Mengenal Ascaris: Penyebab, Gejala, Diagnosa & Pencegahan Ascariasis

Table of Contents

 

Mengenal Ascaris: Penyebab, Gejala, Diagnosa & Pencegahan Ascariasis

INFOLABMED.COM - Ascaris lumbricoides, atau yang lebih dikenal sebagai cacing gelang, merupakan salah satu parasit nematoda (cacing gilig) yang paling umum menginfeksi manusia di seluruh dunia, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. 

Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut Ascariasis. 

Baca Juga: Pemeriksaan Parasitologi: Panduan Lengkap

Pemahaman yang komprehensif tentang siklus hidup, gejala, dan metode diagnosa Ascaris sangat penting bagi tenaga medis dan masyarakat untuk melakukan pencegahan dan penanganan yang efektif.

Infeksi ini termasuk dalam kategori Soil-Transmitted Helminth (STH) atau cacing yang penularannya melalui tanah, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan, terutama pada anak-anak.

Apa Itu Ascaris lumbricoides?

Ascaris lumbricoides adalah spesies cacing parasit yang hidup di dalam usus halus manusia. 

Cacing betina dewasa dapat tumbuh hingga sepanjang 20-35 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 15-30 cm. 

Cacing ini berwarna putih kecoklatan atau merah muda dan memiliki tubuh yang panjang silindris dengan ujung yang meruncing.

Siklus Hidup dan Cara Penularan

Siklus hidup Ascaris termasuk sederhana (siklus langsung) dan menjadi kunci memahami penularannya:

  1. Pengeluaran Telur: Cacing dewasa di usus menghasilkan ratusan ribu telur per hari. Telur-telur ini kemudian dikeluarkan dari tubuh manusia melalui feses.
  2. Pematangan di Tanah: Telur yang terkontaminasi di tanah membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu untuk berkembang menjadi telur yang berembrio dan bersifat infektif, tergantung pada kondisi lingkungan (tanah yang lembab dan hangat sangat ideal).
  3. Tertelan oleh Manusia: Infeksi terjadi ketika seseorang secara tidak sengaja menelan telur yang telah matang ini. Penelanan dapat terjadi melalui:
    • Konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
    • Kebiasaan memasukkan tangan yang kotor (terkontaminasi tanah) ke dalam mulut, yang sering terjadi pada anak-anak.
  4. Perkembangan di Dalam Tubuh: Setelah tertelan, larva akan menetas di usus, menembus dinding usus, dan bermigrasi melalui aliran darah ke paru-paru. Larva kemudian naik ke tenggorokan, tertelan kembali, dan akhirnya matang menjadi cacing dewasa di usus halus.

Gejala Klinis (Ascariasis)

Gejala yang timbul sangat bervariasi, tergantung pada beban parasit dan fase infeksi:

  • Fase Migrasi Larva: Dapat menyebabkan gejala seperti batuk, mengi, demam, dan eosinofilia (peningkatan sel eosinofil dalam darah) akibat peradangan di paru-paru (sindrom Loeffler).
  • Fase Usus (Cacing Dewasa):
    • Infeksi ringan seringkali tidak bergejala.
    • Infeksi sedang-berat dapat menyebabkan nyeri perut, mual, muntah, diare, atau sembelit.
    • Infeksi masif dapat menyebabkan komplikasi serius seperti malnutrisi (karena cacing merebut nutrisi dari makanan), obstruksi usus, atau migrasi cacing ke organ lain seperti saluran empedu atau appendix yang memerlukan penanganan medis darurat.

Diagnosa Laboratorium

Diagnosa pasti Ascariasis ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis terhadap specimen feses untuk menemukan telur Ascaris.

  • Karakteristik Telur: Telur Ascaris memiliki ciri khas yang mudah dikenali:
    • Telur Tidak Dibuahi (Unfertilized): Berbentuk lebih memanjang dan oval, dengan dinding yang lebih tipis dan tidak teratur.
    • Telur Dibuatisasi (Fertilized): Berbentuk oval, berdinding tebal yang bergelombang (mammillated), dan berwarna kecoklatan. Inilah bentuk yang paling umum ditemukan.
  • Metode Pemeriksaan: Dapat menggunakan metode langsung (native) atau metode konsentrasi (seperti sedimentasi formalin-ether) untuk meningkatkan sensitivitas deteksi. Terkadang, cacing dewasa dapat ditemukan dalam feses atau bahkan dimuntahkan oleh penderita.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan adalah langkah terpenting dalam mengendalikan Ascariasis:

  1. Peningkatan Sanitasi: Membangun dan menggunakan jamban yang baik, tidak buang air besar sembarangan (BABS).
  2. Praktik Kebersihan Diri: Mencuci tangan dengan sabun secara teratur, terutama sebelum makan dan setelah dari toilet.
  3. Mencuci dan Mengolah Makanan: Mencuci sayuran dan buah-buahan dengan air bersih, terutama jika dikonsumsi mentah.
  4. Edukasi Kesehatan: Memberikan penyuluhan tentang cara penularan dan pencegahan.
  5. Pengobatan Massal: Di daerah endemik, sering dilakukan program pemberian obat cacing (seperti Albendazole atau Mebendazole) secara periodik kepada kelompok berisiko, terutama anak-anak.

Ascaris lumbricoides tetap menjadi masalah kesehatan global yang utama. 

Baca Juga: Tes Serologi untuk Parasit: Diagnosis Akurat dan Efektif

Infeksi yang seringkali tanpa gejala tidak boleh dianggap remeh karena berpotensi menyebabkan gangguan gizi dan komplikasi serius. 

Diagnosa yang tepat melalui pemeriksaan laboratorium dan upaya pencegahan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah kunci untuk memutus mata rantai penularan penyakit ascariasis.


Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui TelegramFacebookTwitter/XDukung pengembangan website kami melalui Donasi via DANA.



Fitri Aisyah
Fitri Aisyah Selamat datang di my blog! Blog ini membahas dunia laboratorium medik dengan cara yang mudah dipahami. Dari teknik pemeriksaan, interpretasi hasil laboratorium, hingga tips seputar kesehatan, semuanya dikemas simpel, jelas, dan berbasis bukti ilmiah. Yuk, eksplorasi ilmu laboratorium bersama! 🔬🚀

Post a Comment