Epigenetik dan Alzheimer: Memahami DNA sebagai Musik untuk Pengobatan

Table of Contents

The DNA as a musical score and the key of epigenetics to understand Alzheimer's - Il Sole 24 ORE


Dalam dunia penelitian medis, khususnya yang berkaitan dengan penyakit kompleks seperti Alzheimer, konsep epigenetik muncul sebagai terobosan yang menarik. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana DNA kita, bagaikan sebuah partitur musik, dapat membuka wawasan baru dalam memahami dan bahkan mengobati penyakit Alzheimer. Pemahaman ini didasarkan pada penelitian yang dipublikasikan di jurnal 'Alzheimer's & Dementia' dan dilakukan oleh para peneliti dari La Sapienza University of Rome dan universitas lainnya.

DNA: Partitur Musik Kehidupan

Bayangkan DNA sebagai sebuah partitur musik yang sangat rinci. Semua 'nada' atau kode genetik ada di sana, tersusun secara berurutan. Namun, apa yang membedakan adalah bagaimana 'musik' tersebut dimainkan. Di sinilah peran epigenetik menjadi sangat penting. Epigenetik merujuk pada modifikasi kimiawi tertentu pada DNA dan protein di dalam inti sel, yang menentukan seberapa intens gen tertentu 'dimainkan', atau diterjemahkan menjadi protein.

Semua sel dalam tubuh kita memiliki gen yang sama, tetapi mereka tidak 'bernyanyi' dengan cara yang sama. Sel hati, misalnya, 'memainkan' gen yang berbeda dari sel saraf, meskipun memiliki 'partitur' genetik yang identik. Ini terjadi berkat mekanisme epigenetik yang memungkinkan sel mengekspresikan gen yang tepat pada waktu yang tepat.

Faktor Lingkungan dan Peran Epigenetik

Yang lebih menarik, mekanisme epigenetik ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Nutrisi, polusi, dan stres kronis dapat mengubah 'aransemen musik' dalam DNA kita. Perubahan ini dapat memicu proses molekuler yang patologis, membuka jalan bagi timbulnya penyakit.

Penyakit Alzheimer, dengan berbagai faktor risiko yang terlibat, memiliki komponen epigenetik yang jelas. Sifat multifaktorial penyebabnya tercermin pada tingkat molekuler. Pada otak pasien Alzheimer, kita melihat perubahan pada berbagai proses secara bersamaan, mulai dari penumpukan protein amiloid dan tau, hingga peradangan saraf kronis, stres oksidatif, disfungsi mitokondria, dan kerusakan sawar darah-otak.

Tantangan dalam Pengobatan Alzheimer

Kompleksitas inilah yang membuat studi tentang Alzheimer menjadi sangat menantang. Penyembuhan yang efektif, yang sayangnya belum ada saat ini, tidak akan dapat hanya berfokus pada satu target. Pengobatan harus mengoordinasikan intervensi pada semua mekanisme ini secara bersamaan.

Baca Juga: MS: Diagnosis, Pengobatan, dan Perawatan di Mayo Clinic, Indonesia

Di sinilah epigenetik menjadi sangat menarik. Faktor epigenetik tampaknya mampu mengoordinasikan banyak mekanisme molekuler ini dan, yang terpenting, berpotensi bersifat reversibel. Berbeda dengan mutasi genetik permanen, modifikasi epigenetik dapat dikoreksi, membuka prospek konkret untuk intervensi.

Penelitian di La Sapienza University of Rome

Di laboratorium Departemen Kedokteran Eksperimental di La Sapienza University of Rome, para peneliti telah mempelajari faktor epigenetik, yaitu metilasi DNA, dalam kaitannya dengan produksi amiloid pada model Alzheimer selama lebih dari 20 tahun. Hasil awal menunjukkan bahwa defisiensi vitamin B meningkatkan aktivitas dua gen kunci (PSEN1 dan BACE1), sementara suplementasi dengan S-adenosylmethionine (molekul yang menyediakan metil) menetralkan efek ini.

Untuk PSEN1, mekanismenya jelas sejak awal: metilasi DNA secara langsung mengaturnya. Tetapi untuk BACE1, hubungannya tetap tersembunyi, hingga sekarang. Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam 'Alzheimer's & Dementia', jurnal resmi Alzheimer's Association, akhirnya menjelaskan mekanisme tersebut. BACE1 diatur oleh microRNA-29a, yang pada gilirannya dikendalikan oleh metilasi DNA. Ini merupakan rangkaian di mana dua mekanisme epigenetik (metilasi dan microRNA) saling berkomunikasi untuk mengendalikan produksi amiloid.

Implikasi dan Harapan di Masa Depan

Hasil penelitian ini mengklarifikasi hubungan sebab-akibat antara epigenetik dan Alzheimer, menyarankan penggunaan penanda epigenetik untuk diagnosis dini dan membuka perspektif konkret menuju intervensi terapeutik. Para peneliti sekarang menantikan dengan minat hasil uji klinis pertama S-adenosylmethionine yang sedang berlangsung di Australia.

Sementara itu, mereka mengevaluasi kombinasi dengan intervensi lain seperti vitamin K dan 'stamina' (ekstrak oosit ikan) untuk pendekatan terapi 'multi-target'. Studi ini dikoordinasikan oleh Departemen Kedokteran Eksperimental dan Pusat Penelitian Neurosains 'D. Bovet' (CRiN) dari La Sapienza University of Rome, bekerja sama dengan Universitas Naples 'Federico II' dan Barcelona. Penemuan ini membuka harapan baru dalam upaya kita melawan Alzheimer.

Ikuti dan Dukung Infolabmed.com

Mari terhubung melalui media sosial dan dukung perkembangan website Infolabmed.com

Follow Media Sosial Infolabmed.com

📢

Telegram

Follow
👍

Facebook

Follow
🐦

Twitter/X

Follow

Dukungan untuk Infolabmed.com

Beri Donasi untuk Perkembangan Website

Dukung Infolabmed.com dengan memberikan donasi terbaikmu melalui DANA. Setiap kontribusi sangat berarti untuk pengembangan dan pemeliharaan website.

Donasi via DANA

Produk Infolabmed

Alat Pemeriksaan Glukosa Darah

Nama Produk: PORLAK BGM-102 - Alat Cek Gula Darah Digital Akurat, Hasil 5 Detik, Bonus Lancet & Baterai

Harga: Rp 270.000

© 2025 Infolabmed.com | Terima kasih atas dukungannya

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment