Memahami Hasil Elektroforesis Hemoglobin pada Thalasemia: Pentingnya Diagnosis Dini

Table of Contents

INFOLABMED.COM - Elektroforesis hemoglobin (Hb) merupakan metode diagnostik penting yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai jenis hemoglobin dalam darah, terutama dalam mendeteksi kelainan seperti thalasemia. 

Tes ini memisahkan hemoglobin berdasarkan muatan listriknya, memungkinkan identifikasi hemoglobin normal dan varian.

Pentingnya Elektroforesis Hemoglobin dalam Diagnosis Thalasemia

Thalasemia adalah kelainan darah herediter yang menyebabkan produksi hemoglobin abnormal, mengakibatkan anemia dan komplikasi lainnya. 

Elektroforesis Hb digunakan untuk mendiagnosis jenis thalasemia dengan mengidentifikasi fraksi hemoglobin yang tidak normal. 

Interpretasi Hasil Elektroforesis Hemoglobin pada Thalasemia

Pada individu sehat, distribusi fraksi hemoglobin biasanya adalah:

HbA (Hemoglobin A): 95-98%

HbA2 (Hemoglobin A2): 1,5-3,5%

HbF (Hemoglobin F): <2% (tergantung usia)

Pada penderita thalasemia, distribusi ini berubah. 

Misalnya, pada thalasemia minor, rerata kadar HbA adalah 93,8%, HbA2 3,37%, dan HbF 0,55%. Sedangkan pada thalasemia minor dengan HbE, rerata kadar HbA menurun menjadi 15,0%, HbA2 4,8%, dan HbF meningkat signifikan hingga 22,5%. 

Proses Pemeriksaan Elektroforesis Hemoglobin

Proses pemeriksaan melibatkan pengambilan sampel darah, yang kemudian dikenakan medan listrik untuk memisahkan berbagai jenis hemoglobin. 

Hasilnya dianalisis untuk menentukan persentase masing-masing fraksi hemoglobin, membantu dalam diagnosis dan penentuan jenis thalasemia. 

Elektroforesis hemoglobin adalah alat diagnostik esensial dalam mendeteksi dan mengelola thalasemia. 

Pemahaman tentang interpretasi hasilnya memungkinkan tenaga medis memberikan perawatan yang tepat dan edukasi kepada pasien mengenai kondisi mereka.