Pemeriksaan Malaria: Pilih Mikroskopis atau Rapid Diagnostic Test (RDT)?

Table of Contents

 

Pemeriksaan Malaria Pilih Mikroskopis atau Rapid Diagnostic Test (RDT)

INFOLABMED.COM - Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. 

Pemeriksaan yang akurat dan cepat diperlukan untuk mendiagnosis malaria agar pengobatan dapat dilakukan dengan tepat dan segera. 

Dalam hal ini, terdapat dua metode pemeriksaan yang sering digunakan, yaitu pemeriksaan mikroskopis dan rapid diagnostic test (RDT).

Pemeriksaan Mikroskopis untuk Malaria

Pemeriksaan mikroskopis adalah metode tradisional yang digunakan untuk mendeteksi parasit malaria dalam sampel darah. 

Pemeriksaan ini melibatkan pengamatan sediaan darah di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi keberadaan parasit, jenis Plasmodium yang menginfeksi, dan stadium perkembangannya.

Metode ini membutuhkan pelatihan khusus bagi petugas laboratorium untuk melakukan pengamatan dan interpretasi yang akurat. 

Namun, pemeriksaan mikroskopis memiliki beberapa kelemahan. Di daerah dengan pelayanan mikroskopis yang kurang memadai, kesalahan interpretasi dan kesalahan pengamatan dapat terjadi. 

Selain itu, pemeriksaan ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan hasil yang akurat, sehingga pengobatan mungkin tertunda.

Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk Malaria

RDT merupakan metode alternatif yang dikembangkan untuk mendeteksi malaria dengan cepat dan mudah. 

Metode ini menggunakan prinsip imunokromatografi untuk mendeteksi antigen Plasmodium dalam sampel darah. 

RDT dilengkapi dengan strip nitroselulose yang mengandung kompleks antigen-antibodi terkonjugasi menjadi emas koloid. 

Hasil positif dari pemeriksaan RDT ditunjukkan oleh garis berwarna merah atau ungu-merah pada strip nitroselulose.

RDT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pemeriksaan mikroskopis. Pertama, RDT lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan. 

Tidak diperlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan mikroskopis. Hal ini memungkinkan pemeriksaan dilakukan oleh petugas kesehatan non-laboratorium di fasilitas kesehatan terpencil. 

Kedua, RDT lebih obyektif, karena variasi interpretasinya kecil antara pemeriksa yang satu dengan yang lainnya.

Selain itu, RDT dapat mendeteksi P. falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi pada kapiler darah, yang mungkin tidak terdeteksi pada pemeriksaan mikroskopis. 

Hal ini merupakan keunggulan penting dalam situasi kejadian luar biasa (KLB) dan survei prevalensi malaria, karena waktu pemeriksaannya lebih cepat.

 RDT juga dapat digunakan di rumah sakit untuk pasien yang datang di luar jam kerja rutin.

Namun, RDT juga memiliki beberapa kekurangan. RDT single yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi P. falciparum. 

Selain itu, hasil positif dari pemeriksaan RDT menggunakan HRP-2 dapat tetap ditemukan hingga 2 minggu setelah pengobatan, meskipun secara mikroskopis tidak ditemukan parasit. 

Hal ini dapat menyebabkan hasil yang ambigu dan membingungkan dalam menilai efektivitas pengobatan.

Performa RDT Malaria

Sensitivitas RDT malaria dapat bervariasi tergantung merk yang digunakan. Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization (WHO), pada jumlah parasit P. falciparum lebih dari 100/µℓ darah, sensitivitas RDT seharusnya lebih dari 95%. Namun, pada jumlah parasit di bawah 100/µℓ darah, sensitivitasnya dapat menurun.

Perlu diperhatikan bahwa sensitivitas RDT terhadap non-falciparum (pLDH atau p-Aldolase) dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan P. falciparum (HRP-2). 

Oleh karena itu, pemilihan RDT yang sesuai dengan jenis Plasmodium yang dominan di daerah endemis penting untuk mendapatkan hasil yang akurat. (Sumber : Patologi Klinik)

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment