Mikrofilaria: Parasit Penyebab Kaki Gajah (Filariasis), Deteksi melalui Tes Darah
INFOLABMED.COM - Mikrofilaria merupakan bentuk larva dari cacing filaria yang menjadi penyebab utama penyakit Filariasis atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kaki gajah.
Parasit mikroskopis ini hidup dalam aliran darah manusia dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Deteksi dini melalui pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mencegah komplikasi kronis yang melumpuhkan, seperti pembengkakan ekstremitas yang permanen.
Baca juga : Wuchereria Bancrofti Penyebab Kaki Gajah yang Harus Diwaspadai Masyarakat Tropis
Apa Itu Mikrofilaria?
Mikrofilaria adalah stadium larva dari cacing nematoda (gilik) yang termasuk dalam superfamilia Filarioidea. Di Indonesia, spesies yang paling umum adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Larva ini berukuran sangat kecil, hanya sekitar 250-300 mikrometer, dan hanya dapat dilihat jelas di bawah mikroskop.
Mereka bersirkulasi dalam darah perifer manusia (inang definitif) dan menunggu untuk dihisap oleh nyamuk (inang perantara) untuk melanjutkan siklus hidupnya.
Siklus Hidup dan Penularan
Siklus hidup mikrofilaria melibatkan dua inang: manusia dan nyamuk.
- Penularan ke Nyamuk: Ketika nyamuk yang tergolong Mansonia, Anopheles, Culex, atau Aedes menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk menyedot darah yang mengandung mikrofilaria.
- Perkembangan dalam Nyamuk: Di dalam tubuh nyamuk, mikrofilaria berkembang menjadi larva infektif (L3) dalam waktu 1-2 minggu.
- Penularan ke Manusia: Saat nyamuk yang sama menggigit orang lain, larva infektif keluar dari proboscis (belalai) nyamuk dan masuk ke dalam kulit melalui luka gigitan.
- Perkembangan dalam Manusia: Larva bermigrasi ke kelenjar getah bening dan saluran getah bening, di mana mereka berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina dalam waktu beberapa bulan.
- Reproduksi: Cacing dewasa betina yang telah dibuahi akan melahirkan berjuta-juta mikrofilaria yang kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah.
Gejala Klinis Filariasis
Infeksi filariasis dapat bersifat asimtomatik (tanpa gejala), akut, atau kronis.
- Fase Asimtomatik: Banyak penderita tidak menunjukkan gejala, tetapi mikrofilaria tetap beredar dalam darah dan dapat menyebabkan kerusakan sistem limfatik dan ginjal.
- Fase Akut: Ditandai dengan serangan demam berulang (demam filaria), pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening (limfadenitis), serta radang saluran getah bening (limfangitis).
- Fase Kronis: Terjadi setelah infeksi berulang selama bertahun-tahun. Gejala utamanya adalah limfedema (pembengkakan tungkai, lengan, atau payudara) dan elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan di bawahnya yang menyerupai kulit gajah). Pada pria, dapat terjadi hidrokel (pembengkakan skrotum).
Diagnosis: Pemeriksaan Darah untuk Mikrofilaria
Pemeriksaan laboratorium adalah satu-satunya cara untuk memastikan diagnosis filariasis.
- Tes Darah Jari (Pemeriksaan Sediaan Darah Tebal): Ini adalah metode diagnostik standar. Darah diambil melalui ujung jari pada malam hari (antara pukul 20.00 - 02.00) karena mikrofilaria menunjukkan periodisitas nokturnal (muncul di darah perifer pada malam hari). Darah diteteskan pada objek glass, diwarnai dengan Giemsa atau Wright, dan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat ada tidaknya mikrofilaria yang bergerak aktif.
- Tes Antigen: Mendeteksi antigen cacing dewasa dalam darah. Keunggulannya, darah dapat diambil kapan saja (tidak harus malam hari) dan sangat spesifik untuk W. bancrofti.
- Tes Antibodi: Mendeteksi respons imun tubuh terhadap infeksi, tetapi dapat bereaksi silang dengan cacing lain sehingga kurang spesifik untuk diagnosis aktif.
- PCR (Polymerase Chain Reaction): Tes molekuler yang sangat sensitif dan spesifik untuk mendeteksi DNA parasit, biasanya digunakan untuk penelitian.
Baca juga : Mengenal Lebih Dalam tentang Filariasis: Penyakit Akibat Cacing Parasit di Tubuh Manusia
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan utama filariasis adalah dengan menghindari gigitan nyamuk menggunakan kelambu, obat nyamuk, dan pakaian panjang.
Program pemerintah memberikan pengobatan massal menggunakan obat Diethylcarbamazine (DEC) yang dikombinasikan dengan Albendazole setahun sekali selama minimal 5 tahun berturut-turut di daerah endemis untuk memutus rantai penularan.
Untuk kasus kronis, penanganan difokuskan pada perawatan kebersihan kulit dan pencegahan infeksi sekunder pada anggota tubuh yang bengkak.
Follow Media Sosial Infolabmed.com untuk update informasi laboratorium terkini melalui chanel Telegram di sini, Facebook di sini, dan Twitter/X di sini. Dukung perkembangan website infolabmed.com dengan memberikan DONASI terbaikmu secara mudah melalui Donasi via DANA.
Post a Comment