Jepang Dilanda Wabah Bakteri "Pemakan Daging"

Table of Contents

 

Jepang Dilanda Wabah Bakteri Pemakan Daging
Ilustrasi.

INFOLABMED.COM - Jepang kini tengah berjuang melawan wabah bakteri pemakan daging atau necrotizing fasciitis. 

Bakteri ini dikenal karena kemampuannya menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan otot dalam waktu singkat. Meskipun jarang terjadi, infeksi ini sangat serius dan bisa berujung pada kematian.

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging?

Necrotizing fasciitis disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes, yang lebih dikenal sebagai streptokokus grup A

Dalam kasus langka, infeksi ini bisa menjadi sangat berbahaya ketika bakteri tersebut menghasilkan racun yang masuk ke dalam aliran darah, dikenal sebagai streptococcal toxic shock syndrome (STSS).

Penyakit ini paling sering menyerang orang di atas usia 65 tahun, terutama mereka yang memiliki luka akibat diabetes atau baru saja menjalani operasi. Namun, para ahli belum mengetahui pasti bagaimana bakteri ini masuk ke dalam tubuh.

Gejala Infeksi Bakteri Pemakan Daging

Mengutip dari CDC, berikut adalah gejala yang biasanya muncul pada infeksi bakteri pemakan daging:

Gejala Awal:

  • Demam dan menggigil
  • Nyeri otot
  • Mual dan muntah

Gejala Lanjutan: Gejala akan berkembang dengan cepat dalam 24 hingga 48 jam, termasuk:

  • Hipotensi (tekanan darah rendah)
  • Kegagalan organ
  • Takikardia (denyut jantung cepat)
  • Takipnea (napas cepat)

Selain itu, penderita juga bisa mengalami nekrosis, masalah pernapasan, hingga kegagalan organ yang berujung pada kematian. 

Pada kasus tertentu, penderita tidak menunjukkan tanda-tanda awal yang jelas dan bisa langsung mengalami gejala berat seperti ruam, hipotensi, dan kegagalan organ dalam waktu singkat.

Faktor Risiko

Banyak orang yang terkena necrotizing fasciitis awalnya berada dalam kondisi sehat. Namun, beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti:

  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Masalah kesehatan kronis (diabetes, kanker, penyakit hati atau ginjal)
  • Luka di kulit, termasuk luka operasi
  • Cacar air atau infeksi virus lain yang menyebabkan ruam
  • Penggunaan obat steroid yang menurunkan daya tahan tubuh

Penularan dan Pencegahan

Meskipun Kementerian Kesehatan Jepang belum mengumumkan penyebab pasti wabah ini, pelonggaran mitigasi virus COVID-19 diduga berperan dalam lonjakan kasus. 

Profesor Ken Kikuchi dari Tokyo Women’s Medical University menduga bahwa sistem kekebalan tubuh yang melemah akibat COVID-19 membuat orang lebih rentan terhadap infeksi ini.

Untuk mencegah infeksi, pakar penyakit menular Céline Gounder menyarankan vaksinasi terhadap cacar air dan influenza, serta pemberian antibiotik bagi mereka yang berisiko tinggi atau telah melakukan kontak dekat dengan penderita infeksi GAS parah.

Informasi ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.*

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment