Sentuhan dan Sains: Memahami 'Skin Hunger' dan Efeknya

Table of Contents

Hunger for contact and the science of caressing - Il Sole 24 ORE


“Kapan terakhir kali seseorang menyentuhmu?” Begitulah prolog yang membuka buku karya Marta Paterlini, seorang penulis dan jurnalis sains. Pertanyaan ini bukan sekadar basa-basi, tetapi titik awal dari perjalanan mendalam yang menggali hubungan rumit antara sentuhan, ilmu saraf, filsafat, dan penyembuhan.

Buku Paterlini, yang berjudul "La pelle che pensa. Il tocco come linguaggio universale, tra filosofia, neuroscienze e tabù sociali" (Codice Edizioni, 2025), menjelajahi bagaimana sentuhan, sebagai indera pertama dan terakhir kita, membentuk cara kita berpikir dan merasakan dunia. Buku ini akan mulai tersedia di toko buku pada tanggal 15, menawarkan perspektif baru tentang pentingnya sentuhan dalam kehidupan manusia.

Sejarah dan Filsafat Sentuhan: Akar dalam Peradaban

Paterlini memulai dengan menelusuri sejarah budaya sentuhan, mulai dari akar Yunani hingga spekulasi fenomenologis modern. Aristoteles, misalnya, menganggap sentuhan sebagai indera “paling filosofis dan universal”. Di sisi lain, Plato menempatkannya pada tingkat yang lebih rendah, setara dengan insting hewan.

Tradisi Barat pada umumnya cenderung mengutamakan penglihatan (opto-sentrisme), seringkali mengabaikan peran penting yang dimainkan oleh sentuhan. Paterlini menggunakan lensa pemikiran filsuf seperti Husserl, Merleau-Ponty, dan Jean-Luc Nancy untuk memahami bahwa tubuh bukanlah penghalang bagi pengetahuan, melainkan alat paling autentik kita. Dengan kata lain, kita bukanlah pemilik tubuh, tetapi kita adalah tubuh itu sendiri.

Sentuhan dalam Neurociencia: Penemuan Modern

Di sisi lain, buku ini mengulas kebangkitan kembali minat pada sentuhan dalam ilmu saraf kontemporer. Dalam tiga puluh tahun terakhir, berkat kemajuan biologi molekuler dan studi genetik, para ilmuwan mulai mengungkap kompleksitas sistem somatosensorik. Paterlini menjelaskan secara jelas mekanisme seperti saluran Piezo1 dan Piezo2, yang mengubah tekanan pada kulit menjadi impuls listrik.

Penemuan serat C-taktil pada tahun 1990-an di Swedia memberikan wawasan baru tentang “sentuhan afektif”. Sentuhan lembut dan perlahan, pada suhu tubuh, memicu pelepasan oksitosin dan endorfin, yang mengurangi kortisol, menenangkan amigdala, dan meningkatkan kepercayaan serta ikatan emosional. Ini bukanlah metafora, melainkan neurokimia yang nyata.

Sentuhan dalam Praktik Klinis: Penyembuhan yang Teraba

Diskusi kemudian bergeser ke ranah klinis, di mana sentuhan tidak hanya menjadi alat diagnostik tetapi juga bagian integral dari penyembuhan. Paterlini menekankan nilai pijatan lembut pada hari-hari pertama kehidupan, yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta regulasi neurofisiologis.

Dari bayi prematur yang tumbuh lebih baik berkat terapi “marsupium” hingga pasien terminal yang menemukan kenyamanan dalam kontak manusia, dunia medis kini mengakui kembali dimensi taktil sebagai elemen penting dalam penyembuhan. Psikologi juga mulai mempertimbangkan kembali peran sentuhan, terutama dalam kasus gangguan makan, autisme, dan PTSD, di mana tubuh berbicara sebelum pikiran, dan sentuhan dapat menjadi cara untuk kembali terhubung dengan diri sendiri.

Baca Juga: Metholomia: Memahami Lebih Dalam dan Dampaknya di Indonesia

Masa Depan Sentuhan: Teknologi dan Desain

Paterlini menyoroti perkembangan menarik dalam teknologi yang berkaitan dengan sentuhan. Ia membahas tentang “e-skin”, kulit elektronik fleksibel yang dilengkapi dengan jaringan sensor untuk mengukur tekanan dan suhu. Selain itu, ia membahas tentang prostesis bionik dan antarmuka otak-komputer yang memungkinkan kembalinya sensasi awal.

