Hoarding Disorder: Gangguan Psikologis Penimbunan Barang yang Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari

Table of Contents

 

Hoarding Disorder Gangguan Psikologis Penimbunan Barang yang Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari

INFOLABMED.COM - Hoarding disorder adalah gangguan psikologis berat yang membuat orang mengumpulkan dan menyimpan barang dalam jumlah banyak terlepas dari nilainya.

Penimbunan barang ini dilakukan secara acak sehingga barang yang dikumpulkan pun tak tertata. 

Ketika orang itu diminta atau harus membuang atau berpisah dengan barang tersebut, ia akan merasa sedih, tertekan, dan sulit memenuhi permintaan tersebut.

Hal ini bisa berdampak besar terhadap kemampuan orang dalam menjalankan fungsinya secara independen. 

Gangguan ini juga membawa risiko tinggi terhadap penderitanya dan orang-orang yang berada di sekitarnya, khususnya anggota keluarga yang tinggal bersamanya.

Pengumpulan barang-barang yang dilakukan orang dengan hoarding disorder berbeda dengan aktivitas koleksi. 

Dalam gangguan ini, orang akan mengumpulkan barang secara impulsif dan tanpa perencanaan. 

Hoarding sebelumnya dinyatakan sebagai gejala obsessive-compulsive disorder. Namun pada 2013 hoarding disorder dimasukkan ke Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders oleh American Psychiatric Association karena hoarding tidak berkaitan dengan pemikiran obsesif.

Orang yang menimbun barang-barang secara sembarangan ini biasanya merasa malu akan tumpukan barang itu dan kerap menghindari kunjungan orang ke tempatnya menaruh barang. 

Karena itu, ia akan mengalami masalah dalam kehidupan sosial, asmara, dan pekerjaan selain menanggung risiko kesehatan mental.

Gejala Hoarding Disorder

Tanda dan gejala hoarding disorder meliputi:

  1. Mengambil dan menyimpan barang yang tak punya atau hanya punya sedikit nilai barang. Orang dengan hoarding disorder cenderung mengumpulkan barang-barang tanpa memperhatikan nilai atau kegunaan praktisnya.
  2. Sulit mengatur atau menata barang-barang yang dikumpulkan. Barang-barang yang dikumpulkan biasanya tidak tertata dengan baik, sehingga sulit untuk menemukan atau menggunakan mereka.
  3. Sukar membuat keputusan. Orang yang menderita gangguan ini seringkali kesulitan membuat keputusan, terutama terkait dengan membuang atau menyimpan barang.
  4. Harus berupaya ekstra untuk mengerjakan kegiatan sehari-hari, seperti memasak dan bersih-bersih rumah. Penumpukan barang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan lancar.
  5. Merasa terikat dengan barang yang dikumpulkan dan tak mau ada orang lain yang meminjam atau bahkan menyentuhnya. Orang dengan hoarding disorder seringkali merasa sangat terikat emosional kepada barang-barangnya.
  6. Kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Karena masalah hoarding, penderitanya seringkali kesulitan dalam berinteraksi sosial.
  7. Tak mau ada orang yang datang ke rumahnya. Mereka seringkali merasa malu tentang kondisi rumahnya dan enggan menerima kunjungan orang.
  8. Menarik diri dari orang-orang terdekat.Hoarding dapat mengakibatkan isolasi sosial dan hubungan yang terganggu dengan teman dan keluarga.

Penyebab Hoarding Disorder

Para ahli belum dapat menyimpulkan penyebab hoarding disorder yang pasti. Ada beberapa faktor yang mungkin berpengaruh, antara lain:

  • Masalah pada otak, misalnya akibat operasi, stroke, atau infeksi. Gangguan pada bagian otak tertentu dapat mempengaruhi perilaku penimbunan barang.
  • Ada riwayat hoarding disorder dalam keluarga. Kemungkinan ada faktor genetik yang berperan dalam gangguan ini.
  • Mengalami peristiwa yang menyebabkan stres atau tekanan berat. Stres kronis atau peristiwa traumatis dapat memicu perkembangan hoarding disorder.
  • Kurang mendapat perhatian orang tua saat kecil. Pengabaian atau kurangnya perhatian saat masa anak-anak juga bisa berkontribusi pada gangguan ini.
  • Masalah mental lain, seperti fobia, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, dan depresi. Hoarding disorder seringkali terkait dengan masalah mental lainnya.

Cara Dokter Mendiagnosis Hoarding Disorder

Dokter yang dapat mendiagnosis hoarding disorder adalah psikolog, psikiater, konselor profesional, atau pekerja sosial klinis. 

Cara diagnosis adalah dengan mengecek gejala yang terjadi dan melalui serangkaian sesi tanya-jawab atau tes khusus untuk mendeteksi masalah mental tersebut. 

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, seseorang dapat didiagnosis mengalami hoarding disorder bila memenuhi kriteria berikut ini:

  • Sulit menyingkirkan barang yang dimiliki walau sudah tak berharga
  • Percaya bahwa barang-barang perlu diselamatkan sehingga sedih dan tertekan bila harus berpisah darinya
  • Ruangan tempat tinggalnya berantakan dan penuh barang karena enggan membuang barang-barangnya
  • Perilaku hoarding mengakibatkan kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari dengan aman

Penderita tidak selalu merasa perbuatannya itu benar. Ada juga yang sadar bahwa perilaku hoarding menimbulkan masalah. 

Meski demikian, kebanyakan penderita gangguan ini tidak menganggap ada masalah dalam diri mereka.

Cara Mengatasi Hoarding Disorder

Terdapat berbagai opsi perawatan untuk membantu mengurangi kebiasaan menimbun barang, membuat rumah lebih aman, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi tekanan yang muncul ketika harus memilih menyimpan atau membuang barang. Di antaranya:

  • Terapi perilaku kognitif untuk membatasi jumlah barang yang diambil dan membantu menata barang-barang itu.
  • Wawancara motivasional untuk meningkatkan motivasi dengan membantu pelaku hoarding disorder menghubungkan nilai dan tujuan hidupnya dengan perilakunya serta menemukan jalan untuk mengubah perilaku itu agar sesuai dengan nilai dan tujuan hidup tersebut.
  • Pelatihan keterampilan untuk membantu mengatur barang-barang yang dimiliki di rumah, menggunakan metode pemecahan masalah untuk menangani masalah yang muncul saat membereskan barang yang berantakan di rumah dan membuat keputusan tentang menyimpan barang yang dibutuhkan dan membuang objek yang menyebabkan rumah berantakan.
  • Obat-obatan untuk meredakan kecemasan dan depresi serta membantu pelaku hoarding disorder beralih ke perilaku yang lebih menyehatkan.

Pencegahan Hoarding Disorder

Masih banyak riset yang perlu dilakukan untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu hoarding disorder, termasuk cara untuk mencegahnya. 

Hingga sekarang belum diketahui langkah yang efektif untuk mencegah gangguan perilaku tersebut. 

Meski begitu, layaknya masalah mental lain, mendapatkan perawatan sedari dini sejak muncul gejala hoarding disorder akan sangat membantu mencegah gangguan ini kian berkembang menjadi lebih berat. 

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala hoarding disorder, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan.***
Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment