Transfusi Ferritin Bukan Merupakan Prosedur Pengobatan Anemia? Memahami Transfusi Zat Besi dan Tingkat Ferritin
INFOLABMED.COM — Dalam dunia medis, transfusi ferritin sering disalahartikan sebagai prosedur yang dapat menambah kadar zat besi dalam tubuh.
Namun, transfusi ferritin sebenarnya tidak ada; yang tersedia adalah infus zat besi intravena atau transfusi darah yang sering digunakan dalam pengobatan anemia.
Prosedur ini membantu menambah kadar zat besi dalam darah bagi pasien yang mengalami kekurangan zat besi.
Lalu, bagaimana sebenarnya proses transfusi ini bekerja, dan apa pengaruhnya terhadap kadar ferritin dalam tubuh?
Infus Zat Besi Intravenous (IV)
Infus zat besi intravena adalah metode yang diberikan dokter untuk mengobati pasien dengan anemia, terutama jika suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau cairan tidak efektif atau sulit ditoleransi.
Dalam prosedur ini, zat besi langsung dimasukkan ke dalam aliran darah melalui infus di pembuluh vena.
Beberapa efek samping umum dari prosedur ini termasuk sakit kepala, rasa logam di mulut, nyeri sendi, mual, hingga muntah.
Dokter biasanya merekomendasikan prosedur ini untuk pasien yang kadar zat besinya sangat rendah atau yang memiliki kondisi kesehatan tertentu sehingga tidak dapat mengonsumsi suplemen zat besi secara oral.
Dengan infus ini, kadar zat besi dalam darah dapat meningkat lebih cepat dibandingkan metode lain.
Bagaimana Kadar Ferritin Dipengaruhi oleh Transfusi Darah?
Ferritin adalah protein penyimpan zat besi dalam tubuh dan merupakan indikator penting dalam menentukan cadangan zat besi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh C.H. Ho tahun 1992, ditemukan bahwa transfusi darah tidak memiliki efek signifikan terhadap kadar ferritin.
Dalam studi tersebut, tiga puluh pasien anemia kronis menerima transfusi sel darah merah, dan kadar ferritin mereka diukur sebelum dan setelah transfusi dalam rentang waktu 1 hingga 14 hari.
Hasil menunjukkan bahwa meskipun hemoglobin dalam darah meningkat hingga 10 hari setelah transfusi, kadar ferritin serta nutrisi lainnya seperti folat dan cobalamin tidak mengalami perubahan signifikan.
Artinya, transfusi darah tidak serta-merta meningkatkan cadangan zat besi yang tersimpan di tubuh.
Bahaya Kelebihan Zat Besi
Kelebihan zat besi dalam tubuh, atau iron overload, dapat berbahaya bagi organ-organ vital seperti jantung, hati, sistem endokrin, dan sendi.
Hati adalah organ utama penyimpan zat besi, dan kelebihan zat besi yang terus menumpuk dapat menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.
Dalam hal ini, ferritin berperan sebagai indikator tingkat cadangan zat besi yang harus dipantau untuk mencegah terjadinya kelebihan zat besi.
Pasien dengan kondisi iron overload perlu memantau asupan zat besi serta mempertimbangkan diet rendah zat besi.
Jika kadar zat besi dalam tubuh terlalu tinggi, dokter mungkin merekomendasikan terapi kelasi zat besi untuk mengurangi kadar zat besi dalam darah.
Meningkatkan Kadar Ferritin secara Alami
Jika seseorang ingin meningkatkan kadar ferritin secara alami, mengonsumsi makanan tinggi zat besi adalah salah satu cara yang direkomendasikan.
Beberapa makanan yang dapat membantu meningkatkan kadar ferritin antara lain daging merah tanpa lemak, tiram, lentil, kacang-kacangan, tahu, kismis, telur, sereal yang difortifikasi, dan sayuran hijau gelap.
Meski sering disalahpahami, transfusi ferritin bukanlah prosedur medis yang umum dilakukan.
Sebaliknya, infus zat besi atau transfusi darah digunakan untuk mengatasi kondisi anemia akibat kekurangan zat besi.
Prosedur ini tidak berdampak signifikan pada kadar ferritin, sebagaimana dibuktikan dalam studi yang menyatakan bahwa transfusi darah tidak mempengaruhi kadar ferritin, folat, atau cobalamin secara signifikan.
Namun, pasien dengan anemia atau kekurangan zat besi tetap perlu memantau kadar ferritin mereka sebagai bagian dari manajemen kesehatan yang menyeluruh.***
Post a Comment