Meningkatkan Kesadaran dan Mengurangi Stigma: Kunci Penanganan HIV/AIDS

Table of Contents

 

Meningkatkan Kesadaran dan Mengurangi Stigma Kunci Penanganan HIVAIDS

Masalah HIV/AIDS tetap menjadi ancaman besar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Dengan sistem surveilan nasional, kasus infeksi HIV/AIDS dapat dipantau dan diperkirakan. Pemerintah bersama berbagai lembaga dan masyarakat terus menggalakkan kebijakan serta program untuk menanggulangi kasus ini. Kasus HIV di Indonesia mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, diperkirakan ada sekitar 540.000 orang dengan HIV (ODHIV), yang menurun menjadi 515.000 kasus pada 2023. Pada 2024, terdapat 35.415 kasus HIV baru yang tercatat hingga September, dengan sekitar 71% di antaranya terjadi pada pria dan 29% pada wanita. Mayoritas kasus terjadi pada usia 25-49 tahun, dengan 19% kasus pada usia 20-24 tahun. Provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak mencakup DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan beberapa provinsi lainnya yang menyumbang sekitar 76% dari total kasus di Indonesia. Selain itu, pada periode yang sama, tercatat 12.481 kasus AIDS baru.

Penurunan jumlah kasus HIV dan AIDS

Penurunan jumlah kasus HIV dan AIDS merupakan perkembangan positif, namun masalah stigma tetap menjadi tantangan besar dalam penanggulangan HIV/AIDS. Stigma HIV adalah sikap dan kepercayaan negatif terhadap orang dengan HIV. Sejak dulu hingga sekarang, stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) sudah tumbuh dan berkembang di masyarakat, atau mungkin di kalangan keluarga sendiri. Sebagian kelompok orang selalu mengaitkan pasien HIV atau ODHA dengan hal-hal berbau negatif dan tidak baik, dan menjaga jarak atau bahkan mengucilkan ODHA dari lingkungan mereka. Hal ini dapat menyebabkan diskriminasi serta memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Stigma ini juga dapat menghambat orang untuk melakukan tes, mengungkapkan status HIV, atau mengakses layanan HIV.

Penurunan jumlah kasus HIV dan AIDS merupakan perkembangan positif, namun masalah stigma tetap menjadi tantangan besar dalam penanggulangan HIV/AIDS.


Upaya Pencegahan dan Penanganan HIV

Upaya pencegahan dan penanganan HIV yang telah diimplementasikan oleh pemerintah bersama instansi terkait mencakup berbagai program yang bertujuan untuk mengurangi prevalensi, meningkatkan kualitas hidup penderita, serta mencegah penularan. Beberapa program utama yang telah dilakukan antara lain:

1. Penyuluhan dan Edukasi

Pemerintah, melalui berbagai lembaga kesehatan, melakukan kampanye penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai HIV/AIDS, cara penularan, dan upaya pencegahannya. Edukasi ini dilakukan di sekolah, komunitas, dan melalui media massa.

2. Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PMTCT)

Program ini bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi mereka selama kehamilan, persalinan, dan pemberian ASI. Ini dilakukan dengan pemberian antiretroviral (ARV) pada ibu hamil yang terinfeksi HIV.

3. Penyediaan Layanan Pengujian dan Konseling (VCT)

Layanan pengujian dan konseling HIV disediakan untuk masyarakat agar mereka dapat mengetahui status HIV mereka dan mendapatkan informasi serta dukungan yang dibutuhkan untuk pencegahan dan penanganan.

4. Pemberian Terapi Antiretroviral (ART)

ART diberikan kepada penderita HIV/AIDS untuk menekan viral load dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Pemerintah menyediakan obat ART secara gratis di fasilitas kesehatan untuk memastikan akses yang lebih luas bagi penderita.

5. Pencegahan Penularan pada Kelompok Berisiko Tinggi

Program khusus difokuskan pada kelompok yang berisiko tinggi dengan memberikan edukasi dan akses ke layanan kesehatan.

Mengatasi Stigma Terhadap ODHA

Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan HIV/AIDS adalah stigma yang masih melekat di masyarakat. Stigma ini menghambat ODHA untuk mendapatkan pengobatan, dukungan sosial, dan menjalani hidup secara normal. Stigma terhadap HIV/AIDS sering kali muncul karena banyak orang tidak memahami cara penularan HIV. Mereka beranggapan bahwa HIV dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, menggunakan toilet bersama, atau berbagi peralatan makan, yang tidak benar secara medis. HIV sering kali dikaitkan dengan perilaku yang dianggap menyimpang, seperti penggunaan narkoba suntik atau hubungan seksual berisiko. Hal ini menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok tertentu, meskipun HIV dapat menyerang siapa saja tanpa memandang latar belakang. Selain itu ketakutan terhadap penyakit yang dianggap mematikan ini memunculkan reaksi berlebihan yang mengarah pada pengucilan dan penolakan terhadap ODHA. Stigma tidak hanya menyulitkan ODHA untuk mengakses layanan kesehatan, tetapi juga menyebabkan dampak psikologis seperti depresi, kecemasan, dan kehilangan rasa percaya diri. Bahkan, stigma dapat memperburuk penyebaran HIV karena orang takut untuk melakukan tes atau mengungkapkan status HIV mereka.

