Keracunan Ethylene Glycol, Ethanol, dan Methanol: Diagnosis dan Penanganan yang Tepat

Table of Contents
Keracunan Ethylene Glycol, Ethanol, dan Methanol: Diagnosis dan Penanganan yang Tepat


INFOLABMED.COM - Keracunan akibat ethylene glycol, ethanol, dan methanol dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan tepat. 

Diagnosis dini melalui pemeriksaan anion gap, osmolal gap, dan analisis darah sangat penting untuk menentukan langkah pengobatan yang efektif.

Baca juga : Deteksi Keracunan Sianida: Metode Pemeriksaan Laboratorium

Anion Gap dan Osmolal Gap dalam Diagnosis Keracunan

Anion gap normal adalah 12 ± 2. Peningkatan anion gap dapat mengindikasikan keracunan zat-zat berikut:

  • Ethanol
  • Methanol (anion gap meningkat karena metabolit, bisa muncul beberapa jam setelah konsumsi)
  • Ethylene glycol (anion gap meningkat setelah 6–24 jam)
  • Metformin
  • Sianida
  • Isoniazid
  • Salisilat (aspirin)

Osmolal gap adalah selisih antara osmolalitas terukur (Om) dan osmolalitas terhitung (Oc). Penyebab toksik peningkatan osmolal gap meliputi:

  • Methanol
  • Ethylene glycol
  • Diethylene glycol
  • Isopropanol
  • Ethanol

Rumus Perhitungan:

  • Anion gap = (Na⁺ + K⁺) – (Cl⁻ + HCO₃⁻)
  • Osmolal gap = Om – Oc, di mana Oc = 2(Na⁺ + K⁺) + urea + glukosa
  • Osmolal gap normal <10.

Pemeriksaan Konsentrasi Ethylene Glycol dan Methanol

Karena tes khusus untuk ethylene glycol dan methanol tidak selalu tersedia, diagnosis sering mengandalkan:

  • Anion gap dan osmolal gap
  • Analisis gas darah (ABG)

Jika kedua gap normal dan pasien tidak bergejala, kemungkinan keracunan berat rendah. Namun, osmolal gap normal tidak menyingkirkan keracunan ethylene glycol atau methanol.

Konsentrasi darah >500 mg/L menjadi indikasi hemodialisis. Pada methanol, kadar formate (metabolit methanol) juga dapat diukur.

Pemeriksaan Tambahan

  • Mikroskopi urine untuk melihat kristal oksalat (hanya terdeteksi pada 50% kasus keracunan ethylene glycol).
  • Konsentrasi ethanol darah diperlukan jika:
    • Ada keraguan diagnosis (misalnya pasien dengan osmolal gap tinggi).
    • Pasien memerlukan antidot ethanol untuk keracunan ethylene glycol atau methanol.

Terapi Antidot dan Hemodialisis

1. Antidot Ethanol

  • Dosis disesuaikan untuk mencapai kadar ethanol darah 1–1,5 g/L.
  • Indikasi pemberian:
    • Kadar methanol/ethylene glycol >200 mg/L.
    • Asidosis metabolik (pH <7,3).
    • Osmolal gap >10 mOsmol/kg air.
    • Gejala berat.

2. Hemodialisis

  • Diperlukan jika:
    • Kadar methanol/ethylene glycol >500 mg/L.
    • Asidosis berat (pH <7,3) yang tidak membaik dengan terapi.
    • Gagal ginjal.
    • Gangguan penglihatan (pada keracunan methanol).
  • Hemodialisis dilanjutkan hingga kadar zat toksik <200 mg/L.

Baca juga : Bahaya Carboxyhemoglobin: Dampak Keracunan Karbon Monoksida (CO) pada Tubuh

Kesimpulan

Keracunan ethylene glycol, ethanol, dan methanol memerlukan diagnosis cepat melalui pemeriksaan laboratorium dan penanganan segera, termasuk antidot ethanol atau hemodialisis. Pemantauan anion gap, osmolal gap, dan analisis darah sangat penting untuk menentukan langkah terapi yang tepat.

Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***

Rachma Amalia Maharani
Rachma Amalia Maharani Halo saya lulusan Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki ketertarikan besar pada dunia kesehatan dan laboratorium klinik. Berpengalaman dalam praktik laboratorium selama masa studi dan magang, terbiasa bekerja secara teliti, disiplin, dan bertanggung jawab. Saya juga aktif mengembangkan diri melalui pembelajaran mandiri. I am looking for opportunities to contribute further to the health industry to be able to apply the knowledge and interests that I have. Let's connect on Linkedin in my Portfolio https://rachma-mlt.framer.website/

Post a Comment