Meninggalnya Tuan S Akibat Leptospirosis: Ancaman Bakteri Leptospira yang Mengintai di Banyumas
INFOLABMED.COM - Kasus leptospirosis kembali menjadi perhatian khusus Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, setelah seorang buruh bangunan di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit ini.
Pasien, Tuan S (52), meninggal pada Rabu (1/1/2025) setelah mengalami gejala leptospirosis yang tidak segera tertangani dengan baik.
Informasi tersebut disampaikan oleh Staf Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Herni Pusparini, S.Tr KL.
"Tuan S mulai merasakan gejala pada tanggal 20 Desember 2024, berupa demam, sakit kepala, sesak napas, dan nyeri otot, terutama di kaki. Namun, gejala ini tidak segera dilaporkan kepada keluarga hingga empat hari kemudian," katanya kepada RRI, Jumat (3/1/2025).
Kondisi pasien semakin memburuk dan pada 29 Desember 2024, ia dirujuk ke Rumah Sakit Banyumas. Saat itu, pasien menunjukkan gejala kekuningan dan kesulitan buang air kecil.
"Meski telah menjalani cuci darah, Tuan S tidak dapat bertahan dan dinyatakan meninggal dunia setelah tiga jam menjalani prosedur tersebut," jelas Herni.
Herni juga menyatakan bahwa leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditularkan melalui darah atau urin hewan yang terinfeksi.
Tikus adalah hewan yang paling sering menjadi sumber penularan, meskipun anjing dan hewan ternak lainnya juga bisa menjadi perantara.
Penularan bisa terjadi melalui air, tanah, makanan, atau minuman yang terkontaminasi bakteri leptospira.
Jika terlambat ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan sindrom Weil, yang ditandai dengan demam, sesak napas, batuk berdarah, dan nyeri dada.
“Gejala lainnya meliputi demam, sakit kepala, diare, mata merah, nyeri perut, dan nyeri otot, terutama pada betis. Jika terlambat ditangani, dapat terjadi penurunan volume urin, feses yang kehitaman, serta hematuria atau darah dalam urin,” tambah Herni.
Untuk mencegah leptospirosis, Herni menyarankan penggunaan alat pelindung diri (APD), terutama saat bekerja di lingkungan yang berhubungan dengan hewan atau air kotor.
“Leptospirosis sebenarnya mudah ditangani dan disembuhkan jika diketahui sejak awal dengan pemberian antibiotik. Namun, sering kali pasien terlambat dalam penanganan,” ungkap Herni.
Oleh karena itu, ia berharap masyarakat dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penularan penyakit ini.***
Post a Comment