Apa itu Demensia ? Apakah berbahaya ?

Table of Contents
Apa itu Demensia  Apakah berbahaya
Ilustrasi. (Foto : LightFieldStudios by Canva)


Definisi

Demensia merupakan sindrom terjadinya penurunan memori, berpikir, perilaku,dan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari pada seseorang. Demensia merupakan kumpulan gejala yang berlangsung secara progresif yang ditandai dengan perubahan perilaku, penurunan memori, orientasi, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengambil keputusan sehingga mengakibatkan kegiatan sehari-harinya terganggu (WHO, 2016).

Data Statistik Demensia

Menurut WHO (2018) di dunia sekitar 50 juta orang menderita demensia. Setiap tahun, ada hampir 10 juta kasus baru. Jumlah total penderita demensia di dunia diproyeksikan mencapai 82 juta pada tahun 2030 dan 152 juta pada tahun 2050. Perkiraan prevalensi demensia pada populasi berusia lebih dari 60 tahun pada waktu tertentu adalah 5-8 %. Di Indonesia estimasi lansia yang menderita penyakit demensia pada tahun 2013 mencapai 1 juta orang, jumlah itu diprediksi akan meningkat drastis pada tahun 2030 dan akan menjadi 4 juta orang pada tahun 2050 (Kemenkes, 2016)

Penyebab

Patofisiologi demensia secara umum dianggap terkait dengan agregasi dan akumulasi protein yang salah lipat (disebut proteinopati) dan/atau terkait dengan penyakit serebrovaskular (PKV). Penyebab paling umum dari demensia onset lambat adalah AD (alzheimer disease), diikuti oleh demensia dengan badan Lewy (DLB), demensia vaskular, dan demensia frontotemporal (FTD) (Chin K. 2023)

1. Alzheimer disease

Kekusutan neurofibrilar yang dibentuk oleh protein tau (p-) terfosforilasi adalah salah satu ciri utama AD. Hiperfosforilasi tau yang menyebabkan destabilisasi mikrotubulus secara umum dianggap sebagai proses patologis utama yang mendorong kerusakan neurodegeneratif hilir yang mengakibatkan aktivasi mikroglia, kehilangan sinaptik, dan kematian neuron (Masters et al.,2015)

2. Demensia dengan badan Lewy

Setelah AD, DLB merupakan bentuk demensia neurodegeneratif kedua yang paling umum pada orang dewasa yang lebih tua. empat ciri klinis inti DLB, yaitu parkinsonisme motorik spontan, halusinasi visual yang terbentuk dengan baik dan berulang, fluktuasi kognitif, dan gangguan perilaku tidur rapid eye movement (REM). Secara patologis, DLB ditandai dengan akumulasi protein sinaptik α-synuclein ke dalam badan Lewy dan neurit Lewy di otak (Chin K. 2023)

3. Demensia vaskular

Gangguan kognitif etiologi vaskular merupakan kelompok gangguan yang heterogen dan CVD mencakup spektrum proses termasuk beberapa infark kortikal, infark strategis, penyakit pembuluh darah kecil, hipoperfusi, dan pendarahan otak. Pada demensia vaskular, penyakit aterotromboemboli (menyebabkan beberapa infark dan infark strategis tunggal) dan penyakit pembuluh darah kecil (berhubungan dengan infark lakuna, mikroinfark kortikal, dan mikroperdarahan) adalah dua temuan neuropatologis yang umum (Raz et al.,2016)

4. Demensia frontotemporal

FTD, penyebab umum demensia onset dini (yaitu onset sebelum usia 65 tahun) Faktor genetik memainkan peran penting dalam patogenesis FTD. Riwayat keluarga yang menderita demensia diduga berperan dalam 40% kasus FTD dan sekitar 20% kasus FTD disebabkan oleh mutasi genetik dengan mutasi yang paling sering dikaitkan dengan gen MAPT , progranulin, dan kromosom 9 open reading frame 72 ( C9orf72 ) (Younes & Miller, 2020)

Faktor Resiko

1. Pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam perkembangan kognitif 

2. Depresi

Depresi menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia karena dapat mempengaruhi psikologi dan kehidupan sosial lansia

3. Diabetes

Diabetes terlebih diabetes tipe 2 sangat berkaitan dengan atrofi otak. Paparan hiperglikemia dapat memperburuk fungsi kognitif.

4. Gangguan Pendengaran

Pendengaran merupakan salah satu mediator interaksi sosial, hilangnya pendengaran dapat menyebabkan stimulasi sosial dan verbal berkurang pada interaksi sosial yang nantinya akan berdampak buruk pada fungsi dan struktur otak.

5. Hipertensi

Kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah dapat menyebabkan perubahan struktur pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan adanya sumbatan dalam pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah menyebabkan aliran darah ke otak dapat terganggu.

