Mengenal Kelainan Feses: Tanda Masalah Kesehatan dan Cara Pemeriksaannya
INFOLABMED.COM – Feses atau tinja merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kondisi kesehatan seseorang.
Perubahan warna, konsistensi, bau, atau adanya zat abnormal dalam feses bisa menandakan adanya gangguan pada sistem pencernaan maupun kondisi medis serius lainnya.
Baca Juga: Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP): Penanda Penting untuk Gangguan Metabolisme Zat Besi dan Keracunan Timbal
Oleh karena itu, penting untuk mengenali berbagai kelainan feses dan cara pemeriksaannya agar diagnosis dini bisa dilakukan.
Kelainan Feses: Apa yang Perlu Diwaspadai?
Feses normal umumnya berwarna coklat karena adanya pigmen empedu (bilirubin). Namun, beberapa kelainan berikut dapat menjadi tanda peringatan:
Warna Feses Tidak Normal
- Hitam: Bisa menandakan perdarahan di saluran cerna bagian atas.
- Merah Terang: Mungkin berasal dari perdarahan di rektum atau anus, seperti wasir.
- Putih atau Pucat: Mengindikasikan gangguan saluran empedu atau hati.
- Hijau: Bisa terjadi karena makanan atau infeksi saluran cerna.
- Kuning Berlemak: Tanda malabsorpsi, seperti pada penyakit celiac atau gangguan pankreas.
Perubahan Konsistensi dan Bentuk
- Feses cair terus-menerus bisa menunjukkan infeksi usus.
- Feses keras dan sulit dikeluarkan menandakan sembelit kronis.
- Feses seperti pita atau tipis bisa mengindikasikan adanya massa atau penyempitan pada usus besar.
Bau yang Tidak Biasa: Bau busuk yang sangat menyengat bisa menjadi petunjuk adanya infeksi, perdarahan, atau malabsorpsi.
Kandungan Abnormal
- Lendir berlebihan: Peradangan usus.
- Darah atau nanah: Infeksi parah atau luka di saluran cerna.
- Parasit atau telur cacing: Infestasi parasit.
Cara Pemeriksaan Feses di Laboratorium
Pemeriksaan feses adalah metode non-invasif yang sangat bermanfaat untuk diagnosis berbagai penyakit. Pemeriksaan ini meliputi:
Makroskopik: Menilai warna, bau, konsistensi, jumlah, dan adanya zat asing (makanan tidak tercerna, darah, lendir, dll).
Mikroskopik: Digunakan untuk mengidentifikasi leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, atau jamur dalam feses.
Kimiawi
- Tes darah samar (feses okult): Mendeteksi perdarahan tersembunyi.
- Uji pH feses: Menilai tingkat keasaman yang bisa berubah akibat fermentasi bakteri.
- Uji lemak: Mengetahui malabsorpsi lemak.
Kultur Feses: Untuk mendeteksi infeksi bakteri seperti Salmonella, Shigella, E. coli, atau Campylobacter.
Tes Antigen dan PCR: Deteksi spesifik terhadap virus atau bakteri penyebab diare menggunakan teknik molekuler yang lebih sensitif.
Kapan Harus Melakukan Pemeriksaan Feses?
Segera periksakan feses ke laboratorium jika mengalami:
- Perubahan drastis pada feses yang berlangsung >3 hari.
- Diare atau konstipasi kronis.
- Tinja berdarah atau berlendir.
- Penurunan berat badan tanpa sebab.
- Nyeri perut disertai perubahan pola buang air besar.
Post a Comment