Strategi Penanganan Stigma dan Diskriminasi Orang Dengan HIV/AIDS Melalui Community System Strengthening" 

Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat sistem komunitas dalam mendukung ODHA melalui berbagai langkah edukasi, peningkatan kesadaran, serta keterlibatan aktif dari komunitas itu sendiri. Salah satu fokus utama dari pendekatan ini adalah memberdayakan komunitas untuk menjadi agen perubahan. Komunitas yang kuat dan sadar dapat memainkan peran penting dalam mengurangi stigma yang ada di masyarakat. Pendekatan ini melibatkan individu, kelompok, serta organisasi dalam komunitas untuk mengedukasi masyarakat tentang HIV/AIDS dan menyebarkan informasi yang benar untuk melawan kesalahpahaman yang sering kali beredar.

Edukasi dan Penyuluhan untuk Masyarakat

Pendidikan dan penyuluhan menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS. Dengan menyediakan informasi yang akurat, masyarakat dapat memahami bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa dan bahwa ODHA memiliki hak yang sama untuk hidup sehat dan diterima dalam masyarakat.

Konseling dan Dukungan Psikososial

Konseling menjadi bagian penting dalam strategi ini. ODHA sering menghadapi tantangan psikologis seperti kecemasan dan depresi akibat stigma yang mereka hadapi. Dengan memberikan dukungan emosional dan konseling, baik dari sesama ODHA maupun tenaga profesional, mereka dapat lebih mudah mengatasi perasaan terisolasi dan takut, serta lebih dapat menerima status mereka.

Keterlibatan Stakeholder

Keterlibatan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, tenaga medis, organisasi non-pemerintah (NGO), dan sektor swasta, sangat penting dalam penguatan sistem komunitas ini. Kolaborasi antar berbagai pihak ini membantu menciptakan kebijakan yang mendukung ODHA, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, dan mengurangi diskriminasi di tempat kerja atau lingkungan sosial.

Mengurangi Diskriminasi di Layanan Kesehatan

Salah satu aspek penting dalam mengurangi stigma adalah dengan memastikan bahwa ODHA mendapatkan akses yang adil dan setara ke layanan kesehatan. Pelatihan untuk tenaga medis untuk mengenali dan menghindari sikap diskriminatif terhadap ODHA sangat dibutuhkan, agar layanan kesehatan dapat lebih inklusif.

Pengembangan Kebijakan Inklusif

Strategi ini juga mendorong pengembangan kebijakan yang lebih inklusif dan protektif bagi ODHA, termasuk dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan layanan publik. Dengan kebijakan yang mendukung hak-hak ODHA, diharapkan stigma dan diskriminasi dapat dikurangi secara signifikan.

Dengan menerapkan strategi penguatan sistem komunitas ini, diharapkan akan tercipta lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung ODHA. Selain itu, diharapkan juga ada peningkatan dalam kualitas hidup ODHA karena mereka merasa lebih diterima oleh masyarakat dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup yang sehat dan produktif.


Penulis : Desti Nurhayati (3242056)

STIKES NASIONAL SURAKARTA


REFERENSI

  • BBKH Fakultas Hukum Universitas Pasundan. (2023). Strategi Pemerintah Menanggulangi Penyebaran HIV/AIDS. Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/a/strategi-pemerintah-menanggulangi-penyebaran-hiv-aids-lt507e9117c8248
  • CNN Indonesia. (2024, Desember 2). Kemenkes Catat 35 Ribu Kasus HIV Baru Sepanjang 2024. Diakses dari https://cnnindonesia.me/gaya-hidup/20241202104452-255-1172755/kemenkes-catat-35-ribu-kasus-hiv-baru-sepanjang-2024
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC).HIV stigma and discrimination. Centers for Disease Control and Prevention. [Online]. Tersedia di: https://www.cdc.gov/hiv.
  • Detik Health. (2024, Desember 16). 11 Provinsi dengan Jumlah Kasus HIV Terbanyak, Ada DKI Jakarta dan Jawa Barat. Diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7666552/11-provinsi-dengan-jumlah-kasus-hiv-terbanyak-ada-dki-jabar
  • Detik Health. (2024, Desember 17). Wamenkes Sebut Tren Kasus HIV di RI Alami Penurunan, Estimasi Ada 515 Ribu Kasus. Diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7261620/wamenkes-sebut-tren-kasus-hiv-di-ri-alami-penurunan-estimasi-ada-515-ribu-kasus
  • Fajar, D., & Widodo, H. (2020). Strategi penanganan stigma dan diskriminasi orang dengan HIV/AIDS melalui Community System Strengthening. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(3), 123-134. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/585511-strategies-to-address-stigma-and-discrim-cbd71379.pdf
  • FIK UI Mengabdi. (n.d.). Menghilangkan stigma HIV/AIDS di masyarakat. Universitas Indonesia. Diakses dari https://www.ui.ac.id/fik-ui-mengabdi-menghilangkan-stigma-hiv-aids-di-masyarakat/
  • International Labour Organization (ILO). (2018). Indonesia: Program HIV/AIDS bagi Kelompok Berisiko Tinggi. Diakses dari https://www.ilo.org/media/300381/download/
  • Siha. (2016). Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/4__Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.pdf 
  • Universitas Airlangga. (2023.). Tantangan Implementasi Program Pencegahan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di Indonesia. Diakses dari https://unair.ac.id/tantangan-implementasi-program-pencegahan-hiv-dari-ibu-ke-anak-ppia-di-indonesia/
  • Pusat Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. (2023). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS. Diakses dari https://p2p.kemkes.go.id/wp-content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_HIVAIDS-1.pdf


Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment