Bahaya Cocaine: Dampak pada Tekanan Darah, Jantung, dan Tes Diagnostik
INFOLABMED.COM - Cocaine adalah zat adiktif yang sering disalahgunakan dengan cara dihirup melalui hidung atau disuntikkan secara intravena (IV).
Penggunaannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk peningkatan tekanan darah, gangguan jantung, hingga risiko kematian. Berikut adalah informasi penting seputar efek cocaine dan pemeriksaan medis yang diperlukan.
Baca juga : Toksikologi Klinik Narkotika: Garda Terdepan dalam Deteksi dan Penanganan Penyalahgunaan Narkoba
Pemantauan Tekanan Darah
Pasien yang mengalami keracunan cocaine memerlukan pengukuran tekanan darah (BP) secara berkala karena hipertensi adalah risiko utama. Tekanan darah tinggi akibat cocaine dapat menyebabkan stroke dan nyeri dada. Pemantauan berkelanjutan dengan alat khusus sangat disarankan untuk menghindari komplikasi.
EKG dan Penanda Jantung
Cocaine dapat memicu angina (nyeri dada) dan serangan jantung (MI). Oleh karena itu, pemantauan EKG dianjurkan untuk semua kasus keracunan cocaine, kecuali pada paparan yang sangat ringan.
Masalah utama pada jantung akibat cocaine adalah vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), sedangkan pembentukan trombus lebih jarang terjadi. Troponin jantung adalah penanda paling sensitif untuk mendeteksi kerusakan otot jantung akibat cocaine. Jika pasien mengalami nyeri dada atau kelainan EKG, tes troponin harus dilakukan. Jika hasilnya tinggi, biasanya diperlukan angiografi koroner.
Namun, EKG memiliki keterbatasan dalam diagnosis:
- 84% pasien dengan nyeri dada terkait cocaine memiliki EKG abnormal, meski tidak terjadi serangan jantung.
- 42% pasien dengan elevasi ST (seperti serangan jantung) ternyata tidak mengalami MI setelah diperiksa dengan penanda jantung.
- 75% pasien memiliki peningkatan kadar CK total, termasuk 65% yang tidak mengalami serangan jantung.
Tes Urine atau Darah
Penggunaan cocaine dapat dideteksi melalui laporan pasien atau tes urine untuk metabolit cocaine (benzoylecgonine), seperti tes EMIT. Hasil tes ini tetap positif selama 24–48 jam setelah penggunaan cocaine.
Untuk kasus yang lebih serius (misalnya pada "body packer" atau penyelundup cocaine), tes urine positif bisa mengindikasikan kebocoran cocaine dari bungkusan yang ditelan.
GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) adalah metode yang lebih spesifik dan dapat dilakukan pada sampel darah atau urine. Namun, cocaine tidak stabil dalam darah, sehingga sampel harus disimpan dalam tabung berisi fluoride oksalat 1% jika ada kemungkinan dampak medikolegal.
Kadar Cocaine dalam Darah
- Menghirup 106 mg cocaine menghasilkan kadar puncak 0,22 mg/L dalam 0,5 jam.
- Menghisap 50 mg cocaine menghasilkan kadar puncak 0,2 mg/L dalam 0,08 jam.
- Konsentrasi cocaine/benzoylecgonine di atas 5 mg/L dalam darah sering dikaitkan dengan kematian, terutama jika digunakan secara intravena.
Baca juga : Apa Itu Obat Xanax Yang Dimiliki Vanessa Angel
Kesimpulan
Cocaine adalah zat berbahaya yang dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan bahkan kematian. Pemantauan medis seperti EKG, tes troponin, dan analisis urine/darah sangat penting untuk menangani keracunan cocaine.
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment