Pemeriksaan Urobilin pada Feses dan Interpretasinya

Table of Contents

 

Pemeriksaan Urobilin pada Feses dan Interpretasinya

INFOLABMED.COM - Urobilin dan urobilinogen bentuk tereduksinya dibentuk oleh aksi bakteri pada pigmen empedu di usus. 

Ekskresi urobilinogen feses dalam kesehatan adalah 50–500  mol (30–300 mg) per hari. Hal ini meningkat pada pasien dengan anemia hemolitik. 

Pengukuran kuantitatif urobilinogen feses seharusnya, secara teori, memberikan perkiraan laju total produksi bilirubin. 

Namun, ini merupakan metode kasar untuk menilai tingkat hemolisis, dan derajat hemolisis yang kecil lebih dapat diandalkan melalui studi umur sel darah merah.

 Ekskresi urobilinogen juga meningkat pada anemia diseritropoietik seperti anemia pernisiosa karena eritropoiesis yang tidak efektif.

Jumlah urobilinogen dalam urin dalam keadaan sehat mencapai 6,7  mol (4  mg) per hari. 

Namun, pengukuran ini bergantung pada metode, dan laboratorium harus menetapkan nilai referensinya sendiri.

 Ini bukan merupakan indeks hemolisis yang dapat diandalkan, karena urobilinuria yang berlebihan dapat disebabkan oleh disfungsi hati serta peningkatan penghancuran sel darah merah.

Cara

  1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10% yang volumanya kira-kira sama banyaknya dengan tinja itu.
  2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya.
  3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam.
  4. Adanya urobilin nyata oleh timbul warna merah.

Catatan 

Dalam tinja normal selalu ada urobilin; hasil test ini yang merah berarti positif. Jumlah urobilin berkurang pada ikterus obstruktif; jika obstruksi itu total, hasil test menjadi negatif.

Terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja.

Penetapan kuantitatif itu dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang di expresiken per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik, ikterus obstruktif dan ikterus hepatoseluler. 


Sumber rujukan :

  1. Gandasoebrata, R. (2004). Penuntun Laboratorium Klinik. hal 190. Dian Rakyat:Jakarta.
  2. Lynn D. Robertson, David Roper, in. 2017. Laboratory Methods Used in the Investigation of the Haemolytic Anaemias. 214-227. 

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment