Mengenal Liver Scan dan Spleen Scan: Prosedur, Manfaat, dan Hal yang Perlu Diketahui
INFOLABMED.COM - Liver scan dan spleen scan merupakan prosedur pencitraan medis yang bertujuan untuk mengevaluasi kondisi hati dan limpa.
Tes ini menggunakan senyawa radioaktif (biasanya technetium-99m) yang disuntikkan melalui pembuluh darah vena.
Selanjutnya, kamera khusus bernama kamera skintilasi akan mendeteksi aktivitas radioaktif tersebut, lalu menghasilkan gambar dua dimensi dari organ-organ yang diperiksa.
Tujuan dan Manfaat Liver/Spleen Scan
Liver dan spleen scan banyak digunakan untuk membantu diagnosis berbagai kondisi medis serius, antara lain:
- Abses hati/limpa
- Hematoma
- Tumor (primer atau metastasis)
- Proses infiltratif
- Penyakit kuning (ikterus)
- Sirosis
- Hepatitis
- Kista hati
- Infeksi atau cedera
- Hipertensi portal
- Amyloidosis
- Sarcoidosis
- Budd-Chiari syndrome
- Granuloma
Hasil Normal dan Abnormal
Hasil normal menunjukkan ukuran, bentuk, dan posisi hati serta limpa yang wajar.
Hasil abnormal dapat mengindikasikan berbagai kelainan seperti infeksi, cedera, tumor, atau kondisi inflamasi.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan
- Gerakan pasien saat pemeriksaan dapat mengganggu kualitas gambar.
- Adanya barium dari pemeriksaan sebelumnya dapat menyebabkan interferensi.
Persiapan Sebelum Pemeriksaan
- Tidak diperlukan puasa.
- Pasien akan diminta menandatangani formulir persetujuan.
- Edukasi tentang prosedur diberikan, termasuk bahwa ketidaknyamanan hanya berasal dari posisi berbaring yang lama dan suntikan.
- Penting bagi pasien untuk tetap diam selama proses pemindaian.
Prosedur Pemeriksaan
- Radiopharmaceutical disuntikkan secara intravena.
- Pasien berbaring telentang di atas meja pemeriksaan.
- Kamera skintilasi diletakkan di atas kuadran kanan atas perut.
- Gambar diambil 30 menit setelah injeksi, termasuk posisi lateral dan tengkurap.
- Tenaga medis akan memakai sarung tangan selama prosedur.
Perawatan Setelah Pemeriksaan
- Periksa area suntikan untuk memastikan tidak ada kemerahan atau bengkak.
- Wanita menyusui disarankan untuk tidak menyusui selama 3 hari setelah pemeriksaan.
- Pasien didorong untuk minum banyak cairan agar radionuklida cepat keluar dari tubuh.
- Hindari penggunaan urin pasien untuk tes laboratorium selama waktu yang ditentukan oleh departemen kedokteran nuklir.
Peringatan Klinis
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum tes pencitraan lain yang menggunakan barium.
- Kontraindikasi meliputi:
- Kehamilan
- Wanita menyusui
- Pasien yang tidak kooperatif karena usia, status mental, atau rasa sakit
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment