Immunology and Its Diagnostic Applications: Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh & Teknologi Diagnostik Modern

Table of Contents

Immunology and Its Diagnostic Applications: Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh & Teknologi Diagnostik Modern

INFOLABMED.COM - Immunology and Its Diagnostic Applications Sistem kekebalan tubuh merupakan pertahanan alami manusia terhadap berbagai ancaman seperti virus, bakteri, racun, dan parasit. 

Kemampuan tubuh dalam membedakan antara zat asing (non-self) dan zat alami tubuh (self) menjadi dasar dari imunologi—ilmu yang mempelajari respons kekebalan dan reaksi imunologis.

Baca juga : Mekanisme Respon Imun

Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imun terdiri dari berbagai komponen, termasuk:

  • Sel darah putih (leukosit) seperti fagosit dan limfosit.
  • Organ limfoid: sumsum tulang, kelenjar getah bening, tonsil, timus, dan limpa.

Jenis-Jenis Kekebalan

  1. Kekebalan Pasif

    • Antibodi diperoleh dari luar tubuh, misalnya melalui ASI atau suntikan imunoglobulin (contoh: antibodi rabies atau tetanus).
    • Bersifat sementara karena tubuh tidak memproduksinya sendiri.
  2. Kekebalan Aktif

    • Tubuh menghasilkan antibodi setelah terpapar antigen.
    • Terbagi menjadi:
      • Innate Immunity: Pertahanan bawaan sejak lahir.
      • Adaptive Immunity: Kekebalan yang berkembang melalui respons seluler (cell-mediated immunity) dan humoral (antibodi).

Antigen vs. Antibodi

  • Antigen: Molekul asing (seperti protein virus) yang memicu respons imun.
  • Antibodi (Imunoglobulin): Protein yang diproduksi tubuh untuk menetralisir antigen.
    • IgM: Muncul pertama kali saat infeksi, berguna untuk diagnosis dini.
    • IgG: Antibodi paling banyak (80% dalam darah), bisa menembus plasenta.

Reaksi Antigen-Antibodi dalam Diagnostik

Interaksi ini menjadi dasar berbagai tes laboratorium:

  1. Tes Serologi

    • Mengukur kadar antibodi dalam serum.
    • Parameter penting:
      • Spesifisitas: Kemampuan tes mendeteksi reaksi spesifik.
      • Sensitivitas: Kemampuan mendeteksi antigen/antibodi dalam jumlah kecil.
  2. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

    • Menggunakan enzim untuk mendeteksi antigen/antibodi.
    • Hasil ditunjukkan oleh perubahan warna.
    • Contoh aplikasi: Tes HIV, hepatitis, dan hormon.
  3. Immunofluorescence

    • Memanfaatkan pewarna fluoresen untuk identifikasi antigen/antibodi.
    • Dibedakan menjadi:
      • Direct: Mendeteksi antigen menggunakan antibodi berlabel fluoresen.
      • Indirect: Mendeteksi antibodi dalam serum pasien.
  4. Reaksi Presipitasi & Aglutinasi

    • Presipitasi: Terbentuknya endapan saat antigen larut bereaksi dengan antibodi (contoh: tes VDRL untuk sifilis).
    • Aglutinasi: Penggumpalan partikel antigen (contoh: tes golongan darah).

Fenomena Prozone

  • Hasil tes bisa false negatif jika antibodi berlebihan (prozone effect).
  • Solusi: Pengenceran sampel untuk mencapai zone of equivalence.

Baca juga : Mengenal Reaksi Imunologi Terhadap Virus: Pertahanan Tubuh Melawan Infeksi

Aplikasi Klinis Imunologi Diagnostik

Teknologi ini digunakan untuk:

  • Mendiagnosis infeksi (HIV, hepatitis, COVID-19).
  • Deteksi penyakit autoimun (lupus, rheumatoid arthritis).
  • Skrining alergi dan intoleransi makanan.

Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***

Rachma Amalia Maharani
Rachma Amalia Maharani Halo saya lulusan Teknologi Laboratorium Medik yang memiliki ketertarikan besar pada dunia kesehatan dan laboratorium klinik. Berpengalaman dalam praktik laboratorium selama masa studi dan magang, terbiasa bekerja secara teliti, disiplin, dan bertanggung jawab. Saya juga aktif mengembangkan diri melalui pembelajaran mandiri. I am looking for opportunities to contribute further to the health industry to be able to apply the knowledge and interests that I have. Let's connect on Linkedin Rachma Amalia Maharani

Post a Comment