6. Cedera Otak

Cedera otak traumatis dapat menyebabkan perubahan struktural dan fisiologis yang cepat dan kompleks di otak, yang selain melepaskan biomarker, selanjutnya menyebabkan krisis koping yang tiba-tiba dan respons abnormal seperti kecemasan dan depresi yang berlebihan. 

7. Isolasi Sosial

Isolasi sosial dan terutama kesepian adalah sumber utama stres psikososial yang meningkatkan prevalensi penyakit yang terkait dengan disfungsi neuropsikologis.

8. Merokok

Kandungan nikotin dalam rokok menjadi penyebab terjadinya demensia alzheimer yang mengakibatkan berkurangnya pembentukan Nitric Oxide (NO), meningkatkan pembentukan radikal bebas, mengakibatkan berkurangnya aliran darah di dalam otak.

9. Aktivitas Fisik

Gerak berfungsi untuk menyiapkan otak untuk belajar secara optimal. Dengan bergerak aliran darah ke otak lebih tinggi sehingga suplai nutrisi lebih lancar. 

10. Obesitas

Obesitas mendorong peradangan kronis tingkat rendah dan hipertrofi jaringan adiposa, yang merangsang pelepasan mediator pro-inflamasi, yang mengakibatkan stres oksidatif dan kerusakan organ

Dampak 

Dampak dari demensia pada tahap awal yaitu menurunnya fungsi kognitif seperti penurunan dayaingat sehingga kesulitan untuk mengingat memori jangka pendek, penurunan memahami dan menangkap informasi, kesulitan memecahkan masalah dan kesulitan untuk membuat keputusan. Dampak pada demensia stadium lanjut menjadi sangat nyata yaitu Lansia akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, mengalami perubahan perilaku dan sangat bergantung pada orang lain (Sari et. al., 2022) 

Pencegahan Demensia 

Menurut (Muliatie et al., 2021; Sembiring & Setyarini, 2019), pencegahan demensia dapat dilakukan dengan cara antara lain :

  1.  mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya akan antioksidan dan vitamin B12, C, serta E.
  2. mengkonsumsi makanan yang tinggi serat, rendah lemak, gula dan garam.
  3. melakukan aktivitas fisik seperti olahraga ringan secara teratur seperti berjalan minimal 30 menit dalam sehari.
  4. menghindari rokok dan konsumsi alkohol.
  5. melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter saraf secara rutin.
  6. melakukan stimulasi otak dengan cara bermain game, membaca, bernyanyi atau bermain musik, bersosialisasi, berfikir positif.
  7. Peranan keluarga dengan penderita demensia lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi , memberikan motivasi, dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. 

Penulis

  • ANINDYA KHANSA PUTRI PAMILIH   (3221010)
  •  INTAN DWI NURHIDAYAH                  (3221023)
  • PAUNDRA VEREND PERMADA           (3221038)
  • THERESIA VIANY PRABOWO              (3221052)

Referensi :

  • Chin K. S. (2023). Pathophysiology of dementia. Australian journal of general practice, 52(8), 516–521. https://doi.org/10.31128/AJGP-02-23-6736
  • Kemenkes. (2016). Menkes: Lansia Yang Sehat, Lansia Yang Jauh Dari Demensia.
  • Masters CL, Bateman R, Blennow K, Rowe CC, Sperling RA, Cummings JL. Penyakit Alzheimer. Nat Rev Dis Primers 2015;1(1):15056. doi: 10.1038/nrdp.2015.56. 
  • Muliatie, Y. E., Jannah, N., & Suprapti, S. (2021). Pencegahan Demensia/Alzheimer di Desa Prigen, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Prosiding PKM-CSR, 4, 379–387
  • Raz L, Knoefel J, Bhaskar K. Neuropatologi dan mekanisme serebrovaskular pada demensia. J Cereb Blood Flow Metab 2016;36(1):172–86. doi: 10.1038/jcbfm.2015.16
  • Sari, D. W. M., Taringan, D. P., Rafiyah, I., 2022. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Status Demensia Pada Lansia Berdasarkan Kajian Data Sekunder Di Posbindu Caringin. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 7 (2). 160-170. Indonesia : Universitas Padjadjaran.
  • Sembiring, S. T. H., & Setyarini, E. A. (2019). Hubungan Kesiapan Keluarga Dengan Kondisi Demensia Lansia. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 5(1), 42–50. https://doi.org/10.17509/jpki.v5i1.15722
  • World Health Organization. (2016). Dementia. Diakses dari WHO
  • World Health Organization. (2018). Global action plan on the public health response to dementia 2017-2025.
  • Younes K, Miller BL. Demensia frontotemporal: Neuropatologi, genetika, neuroimaging, dan pengobatan. Psychiatr Clin North Am 2020;43(2):331–44. doi: 10.1016/j.psc.2020.02.006.

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment