memakan waktu dan biaya, sehingga menghambat pengembangan obat herbal. Kesulitan dalam merekrut pasien, menemukan investigator yang tepat, dan memastikan hasil yang baik juga menjadi bagian dari tantangan tersebut. Semua ini menekankan kembali pentingnya pasar yang jelas untuk mendorong investasi dan pengembangan lebih lanjut.
Peran Formularium Nasional dan Potensi Obat Herbal
Terkait pasar obat herbal terstandar, obat bahan alam belum masuk dalam Formularium Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hal ini disebabkan oleh adanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2018 tentang Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Prof. Raymond berpendapat bahwa jika obat-obatan herbal dapat digunakan secara luas, hal itu akan mendorong penelitian dan produksi. Terbentuknya ekosistem yang mendukung akan menjadikan obat herbal sebagai andalan dalam industri kesehatan nasional. Ini akan memberikan manfaat bagi pasien dan mendorong pertumbuhan industri farmasi berbasis herbal di Indonesia.
Baca Juga: Jenis Tabung Darah dan Fungsinya: Panduan Penting dalam Pemeriksaan Laboratorium
Kunjungan WHO dan Badan POM ke DLBS
Delegasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Badan POM RI melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia.
Dalam kunjungan tersebut, Prof. Raymond memaparkan perjalanan DLBS sejak tahun 2005 dalam pengembangan obat berbahan alam. DLBS menggunakan bahan baku tidak hanya dari tumbuhan, tetapi juga dari hewan, seperti produk Disolf yang dikembangkan dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk membantu melancarkan sirkulasi darah.
Inovasi dan Standarisasi: Kunci Pengembangan Obat Herbal
DLBS mengintegrasikan teknologi 4.0 dalam setiap tahapan riset dan pengembangan produk. Hal ini dimulai dari penemuan bahan aktif berbasis Tandem Chemistry Bioassay System (T-CEBS) hingga pemantauan kualitas produk setelah diproduksi. Pengembangan OMAI sangat saintifik dan terbukti secara klinis.
Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, Dian Putri Anggraweni, menyampaikan bahwa inovasi DLBS adalah contoh pengembangan obat bahan alam Indonesia menjadi produk berkelas global. Beliau menekankan pentingnya berbagi praktik terbaik dalam mengembangkan obat herbal.
Masa Depan Obat Herbal di Indonesia
Dr. Pradeep Kumar Dua dari WHO menekankan pentingnya pengembangan fitofarmaka yang memenuhi standar global. Ia melihat integrasi dan inovasi yang dilakukan oleh Dexa Medica dalam pengembangan produk terkait keanekaragaman hayati sebagai langkah maju.
Kunjungan ini merupakan kolaborasi antara regulator dan pelaku industri. Diharapkan, kolaborasi lintas sektor antara berbagai bidang dan pemerintah di negara-negara anggota dapat ditingkatkan. Hal ini akan mendukung pengembangan industri obat herbal di Indonesia secara berkelanjutan.
Kesimpulan
Pengembangan obat herbal di Indonesia memiliki potensi besar, tetapi membutuhkan solusi atas tantangan yang ada. Menciptakan pasar yang jelas, menyederhanakan regulasi, dan meningkatkan inovasi adalah langkah kunci. Dengan dukungan dari berbagai pihak, obat herbal dapat menjadi andalan dalam industri kesehatan nasional, memberikan manfaat bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ikuti dan Dukung Infolabmed.com
Mari terhubung melalui media sosial dan dukung perkembangan website Infolabmed.com
Dukungan untuk Infolabmed.com
Beri Donasi untuk Perkembangan Website
Dukung Infolabmed.com dengan memberikan donasi terbaikmu melalui DANA. Setiap kontribusi sangat berarti untuk pengembangan dan pemeliharaan website.
Donasi via DANAProduk Infolabmed
Nama Produk: PORLAK BGM-102 - Alat Cek Gula Darah Digital Akurat, Hasil 5 Detik, Bonus Lancet & Baterai
Harga: Rp 270.000
© 2025 Infolabmed.com | Terima kasih atas dukungannya
Post a Comment