Mengenal Teknik Isolasi DNA Metode CTAB (Cethyl-Trimethyl-Ammonium-Bromide)
Sumber: Canva |
INFOLABMED.COM - Tahapan awal yang diperlukan dalam mengindentifikasi sampel secara molekuler yaitu isolasi DNA.
Isolasi DNA
adalah teknik pemisahan DNA dari komponennya (lipid, protein, dan
polisakarida).
Umumnya
terdapat berbagai jenis teknik isolasi DNA yang dilakukan di Laboratorium
Biologi Molekuler.
Beberapa teknik isolasi DNA telah dikembangkan baik secara
konvensional maupun kit yang telah dikembangkan secara komersial (Bohme et al. 2019).
Salah satu
jenis metode isolasi DNA yang sering digunakan yaitu isolasi DNA Metode CTAB (Cethyl-Trimethyl-Ammonium-Bromide).
Isolasi DNA
Metode CTAB adalah metode isolasi DNA konvensional yang masih digunakan secara
luas sampai saat ini.
Dalam metode
ini, senyawa CTAB digunakan sebagai agen detergen yang dapat mendegradasi
dinding sel, mendenaturasi protein, memisahkan karbohidrat, merusak membran
sel, dan melarutkan DNA.
Umumnya
metode ini digunakan dalam ekstraksi DNA genom tanaman yang mengandung banyak
polisakarida dan senyawa polifenol.
Hal ini
dikarenakan senyawa CTAB termasuk jenis surfaktan kationik yang digunakan untuk
pelisisan dinding sel tanaman.
Ketika CTAB
ditambahkan, seluruh komponen sel keluar termasuk DNA.
Kemudian DNA
dipisahkan ke dalam larutan buffer ekstraksi, lalu DNA diikat dari fase aqueous
dengan presipitasi ethanol. Sehingga, DNA dapat diisolasi dari komponen sel
lainnya.
Prinsip
isolasi DNA Metode CTAB meliputi tahapan proses pelisisan sel, ekstraksi,
presipitasi, dan purifikasi DNA.
Metode ini
memiliki kelebihan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal dibandingkan menggunakan
metode kit.
Selain itu,
metode ini juga memiliki
kemampuan melisiskan yang kuat dan memudahkan mempresipitasi protein dan debris
sel, sehingga dapat menghasilkan konsentrasi DNA yang tinggi.
Adapun
kekurangan metode CTAB yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama
dan hasil yang diperoleh tergantung pada jenis sampel yang digunakan.
Produk isolasi DNA yang berkualitas baik ditunjukkan dengan
pita DNA yang terlihat tebal dan bersih saat divisualisasikan menggunakan teknik elektroforesis.
Setelah proses elektroforesis dan dihasilkan pita DNA yang
berkualitas, kemudian dilanjutkan proses PCR.
Polymerase
Chain Reaction (PCR) yaitu metode in vitro yang secara cepat dapat memperbanyak
sekuen-sekuen DNA target
yang ada di dalam DNA total.
Keberhasilan proses isolasi DNA ditentukan oleh kuantitas dan
kualitas kemurnian DNA yang dihasilkan (Chowdhury et al. 2016; Hu et al. 2015).
Oleh karena
itu, dalam melakukan isolasi DNA, kita harus memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil prosuk isolasi DNA, salah satunya pemilihan metode
yang tepat agar memperoleh isolat DNA yang memiliki kemurnian dan kualitas baik.
Sumber:
Bohme K, Calo-Mata P, Barros-Velazques J, Ortea I. 2019.
Review of recent DNA-based methods for main food authentication topics. Journal
of Agriculture and Food Chemistry. 67: 3854−3864.
Chowdhury MM, Rahman AS MS, Nahar L, Rahman M, Al Reza H,
Ahmed MS. 2016. Efficiency of different DNA extraction methods for fish
tissues: A comparative analysis. IOSR Journal of Pharmacy & Biologocal
Science. 11(3): 11-15.
Maharani
Pertiwi. BIOLOGI MOLEKULER II. Buku Modul Praktikum Mata Kuliah Biologi Molekuler.
UNUSA Press, Surabaya.
Sundari. Pengembangan Protokol Isolasi DNA
Genom Tanaman Durian Dengan Menggunakan Modifikasi Bufer CTAB. JURNAL TECHNO (JURNAL ILMU EKSAKTA), Volume 06 Nomor 02 Oktober 2017.
Ikuti berita terkini dengan mengikuti kami di Google News atau klik tautan ini Google News INFOLABMED.
Post a Comment