Proyek-proyek seperti Bionic Breast Project berusaha untuk mengaktifkan kembali jalur saraf sisa untuk merasakan kenikmatan setelah mastektomi. Kontribusi penting juga datang dari para ilmuwan Italia, seperti Giacomo Valle dari Chalmers University, yang bekerja pada antarmuka otak-mesin, dan Calogero Maria Oddo dari Institute of Biorobotics, Scuola Superiore Sant'Anna, yang berfokus pada tangan bionik.

Sentuhan dalam Desain dan Pemasaran Sensori

Peran sentuhan juga semakin penting dalam neurodesain, yang mempelajari tekstur, material, dan permukaan yang dapat memicu respons emosional dan mengarahkan perilaku konsumen. Sentuhan kini masuk sepenuhnya ke dalam bahasa desain dan pemasaran sensori.

Di sisi lain, ada godaan sentuhan, misalnya ketika orang merasa ingin menyentuh karya seni meskipun ada larangan, demi merasakan keasliannya. Museum bereksperimen dengan replika, instalasi, dan rute taktil untuk memenuhi keinginan sensorik ini tanpa merusak karya seni itu sendiri.

'Skin Hunger' dan Implikasinya dalam Masyarakat Modern

Salah satu poin penting yang diangkat Paterlini adalah interaksi antara ilmu pengetahuan dan kerapuhan sosial. Buku ini menjadi semacam manifesto etis, dengan menyoroti bagaimana masyarakat modern semakin kurang menyentuh dan cenderung menghindari kedekatan. Pandemi, regulasi kebersihan, digitalisasi hubungan, dan kode persetujuan baru telah mengubah kulit menjadi wilayah yang sensitif dan dijaga.

Paterlini mengingatkan kita bahwa “skin hunger” (kerinduan akan sentuhan) dapat menyebabkan kecemasan dan depresi. Kita cenderung membersihkan tangan kita, tetapi juga emosi kita. Ada banyak refleksi linguistik yang mengungkapkan bagaimana sentuhan merasuki budaya kita, seperti frasa “merasa dengan kulit” atau “tidak menyentuh”.

Kesimpulan: Sentuhan, Jembatan antara Tubuh, Bahasa, dan Sains

Gaya penulisan Paterlini jelas dan hampir naratif, tetapi tidak mengabaikan ketepatan data ilmiah. Penulis memiliki keahlian ganda – ilmiah dan sastra – yang memungkinkan dia beralih dari terminologi reseptor mekanik ke referensi budaya pop tanpa kehilangan kredibilitas.

“La pelle che pensa” adalah buku tentang sisi sentuhan yang sangat penting di era di mana kita cenderung berkomunikasi tanpa kontak. Paterlini memberi suara kepada para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian yang ia ceritakan, memulihkan rasa penemuan yang jelas bagi pembaca. Ia mengingatkan kita bahwa kulit bukanlah sekadar batas, tetapi pikiran yang merasakan. Masa depan ilmu pengetahuan, jika ingin tetap manusiawi, juga harus melewati tangan lagi.

Ikuti dan Dukung Infolabmed.com

Mari terhubung melalui media sosial dan dukung perkembangan website Infolabmed.com

Follow Media Sosial Infolabmed.com

📢

Telegram

Follow
👍

Facebook

Follow
🐦

Twitter/X

Follow

Dukungan untuk Infolabmed.com

Beri Donasi untuk Perkembangan Website

Dukung Infolabmed.com dengan memberikan donasi terbaikmu melalui DANA. Setiap kontribusi sangat berarti untuk pengembangan dan pemeliharaan website.

Donasi via DANA

Produk Infolabmed

Alat Pemeriksaan Glukosa Darah

Nama Produk: PORLAK BGM-102 - Alat Cek Gula Darah Digital Akurat, Hasil 5 Detik, Bonus Lancet & Baterai

Harga: Rp 270.000

© 2025 Infolabmed.com | Terima kasih atas dukungannya

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment