Waspadai HIV Sejak Dini: Pentingnya Tes Antibodi HIV (ELISA dan Western Blot) untuk Deteksi Dini AIDS

Table of Contents

 

Waspadai HIV Sejak Dini Pentingnya Tes Antibodi HIV (ELISA dan Western Blot) untuk Deteksi Dini AIDS

INFOLABMED.COM – Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sel T-helper dalam sistem imun tubuh. 

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan gangguan kekebalan tubuh yang berat dan meningkatkan risiko infeksi oportunistik seperti Pneumocystis carinii dan Candida albicans

Baca juga : Pemeriksaan Anti HIV | Seri Edukasi Teknologi Laboratorium Medik

Oleh karena itu, tes antibodi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi salah satu langkah penting dalam mendeteksi paparan virus sejak dini.

Apa Itu Tes Antibodi HIV?

Tes antibodi HIV adalah prosedur laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV dalam darah seseorang. 

Dua jenis tes utama yang biasa digunakan adalah ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) dan Western Blot.

  • ELISA adalah tes penyaring awal yang mendeteksi antibodi HIV. Namun, hasil positif pada ELISA belum dapat dijadikan diagnosis pasti karena adanya kemungkinan hasil false-positive atau false-negative.
  • Jika hasil ELISA positif, tes ini akan diulang. Bila hasil tetap positif, maka akan dilakukan Western Blot, yang merupakan tes konfirmasi. Western Blot memisahkan protein HIV menggunakan teknik elektroforesis dan memastikan keberadaan antibodi terhadap HIV dalam tubuh.

Arti Hasil Tes

  • Negatif: Tidak ditemukan antibodi terhadap HIV dalam sampel darah.
  • Positif: Terdapat antibodi HIV, yang berarti individu tersebut telah terpapar virus dan membawa HIV dalam tubuhnya. Ini belum tentu menunjukkan bahwa individu tersebut telah mengalami gejala klinis AIDS.

Perlu diperhatikan bahwa antibodi terhadap HIV bisa saja belum terbentuk sampai 3 hingga 6 bulan setelah terinfeksi, yang dikenal dengan window period

Pada fase ini, meskipun belum terdeteksi secara serologis, seseorang tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain.

Siapa Saja yang Dianjurkan untuk Melakukan Tes HIV?

Berdasarkan rekomendasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC):

  • Semua individu berusia 13 hingga 64 tahun sebaiknya menjalani skrining HIV secara rutin.
  • Pasien yang memulai pengobatan untuk TBC atau mencari pengobatan untuk infeksi menular seksual (IMS) disarankan melakukan tes HIV.
  • Skrining dilakukan secara sukarela dengan persetujuan dan pemahaman dari pasien.

Prosedur Tes HIV

Pra-tes:

  • Tidak diperlukan puasa.
  • Jelaskan tujuan tes kepada pasien.
  • Diperlukan persetujuan tertulis.

Prosedur:

  • Ambil sampel darah sebanyak 7 mL menggunakan tabung koleksi bertutup merah.
  • Gunakan sarung tangan selama prosedur.

Pasca-tes:

  • Tekan dan tutup area pengambilan darah.
  • Labeli spesimen dengan menjaga kerahasiaan pasien.
  • Laporkan hasil abnormal kepada tenaga medis yang merawat.

Dukungan dan Edukasi Pasien

Karena tes HIV sering menimbulkan tekanan emosional, penting bagi tenaga kesehatan untuk memberikan dukungan psikologis dan edukasi yang memadai

Baca juga : PEMERIKSAAN HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Bila seseorang dinyatakan positif, sangat dianjurkan untuk memberitahu pasangan atau orang yang pernah memiliki hubungan seksual dengannya, dan menyarankan mereka untuk melakukan tes juga.

Tes antibodi HIV seperti ELISA dan Western Blot sangat krusial dalam upaya deteksi dini HIV/AIDS. 

Dengan skrining yang tepat dan edukasi yang baik, individu berisiko tinggi dapat mendapatkan diagnosis dan intervensi sejak awal, sehingga kualitas hidupnya tetap terjaga dan risiko penularan dapat diminimalkan.***

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment