Evaluasi Peran Laboratorium dalam Skrining Neonatal HIV

Table of Contents

INFOLABMED.COM- Skrining HIV pada bayi baru lahir (neonatus) merupakan langkah penting dalam mencegah transmisi vertikal dari ibu ke anak. 

Laboratorium memiliki peran utama dalam mendeteksi infeksi HIV pada neonatus dengan metode yang lebih sensitif dibandingkan pengujian serologi konvensional. 

Artikel ini mengevaluasi efektivitas laboratorium dalam skrining neonatal HIV, metode yang digunakan, tantangan yang dihadapi, dan rekomendasi untuk meningkatkan akurasi diagnosis dini.


HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. 

Skrining neonatal sangat penting untuk deteksi dini dan pemberian terapi antiretroviral (ART) segera. Namun, antibodi maternal yang masih terdapat dalam darah bayi dapat menyebabkan hasil positif palsu jika hanya menggunakan tes serologi. 

Oleh karena itu, laboratorium menggunakan metode berbasis deteksi asam nukleat untuk meningkatkan akurasi diagnosis.


Metodologi Skrining


Tes Serologi (ELISA, Rapid Test): Tidak direkomendasikan untuk neonatus karena keberadaan antibodi maternal.


Polymerase Chain Reaction (PCR): Metode utama untuk mendeteksi HIV DNA atau RNA dalam darah bayi.


p24 Antigen Test: Alternatif dalam mendeteksi antigen HIV, tetapi kurang sensitif dibandingkan PCR.


Waktu Pengujian: Tes pertama dilakukan dalam 48 jam setelah lahir, diulang pada usia 4-6 minggu, dan dikonfirmasi pada usia 6 bulan.


Hasil dan Pembahasan


1. Akurasi dan Sensitivitas Metode Skrining


PCR memiliki sensitivitas tinggi (>95%) dalam mendeteksi HIV DNA pada neonatus.


Tes serologi hanya berguna setelah bayi berusia lebih dari 18 bulan ketika antibodi maternal telah hilang.


2. Tantangan dalam Skrining Neonatal HIV


Keterbatasan Infrastruktur Laboratorium: Tidak semua laboratorium memiliki fasilitas PCR.


Waktu Penyampaian Hasil: Keterlambatan dalam pengolahan sampel dapat menunda pengobatan dini.


Akses dan Kepatuhan Ibu: Tidak semua ibu membawa bayi mereka untuk pemeriksaan ulang.


Biaya Pemeriksaan: Tes PCR lebih mahal dibandingkan rapid test serologi.


3. Implikasi Klinis dan Rekomendasi


Peningkatan Kapasitas Laboratorium: Memperluas fasilitas PCR di daerah dengan angka HIV tinggi.


Integrasi Skrining Neonatal dengan Program Pencegahan: Menyediakan layanan diagnosis dini di pusat perawatan ibu dan anak.


Pelatihan Tenaga Medis: Memastikan tenaga laboratorium dan klinis memahami prosedur skrining dan interpretasi hasil.


Pemberian ART Dini: Jika bayi terdiagnosis positif, terapi segera dapat meningkatkan harapan hidup dan mengurangi perkembangan AIDS.


Kesimpulan


Laboratorium memiliki peran krusial dalam skrining neonatal HIV, terutama melalui metode berbasis PCR yang dapat mendeteksi infeksi sejak dini. 

Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur dan biaya harus diatasi dengan kebijakan yang mendukung peningkatan akses dan efektivitas program skrining neonatal. 

Dengan deteksi dini dan intervensi cepat, kemungkinan penularan HIV dari ibu ke anak dapat diminimalkan.



Fitri Aisyah
Fitri Aisyah Halo, selamat datang di blogku yaa.. Di sini, kita bakal ngobrolin tentang penyakit menular dengan cara yang mudah dimengerti, tapi tetap informatif. Blog ini khusus buat kamu yang ingin tahu lebih banyak soal kesehatan, terutama tentang bagaimana penyakit menular bekerja dan cara mencegahnya. Sebagai seseorang yang berlatar belakang di Teknik Laboratorium Medik, aku ingin berbagi pengetahuan bermanfaat, terutama buat kalian yang berusia 17-30 tahun. Aku akan bahas segala hal, dari penyebab, gejala, sampai pemeriksaan lab untuk mendeteksi penyakit menular lebih dini. Yuk, sama-sama belajar lebih banyak dan jaga kesehatan bareng-bareng!

Post a Comment