Reagen dalam Diagnostik Laboratorium: Fungsi, Jenis, dan Standar Penggunaannya

Table of Contents

 

INFOLABMED.COM – Reagen adalah komponen vital dalam berbagai prosedur diagnostik di laboratorium. 

Zat kimia atau biologis ini dimanfaatkan untuk mengidentifikasi, mengukur, atau memicu reaksi spesifik dalam sampel biologis pasien seperti darah, urin, atau jaringan. 

Baca juga: Waspadai! Inilah Hal yang Harus Dihindari Setelah Operasi Batu Ginjal agar Tidak Kambuh

Tanpa reagen berkualitas tinggi, hasil pemeriksaan medis dapat menyesatkan, sehingga pemilihan dan penggunaannya harus mengikuti standar yang ketat.

Apa Itu Reagen?

Reagen merupakan zat atau campuran kimia yang digunakan untuk menjalankan reaksi analitik dalam berbagai jenis pengujian laboratorium. Dalam bidang diagnostik medis, reagen berperan dalam mendeteksi senyawa tertentu (contohnya glukosa, enzim, atau antigen) atau untuk mengukur konsentrasinya dalam sampel biologis.

Jenis-Jenis Reagen dalam Laboratorium Medis

  • Reagen Imunologi

    • Berbasis interaksi antibodi dan antigen, seperti pada metode ELISA atau rapid test.
    • Contoh: Reagen untuk pemeriksaan HIV, hepatitis, atau COVID-19.
  • Reagen Kimia Klinis
    • Digunakan untuk mengukur metabolit seperti glukosa, kolesterol, dan ureum.
    • Contoh: Reagen GOD-PAP pada pemeriksaan kadar gula darah.
  • Reagen Imunologi
    • Berbasis interaksi antibodi dan antigen, seperti pada metode ELISA atau rapid test.
    • Contoh: Reagen untuk pemeriksaan HIV, hepatitis, atau COVID-19.
  • Reagen Hematologi
    • Digunakan dalam analisis darah melalui alat hematology analyzer.
    • Contoh: Larutan lyse untuk analisis leukosit.
  • Reagen Mikrobiologi
    • Termasuk media kultur dan zat pewarna seperti Gram stain dan McConkey agar.
  • Reagen Koagulasi
    • Digunakan untuk mengukur waktu pembekuan darah.
    • Contoh: Reagen PT dan APTT.

    Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Memilih Reagen

    • Sensitivitas dan Spesifisitas: Harus mampu memberikan hasil yang akurat dengan tingkat kesalahan (false positive/negative) serendah mungkin.
    • Stabilitas: Harus memiliki masa simpan yang baik dan tidak mudah rusak.
    • Kesesuaian Alat: Reagen harus kompatibel dengan sistem instrumen yang digunakan.
    • Sertifikasi: Telah lolos standar internasional seperti FDA, CE, atau ISO.

    Tantangan Penggunaan Reagen

    • Perbedaan Batch: Setiap batch produksi bisa memiliki variasi yang berdampak pada hasil pengujian.
    • Persyaratan Penyimpanan: Beberapa reagen harus disimpan pada suhu tertentu (misalnya 2–8°C) atau dijauhkan dari cahaya.
    • Biaya: Reagen berkualitas tinggi memang mahal, namun sangat penting untuk memastikan hasil diagnosis yang akurat.

    Standar Penggunaan Reagen di Laboratorium

    • Kalibrasi Berkala – Memastikan semua sistem dan reagen bekerja secara optimal.
    • Kontrol Kualitas – Melibatkan penggunaan sampel kontrol positif dan negatif pada setiap sesi pengujian.
    • Validasi Metode – Mengevaluasi kinerja suatu reagen sebelum dipakai secara rutin dalam analisis laboratorium.

    Follow Media Sosial Infolabmed.com melalui chanel Telegram Link, Facebook Link, Twitter/X Link, dan Instagram Link. Berikan DONASI terbaikmu untuk perkembangan website infolabmed.com melalui Donasi via DANA Link.***

    Nadya Septriana
    Nadya Septriana Halo, saya Nadya Septriana seorang Ahli Tenaga Laboratorium Medik (ATLM) yang gemar menulis konten seputar laboratorium dan kesehatan. Lewat tulisan, saya ingin membantu pembaca lebih memahami topik medis dengan cara yang mudah dipahami. Hope u like it and find it helpful!

    Post a Comment