Polydipsia dan Polyuria: Mengenal Diabetes Insipidus dan Penyebab Lainnya

Table of Contents

Polydipsia dan Polyuria Mengenal Diabetes Insipidus dan Penyebab Lainnya

INFOLABMED.COM – Polydipsia (rasa haus berlebihan) dan polyuria (buang air kecil berlebihan) sering menjadi gejala yang saling terkait. 

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari diabetes melitus hingga diabetes insipidus (DI)

Penting untuk membedakannya dari keluhan buang air kecil sering akibat gangguan prostat atau infeksi saluran kemih, yang biasanya tidak disertai rasa haus berlebihan.

Baca juga : DIABETES MELITUS : Pemeriksaan Glukosa Darah dan HbA1c, Apa Bedanya? - Sobita Tyas Widyarini 3242103 STIKes Nasional Surakarta

Penyebab Polydipsia dan Polyuria

1. Diabetes Melitus (DM)

  • Kadar gula darah tinggi menyebabkan glukosuria (gula dalam urine), yang menarik air sehingga volume urine meningkat.

2. Diabetes Insipidus (DI)

  • DI Sentral (Kranial):

    • Gangguan produksi hormon ADH (vasopresin) di hipotalamus/hipofisis.
    • Penyebab: tumor, cedera kepala, atau kondisi genetik.
  • DI Nefrogenik:

    • Ginjal tidak merespons ADH dengan baik.
    • Penyebab: penyakit ginjal kronis, obat-obatan (lithium), atau gangguan elektrolit (hiperkalsemia, hipokalemia).

3. Penyebab Lain

  • Hiperkalsemia (kadar kalsium tinggi)
  • Hipokalemia (kadar kalium rendah)
  • Gagal ginjal kronis
  • Polidipsia primer (psikogenik) – kebiasaan minum berlebihan karena gangguan psikologis.

Pemeriksaan Awal (First-Line Tests)

  1. Pemeriksaan Darah:

    • Glukosa (untuk menyingkirkan DM)
    • Elektrolit (Na⁺, K⁺, Ca²⁺)
    • Fungsi ginjal (kreatinin)
  2. Volume Urine 24 Jam:

    • >3L/hari mengindikasikan kondisi patologis.
    • <2L/hari biasanya tidak memerlukan pemeriksaan lanjut.

Pemeriksaan Lanjutan (Second-Line Tests)

Jika penyebab tidak ditemukan, dilakukan:

  1. Tes Deprivasi Air (Water Deprivation Test):

    • Pasien diminta tidak minum selama beberapa jam.
    • Dievaluasi perubahan osmolalitas urine dan darah.
  2. Osmolalitas Urine Pagi:

    • >600 mOsmol/L membuat DI tidak mungkin.
  3. Kadar ADH (Vasopresin):

    • Membantu membedakan DI sentral (ADH rendah) dan DI nefrogenik (ADH normal/tetap tinggi).
  4. MRI Hipofisis:

    • Menilai kerusakan pada kelenjar hipofisis/hipotalamus.

Interpretasi Hasil Tes

  • DI Sentral:

    • Urine tidak pekat meski dehidrasi.
    • Respons baik terhadap desmopressin (analog ADH).
  • DI Nefrogenik:

    • Tidak ada perbaikan meski diberi desmopressin.
  • Polidipsia Psikogenik:

    • Pasien tetap minum berlebihan meski urine sudah pekat.

Baca juga : Apa Itu Diabetes?

Penanganan

  • DI Sentral: Terapi pengganti desmopressin.
  • DI Nefrogenik: Diet rendah garam, diuretik tiazid.
  • Polidipsia Psikogenik: Konseling psikologis.

Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***

Rachma Amalia Maharani
Rachma Amalia Maharani Halo saya lulusan Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki ketertarikan besar pada dunia kesehatan dan laboratorium klinik. Berpengalaman dalam praktik laboratorium selama masa studi dan magang, terbiasa bekerja secara teliti, disiplin, dan bertanggung jawab. Saya juga aktif mengembangkan diri melalui pembelajaran mandiri. I am looking for opportunities to contribute further to the health industry to be able to apply the knowledge and interests that I have. Let's connect on Linkedin in my Portfolio https://rachma-mlt.framer.website/

Post a Comment