HIV pada Ibu Hamil: Risiko, Pencegahan, dan Cara Mencegah Penularan ke Bayi
Table of Contents
INFOLABMED.COM- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, dengan potensi konsekuensi yang menghancurkan bagi ibu dan bayi yang belum lahir.
Transmisi HIV dari ibu ke anak (Mother-to-Child Transmission/MTCT) merupakan jalur utama penularan HIV pada bayi.
Namun, dengan kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan, risiko penularan dapat dikurangi secara signifikan.
Artikel ini akan membahas risiko HIV pada ibu hamil, strategi pencegahan, dan cara-cara untuk mencegah penularan ke bayi.
Risiko HIV pada Ibu Hamil
Risiko bagi Ibu:
Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko infeksi oportunistik, dan komplikasi kesehatan lainnya.
Kehamilan dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit HIV.
Risiko bagi Bayi:
- Tanpa intervensi, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar antara 15-45%.
- Penularan dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
- Bayi yang terinfeksi HIV berisiko tinggi mengalami komplikasi kesehatan yang serius dan kematian dini.
- Pencegahan HIV pada Ibu Hamil
Pencegahan Primer:
- Edukasi tentang perilaku seksual yang aman, penggunaan kondom, dan pencegahan penularan HIV.
- Konseling dan tes HIV sukarela untuk semua wanita usia reproduktif, terutama ibu hamil.
- Pencegahan penularan HIV melalui penggunaan narkoba suntik.
Pencegahan Sekunder:
- Terapi antiretroviral (ART) untuk ibu hamil HIV-positif untuk menekan viral load dan mengurangi risiko penularan ke bayi.
- Profilaksis pascapajanan (PEP) untuk wanita hamil yang terpajan HIV.
- Penggunaan kondom yang konsisten dan benar untuk mencegah penularan HIV ke pasangan.
- Cara Mencegah Penularan HIV ke Bayi
Terapi Antiretroviral (ART):
- ART adalah intervensi paling efektif untuk mencegah MTCT.
- Ibu hamil HIV-positif harus memulai ART sesegera mungkin, idealnya sebelum konsepsi atau pada trimester pertama.
- ART harus dilanjutkan selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Persalinan yang Aman:
- Persalinan pervaginam mungkin aman jika viral load ibu tidak terdeteksi.
- Persalinan sesar elektif direkomendasikan jika viral load ibu tinggi atau tidak diketahui.
- Hindari prosedur invasif selama persalinan yang dapat meningkatkan risiko penularan.
Pemberian Makanan Bayi:
Pemberian susu formula eksklusif direkomendasikan untuk bayi yang lahir dari ibu HIV-positif.
Jika pemberian ASI tidak dapat dihindari, ART untuk ibu dan bayi sangat penting untuk mengurangi risiko penularan.
Profilaksis Pascapajanan (PEP) untuk Bayi:
- Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif harus menerima PEP segera setelah lahir.
- PEP biasanya diberikan selama 4-6 minggu.
- Tes HIV harus dilakukan pada bayi pada usia 6 minggu, 3 bulan, dan 18 bulan.
Inovasi dalam Pencegahan MTCT
Pengobatan ART yang Lebih Sederhana: Pengembangan obat ART dengan dosis yang lebih rendah, efek samping yang lebih sedikit, dan rejimen yang lebih sederhana meningkatkan kepatuhan pengobatan.
PrEP (Pre-exposure Prophylaxis): PrEP dapat diberikan kepada wanita HIV-negatif yang berisiko tinggi
terinfeksi HIV untuk mencegah penularan.
TasP (Treatment as Prevention): TasP adalah strategi pencegahan HIV dengan memberikan ART kepada ODHA untuk menekan viral load hingga tidak terdeteksi, sehingga mencegah penularan ke pasangan dan bayi.
Vaksin HIV: Penelitian vaksin HIV terus dilakukan untuk menemukan vaksin yang efektif dan aman untuk mencegah infeksi HIV pada wanita usia reproduktif.
Kesimpulan
Pencegahan MTCT merupakan komponen penting dari upaya global untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS. Dengan diagnosis dini, pengobatan ART yang efektif, persalinan yang aman, dan pemberian makanan bayi yang tepat, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi secara signifikan.
Post a Comment